Sementara itu di tempat lain. Seorang pria tengah kesal karena ia berusaha menghubungi seseorang tetapi tak kunjung di angkat. Ya, Xavier memang menghubungi Elleana beberapa kali. Sungguh ia sangat mencemaskan wanita itu.
Tadi pagi saat, dirinya ingin menemui Elleana di cafe, ia tidak dapat menemukan keberadaan wanita itu.
Xavier pun bertanya dengan para pegawai disana tetapi hasilnya nihil, mereka semua tidak tahu keberadaan Elleana.
Sampai akhirnya, ia meminta Jack untuk mencari tahu keberadaan Elleana. Hanya membutuhkan waktu 30 menit, ia sudah mendapatkan keberadaan wanita yang beberapa hari ini memenuhi isi kepalanya.
Ternyata Elleana kembali ke negaranya, tempat kelahirannya itu.
Sungguh ia di buat kesal oleh Elleana, mengapa wanita itu tidak mengabarinya.
Saat ini waktu sudah menunjukkan tengah malam dan Xavier masih berada di ruangan kerjanya. Dia sedang menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai karena sejak siang dirinya tidak bisa fokus, sehingga ia pulang ke mansion lebih awal.
Ia segera mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Hallo Jack, aku ingin kau menyiapkan tiket pesawat untukku besok. Cari yang keberangkatannya paling awal. Jika tidak ada, kau siapkan saja jet pribadiku!" perintah Xavier. Dan tanpa menunggu jawaban dari Jack, ia sudah lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya.
.
.
.
Paginya di kediaman Romanov
Jack sudah berada di kediaman Romanov untuk bertemu dengan bos nya. Atas permintaan bos nya itu, ia segera mencarikan tiket, sungguh Jack sangat gemas dengan bos nya. Dirinya sudah memiliki banyak pekerjaan dan di tambah lagi, ia harus menuruti permintaan si bos.
"Selamat pagi Aunty," sapa Jack kepada Marry yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.
"Oh hai Jack. Kenapa pagi sekali? Apa kau di minta untuk menjemput Vie ?" tanya Marry masih sibuk dengan kegiatannya itu.
"Tidak Bibi, aku hanya ingin memberikan sesuatu yang di pesannya," ucap Jack dengan tangan kanan yang memegang paper bag kecil.
Jack terbiasa memanggil Marry dengan panggilan Bibi atau bahkan sesekali memanggil mom.
"Ah ya sudah, dia berada di ruangan kerjanya. Pagi-pagi sekali dia sudah sangat sibuk. Ah ya, tolong sekalian katakan padanya untuk segera sarapan."
"Baik Bibi, kalau begitu aku permisi dulu," ujar Jack.
Pria itu berlalu meninggalkan Marry dan berjalan menuju ruang kerja Xavier.
Sesampainya di depan ruangan Xavier, Jack segera masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Ya, begitulah Jack, ia memang seperti itu, sesuka hatinya. Jika ingin, ia langsung mengetuk dan jika sedang malas seperti saat ini, dirinya menyelonong masuk.
"Halloo bos. Ini pasport mu." Jack meletakkan paper bag yang berisikan pasport milik Xavier.
"Ya, terima kasih. Pukul berapa penerbangannya?" tanya Xavier yang masih sibuk dengan berkas-berkasnya tanpa menatap Jack.
"3 jam lagi bos," jawab Jack santai.
Xavier yang mendengarnya pun langsung menatap asistennya itu. "Apa tidak ada yang lebih cepat lagi?"
"Tidak ada bos, paling cepat pukul 10 pagi.
Ah ya aunty memintamu untuk segera sarapan. Mereka akan menunggu di meja makan."
"Ya baiklah."
Lalu mereka berdua berjalan menuju ruang makan.
Xavier sudah duduk di kursi makan begitupun dengan Jack. Jack terkadang memang sarapan di sana. Ya, karena Jack sudah mengenal lama kedua orang tua Xavier. Baginya Marry dan Jhony sudah seperti keluarganya. Mengingat ia adalah seorang yatim piatu.
"Pukul berapa pesawat kalian berangkat ?" tanya Jhony seraya meminum air lalu meletakkan gelasnya kembali di atas meja makan.
"Pukul 10 nanti, paman." jawab Jack.
"Ah ya sudah. Setibanya di sana nanti, kalian istirahatlah dulu, tidak perlu segera ke kantor. Kalian pasti lelah. Terutama kau Vie, kau sudah lembur tadi malam. Jangan sampai kau jatuh sakit!" tukas Jhony tegas. Pria paruh baya itu menatap ke arah putranya, dan kemudian Xavier mengangguk paham.
"Iya dad."
"Kak, kau akan berapa lama berada di sana ? Belikan aku oleh-oleh ya ketika kau pulang, aku dengar di sana banyak aksesoris yang cantik-cantik, ya ya ya," seru Jennie begitu bersemangat.
Saat mengetahui kakaknya akan pergi ke luar negeri, ia sudah memikirkan akan meminta buah tangan yang banyak. Jennie menatap lekat kakaknya dengan mata puppy-eyes nya.
"Ck, dasar kau ini! Aku belum tahu kapan kembalinya, Jen. Bisa lama atau bisa juga sebentar. Lagi pula aku sibuk dan tidak ada waktu untuk membelikanmu barang seperti itu!" Seketika itu Jennie menjadi kecewa dan ia menggembungkan pipinya.
"Ya, sudah kalau begitu aku akan meminta kepada kak Jack." Jennie tak kehabisan akal, karena ada Jack yang selalu menuruti permintaannya itu.
"Kak Jack mau 'kan membelikanku oleh-oleh? Kak Jack pasti mau, karena Kak Jack adalah pria yang baik hati dan sangat tampan. Berbeda dengan seseorang." Jennie berucap seraya melirik ke arah Xavier. Wanita itu sengaja menyindir kakaknya. Jack yang mendengarnya hanya tersenyum.
"Ya, pasti akan aku bawakan. Apa yang tidak Kak Jack berikan untukmu," ucap Jack yang membuat Xavier menatap sinis ke arahnya karena berani menggoda Jennie.
Dan Jennie tertawa senang mendengar perkataan Jack. Jennie memang mengetahui bahwa Jack tidak akan pernah menolak apapun yang di inginkan olehnya. Sedangkan Jhony dan Marry hanya tersenyum dengan menggelengkan kepala mereka, karena sudah terbiasa melihat perdebatan mereka bertiga.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Baik Xavier maupun Jack sudah berada di dalam pesawat. Mereka berada di First Class. Selama di perjalanan, Xavier memanfaatkan waktu untuk tidur karena ia hanya tidur selama 2 jam. Dan Jack lebih memilih membunuh waktu dengan membaca beberapa majalah.
***
Sedangkan di sisi lain, Elleana sedang memanjakan diri dengan tidur seharian penuh. Ya, Elleana memang tidak ingin pergi kemana-kemana hari ini. Ia ingin bermalas-malasan sebelum nanti, ia akan di sibukkan dengan urusan kantor.
Besok Elleana akan datang ke kantor Miller Group untuk ikut meeting bersama para pemegang saham. Selama ini, ia bersembunyi menghindari hal yang tidak di inginkan. Mereka hanya mengetahui bahwa pewaris keluarga Miller tidak di ketahui keberadaanya. Banyak yang mengatakan bahwa ia kecelakaan atau sudah meninggal seperti kedua orang tuanya. Begitulah desas desusnya. Keluarga Miller memang menutup rapat tentang putri keluarga Miller.
Elleana belum menyadari bahwa Xavier telah menghubunginya berulang kali. Sejak kemarin ponselnya mati karena kehabisan baterai dan pagi tadi ia hanya mengisi daya ponselnya tanpa mengecek ponsel.
Dan saat ini ia hendak menyalakan ponsel dan mengeceknya.
Triiinggg
Dirinya terkejut karena ponselnya terdapat pesan masuk dan banyak panggilan tidak terjawab. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Xavier menghubungi dirinya berulang kali, serta banyak pesan yang Xavier kirim.
"Ooh astagaaa! Kenapa dia mengirim pesan sebanyak ini?" Elleana menggeleng tak percaya, sembari membaca satu persatu pesan yang telah di kirim oleh Xavier.
El ❤ (0899xxxxxxxxx
Pesan 1 :
"Aku ke cafe tetapi kau tidak ada."
Pesan 2 :
"Kau dimana?"
Pesan 3 :
"Jawab teleponku, Leeeaaa!"
Pesan 4 :
"Kau di Kota London tetapi tidak menghubungiku sama sekali?"
Pesan 5 :
"Kau gunakan untuk apa ponsel mu itu? Kenapa sejak tadi aku tidak bisa menghubungimu?!"
Pesan 6 :
"Apa kau baik-baik saja ? Aku mencemaskanmu."
Elleana menatap jengah ketika melihat isi pesan yang di kirimkan kepadanya lalu menepuk keningnya karena heran dengan kelakuan Xavier. Pria itu ternyata bisa menjadi sangat cerewet. Tidak lama kemudian ia tersenyum membayangkan wajah Xavier yang cerewet itu.
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
Haiii terimakasih untuk kalian yang setia membacanya..
Jangan lupa Like-nya, Vote dan Follow 🤗🤗😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
AD E N
Semakin seru
2023-11-03
0
Alexandra Juliana
Laahhh katanya pesawatnya terbang jam 10..ko jam 12 br masuk pesawat...delay yaaa...
2022-12-13
0
Alexandra Juliana
Kebetulan ada kerjaan di London, sekalian nyamperin yayang Lea..🤭🤭
2022-12-13
0