Sore harinya sepulang kerja, Vicky mampir dulu ke rumah Rhea untuk menjemput Dean, putranya. Namun, sesampainya ia di rumah Rhea, rumahnya tampak sangat sepi dan tidak terlihat mobil yang terparkir di garasi rumah Rhea.
Vicky pun memencet bel rumah Rhea yang ada di luar pagar. Dari balkon kamar Rhea tampak Rhea keluar dari kamarnya dan melambaikan tangan ke arah Vicky.
"Tunggu pak!" teriak Rhea yang kemudian masuk kembali ke dalam dan turun untuk membukakan pintu untuk Vicky.
Dari kejauhan Vicky menelan ludahnya kasar saat melihat Rhea berlari lari kecil ke arahnya sambil memainkan kunci di jari tangannya. Celana pendek yang tertutup kaos besar yang ia gunakan dengan rambut panjangnya yang diikatnya tinggi ke atas dan memperlihatkan leher jenjangnya membuat Vicky terpaku melihat kecantikan Rhea.
"Silahkan masuk Pak Vicky!" ucap Rhea membuyarkan lamunan Vicky yang masih terpana dengan kecantikan gadis belia yang kini berdiri di hadapannya.
"Oh, iya!" jawab Vicky tergagap. "Dean mana?"
"Dean baru saja tidur pak. Tadi sempat ikut belanja dengan papa dan mama sebelum mereka pergi!" jawab Rhea.
"Memangnya papa dan mamamu pergi kemana?" tanya Vicky lagi.
"Biasa pak, urusan bisnis di Bali. Biasanya cuma 3 minggu di sana!" jawab Rhea.
"Bapak mau minum apa?"
Vicky mendudukkan tubuhnya di sofa dan menatap ke arah Rhea secara intens sampai Rhea melambaikan tangannya di depan Vicky.
"Halooo, Paaak!" panggil Rhea. "Kok malah melamun sih. Nanti kesambet loh."
Lagi-lagi Vicky tergagap dengan lamunannya sendiri. Ia pun membuang wajahnya ke kanan sambil mengedarkan pandangannya melihat foto Rhea yang tertempel di dinding ruang tamu.
"Apa saja boleh, aku sedikit lelah hari ini!" ucap Vicky yang kemudian berdiri memandangi foto Rhea satu per satu.
Rhea memang tampak sangat cantik sedari ia masih kecil. Bahkan Vicky kini yakin jika Rhea memang cerdas setelah melihat deretan piala yang berjejer di lemari kaca di ujung ruang tamu.
Tak lama kemudian Rhea kembali ke ruang tamu sambil membawakan minuman untuk Vicky.
"Silahkan diminum pak, ini teh jahe. Biasanya kalo diminum selepas pulang kerja, badan sedikit terasa segar!" ucap Rhea sambil meletakkan cangkir di atas meja.
"Jahe?" Vicky mengerutkan dahinya dan duduk lagi di sofa sambil mengambil cangkir yang ada di atas meja.
Ia menghirup aroma jahenya dalam-dalam sebelum mencicipinya.
"Aku belum pernah meminum jahe sebelumnya karena aku pikir ini sangat pedas."
Rhea kini memberanikan dirinya untuk mendekat ke arah Vicky dan posisi mereka saat ini membuat Vicky kembali berdebar.
"Cobain aja dulu pak, dijamin ketagihan deh!" ucap Rhea sambil mendorong cangkir yang dipegang Vicky ke mulutnya.
Satu tegukan teh jahe membuat tubuh Vicky terasa hangat dan rasa penatnya pun berangsur hilang. Kini ia kembali meneguk teh jahe buatan Rhea sampai habis tidak tersisa sampai Rhea tersenyum lebar melihat Vicky menghabiskan minuman buatannya.
"Dimana kau membeli minuman seperti ini?" tanya Vicky kemudian. "Ini sangat nikmat."
"Ini tidak aja yang jual Pak. Minuman ini adalah racikan saya sendiri dari resep mama saya," jawab Rhea.
"Mau tambah lagi?" tawar nya membuat Vicky langsung mengangguk mantap.
Rhea pun langsung menuju ke pantry untuk membuatkan teh jahe untuk Vicky.
‘Rhea benar-benar sangat mempesona, bahkan dia sangat pintar meracik minuman ternikmat yang pernah aku coba,’ batin Vicky yang mulai mengagumi Rhea meski ia baru saja mengenalnya.
Tapi mengingat usia Rhea yang baru menginjak 17 tahun, membuat Vicky ragu untuk terus mendekati Rhea. Bagaimana tidak, jarak usia mereka saja terpaut sangat jauh. Bahkan usia Vicky saat ini 2 kali lipat dari usia Rhea.
Tak berapa lama Rhea kembali keluar dengan membawa nampan.
"Ini teh jahenya dan ini sup matahari. Saya tebak bapak pasti belum makan. Jadi ini bisa untuk mengganjal perut bapak dari rasa lapar," ucap Rhea.
Perhatian Rhea kali ini membuat Vicky semakin mengagumi gadis belia di depannya. "Makasih banyak ya Rhea," ucap Vicky yang langsung mencicipi sup matahari yang disajikan oleh Rhea.
"Siapa yang membuat ini?" tanya Vicky.
"Saya dong pak, siapa lagi?" jawab Rhea penuh percaya diri. "Dean aja kalo udah makan sup matahari bisa nambah sampe 3 mangkok loh."
"Oh ya?" tanya Vicky sedikit tidak percaya. Selama ini Dean selalu menolak untuk makan sayur, bagaimana mungkin putranya itu menghabiskan sup matahari sampai 3 mangkok.
"Lihat saja nanti kalo bapak tidak percaya!" timpal Rhea.
Vicky pun mengakui masakan Rhea sangat lezat di lidahnya. Setelah menghabiskan sup matahari dan teh jahenya, Vicky pun merapatkan duduknya dengan Rhea.
"Boleh saya tanya sesuatu dengan kamu?" tanya Vicky setengah berbisik di dekat telinga Rhea membuat Rhea sedikit meremang karena bisikan Vicky.
"Mau tanya apa pak?" Rhea sedikit menggeser duduknya menjauh dari Vicky.
"Sejak kapan kamu mengenal keluargaku?" tanya Vicky.
"Oh itu. Kirain mau tanya apa."
Rhea pun menceritakan kepada Vicky jika omanya Dean dan mamanya itu sangat dekat sejak mereka pindah kesini satu tahun yang lalu.
Bahkan ia selalu mengajak Dean bermain setiap Dean dan Omanya main ke rumah. Dean hampir setiap sore datang ke rumahnya, jika tidak diantar oleh omanya, Dean pasti diantar ontynya untuk bertemu dengan Rhea.
Namun setelah Oma Dean meninggal dua bulan yang lalu, Dean mulai jarang main ke rumah Rhea.
"Kenapa mama tidak pernah bercerita denganku ya tentang kedekatan kalian?" tanya Vicky yang sedikit menyesal tidak mengenal Rhea sejak lama.
"Yaa, mana saya tahu pak. Mungkin bapak terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantor," timpal Rhea.
"Trus kamu juga sudah tahu kalau saya duda?" tanya Vicky lagi dan Rhea pun mengangguk.
“Huft!” Vicky membuang nafasnya kasar.
"Tapi bapak tidak perlu khawatir! Meskipun bapak seorang duda, saya yakin bapak pasti bisa mendapatkan wanita yang cantik dan muda!" ucapan Rhea kali ini membuat Vicky sedikit terhibur.
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?"
"Tentu saja karena bapak sangat tampan dan terlihat seperti belum mempunyai seorang anak. Sahabat saya aja sampai terpesona loh dengan bapak."
Entah kenapa pujian Rhea kali ini membuat Vicky seperti terbang melayang sampai ke langit ke tujuh. Awalnya dia pikir Rhea tidak memperhatikan ketampanannya sama sekali, tetapi ternyata dia sudah salah kira.
"Memangnya saya tampan?" tanya Vicky mempertegas kepada Rhea dan Rhea pun menganggukkan kepalanya.
"Apa aku juga terlihat masih muda di matamu?"
Lagi lagi Rhea menganggukkan kepalanya membuat Vicky semakin berani mendekat ke arahnya.
"Kalau begitu, kamu mau tidak pacaran dengan saya?" tawar Vicky dan Rhea dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya.
Penolakan Rhea dengan menggelengkan kepalanya membuat Vicky semakin tertantang. "Kenapa?" tanya Vicky yang semakin memojokkan Rhea di ujung sofa.
Kali ini Rhea pun berfikir cepat untuk menolak tawaran dari daddynya Dean. Namun, belum sempat Rhea menjawab pertanyaan Vicky, terdengar suara pintu kamar Rhea terbuka dan tampak Dean sudah berdiri di sana.
"Daddy!" teriak Dean membuat Vicky langsung bergerak mundur dan menjauh dari Rhea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rita
duh om jgn bikin anak gadis orang takut slow om slow ngeggas amat om🤣
2023-06-18
1
Rita
dan kamu targetnya
2023-06-18
1
☠༄༅⃟𝐐🧡 𝐌ɪ𝐌ɪᵇᵒʳⁿᵉᵒ㋛ᵗⓂ
gercep banget sih pak 🤭🤭
belum apa-apa sudah nembak aja, ya kaget atuhh 🙄🙄
2023-06-18
0