Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, kini mereka sudah sampai di kediaman orangtua Hanan. Kedua orangtuanya menyambut dengan ekspresi datar.
"Ma, Pa, ini Alia istri aku," ucap Hanan mengenalkan Alia pada kedua orangtuanya.
Pasangan baya itu menatap Alia dari ujung kaki hingga kepala. Dan terdengar tawa kecil dari sang Papa.
"Jadi dia istri kamu? Dimana keluarganya?" tanya lelaki baya itu tersenyum sinis.
"Alia sudah tak mempunyai keluarga, dia adalah yatim piatu," jawab Hanan dengan jujur.
"Alia, ayo salam dulu sama Papa dan Mama," titah Hanan pada istrinya.
Alia tidak menuruti malah menatap kedua mertuanya dengan senyum aneh. Dan seketika tawanya pecah.
"Hahaha... Dia lucu sekali, Hanan lihat kepalanya botak. Hahaha..." Wanita itu masih tertawa terbahak-bahak menatap ayah mertuanya yang memang botak di tengah-tengah kepalanya.
Hanan dan Hendra saling pandang, mereka tak mampu menyembunyikan senyuman.
"Ah, maafkan istri aku Pa," ucap Hanan merasa sungkan pada ayah dan ibunya.
"Dasar orang gila!" balas lelaki baya itu segera beranjak meninggalkan mereka yang masih duduk di ruang tamu.
"Sudah, tidak usah pikirkan ucapan Papa. Mama paham dengan kondisi Alia," timpal Mama berusaha paham.
"Terimakasih ya Ma."
"Yasudah, sekarang bawa Alia masuk ke kamar kamu," titah Mama.
"Kalau begitu aku pamit untuk pulang dulu ya. Kalau kamu butuh bantuan bisa hubungi aku," sambung Hendra yang juga ingin pamit undur dari kediaman sahabatnya.
"Baik, terimakasih atas segala bantuanmu Hen," ucap Hanan sembari merangkul sahabat baiknya itu.
Setelah Hendra pergi, Hanan segera membawa Alia masuk kedalam kamar. Wanita itu tak banyak memberontak, ia ikut masuk kedalam kamar suaminya.
"Hanan, buatkan ayunan buat bayiku. Ssshhtt, sebentar ya. Anak ibu ingin bobok ayun? Sebentar ya Sayang," celoteh Alia meminta Hanan untuk membuatkan ayunan untuk boneka yang ada di pangkuannya.
Hanan tak beranjak, ia menatap istrinya begitu dalam. Sejenak otaknya berpikir apa yang harus ia lakukan.
"Hanan, kenapa diam saja? Ayolah, bayiku sudah menangis, lihatlah dia tidak bisa diam!" seru Alia geram melihat reaksi lelaki itu yang tampak acuh.
"Baiklah baiklah, ayo berikan bayimu padaku," pinta Hanan menampung kedua tangannya.
Alia semakin memeluk boneka itu dengan erat. "Tidak, aku tidak mau. Kamu tidak boleh mengambilnya dariku."
BUGH! BUGH!
Alia kembali memukuli lelaki itu dengan kuat. Hanan hanya tersenyum melihat tingkah istrinya. Ia meraih tangan Alia, lalu mengecup keningnya dengan penuh perasaan sayang. "Cepatlah sembuh, Sayang, biar kita bisa membuat berapapun bayi yang kamu inginkan. Kita akan menjaga mereka bersama-sama hingga mereka dewasa," lirih Hanan di telinga Alia.
Tak terasa netranya berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat itu pada istrinya yang hanya menanggapi dengan pukulan di pundaknya.
"Hanan, awas! Kamu kenapa suka sekali peluk-peluk aku, aku hanya ingin ayunan untuk bayiku," rengek Alia sembari mendorong tubuh Hanan agar menjauh darinya.
"Baiklah, Sayang. Aku akan memberikan apapun keinginanmu." Akhirnya Hanan meminta pada Art dirumah itu untuk membelikan ayunan dengan books bayi sekalian.
"Ayo sekarang kamu mandi dulu ya," ajak Hanan. Itulah sebabnya kenapa ia ingin menjadikan Alia sebagai kekasih halalnya, karena dia ingin merawat wanita itu lahir dan batin.
"Aku tidak mau mandi, aku mau ayunan!" rengeknya kembali.
"Iya, sekarang mandi dulu, nanti sebentar lagi ayunan bayinya akan datang," bujuk Hanan kembali.
"Tapi, bayi aku menangis Hanan. Ssshhtt..." Alia masih menimang bayinya.
"Sini sini, biar aku saja yang diemin ya," ucap Hanan mengambil boneka itu sembari menimangnya layaknya seorang ayah yang sedang menidurkan bayinya. "Masya Allah Dek, kamu benar-benar membawaku bermain-main dalam halusinasi," lirih pria itu sembari mengusap kepala Alia dengan lembut.
"Ssshhtt, jangan ribut Hanan, dia sedang bobok," balas wanita itu memelankan suaranya.
"Baiklah, sekarang kita tidurkan dulu. Nah, ayo kita mandi. Habis itu kamu harus makan biar nanti banyak ASInya," bujuk lelaki itu meyakinkan istrinya.
"Baiklah aku akan segera mandi, aku tidak mau lama-lama nanti bayiku bangun." Alia segera melesat masuk kedalam kamar mandi, dan di ikuti oleh Hanan. Namun, mendapatkan penolakan darinya.
"Kamu jangan ikut, aku bisa mandi sendiri Hanan." Alia mendorong Hanan untuk keluar.
"Tapi, Alia..."
"Pokoknya aku tidak mau kamu ikut masuk!" tolaknya.
Hanan hanya menghela nafas dalam. Apakah Alia bisa mandi sendiri? Namun, ia mencoba untuk berpikir positif, mungkin hanya untuk mandi Alia masih bisa.
Hanan duduk dipinggir ranjang untuk menunggu kegiatan mandi istrinya. Cukup lama ia menunggu, tetapi Alia tak jua kunjung keluar. Dan terdengar tawa Alia di dalam kamar mandi.
Cklekk!
Pintu kamar mandi terbuka. Ia melihat Alia keluar dari kamar mandi dengan basah kuyup, pakaiannya juga masih utuh. Busa sabun memenuhi kepala dan tubuhnya.
"Hanan, aku nggak mau mandi, airnya dingin," ucapnya ingin berjalan keluar.
"Eh eh, mau kemana kamu?" Hanan segera menggendong tubuh istrinya untuk kembali membawa masuk kedalam kamar mandi.
"Hanan, lepasin aku!" wanita itu memberontak sembari memukuli dada Hanan. Namun Pria itu tak peduli. Ia segera mengunci pintu kamar mandi.
"Ayo sekarang mandi." Hanan membuka pakaian Alia sedikit memaksa sehingga wanita itu menjerit histeris.
"Jangan! Tolong jangan lakukan itu pada saya, Dokter! Lepaskan saya!" pekiknya terduduk sembari melipat kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya.
Seketika Hanan terkesiap dan melepaskan tangannya. Ia menyadari bahwa Alia sedang trauma atas apa yang dulu pernah ia lakukan.
"Alia, maafkan aku. Tenanglah, aku tidak akan pernah menyakitimu," lirih Hanan berusaha untuk menenangkan Alia.
"Hanan bodoh! Kau lelaki jahat. Menjauh dariku!" pekiknya masih dalam ketakutan.
"Ayolah Alia, ayo sekarang kita mandi ya, nanti bayi kamu bangun," ucap Hanan seketika membuat Alia menegakkan kepalanya.
"Bayiku! Baiklah aku akan segera mengambilnya." Alia segera berdiri.
"Nanti dulu Alia, ayo mandi sekarang, baru boleh menemui bayimu."
Kali ini Alia hanya diam saja saat Hanan membuka pakaiannya. Namun, tatapannya kosong menatap jauh kedepan. Hanan membuka pakaiannya satu persatu sehingga tubuh itu benar-benar polos.
Hanan menghela nafas panjang, inilah ujian yang akan selalu ia hadapi. Meskipun tubuh itu halal untuk ia sentuh, namun, ia tidak akan tega melakukannya sebelum jiwa istrinya kembali sembuh.
Dengan sabar dan menahan segala hasratnya, Hanan memandikan tubuh mulus dan bersih milik istrinya. Alia hanya pasrah saat sang suami memandikannya dan kembali menggendongnya untuk kembali mendudukkan di pinggir ranjang.
"Hanan, mana bayiku?" tanya Alia masih menggunakan handuk.
"Nanti, kamu kenakan pakaian dulu," ucap Hanan sembari beranjak mengambil pakaian ganti Alia yang tadi telah di belikan oleh Art.
"Nggak mau, aku mau bayiku," rengeknya tak ingin mengenakan pakaian sebelum mendapatkan boneka yang sengaja disembunyikan oleh Hanan.
Hanan menghela nafas pelan, lalu mengambil boneka itu, dan menyerahkan pada Alia. Setelah mendapatkan mainannya. Hanan kembali mengenakan pakaian wanita cantik itu. Hanan benar-benar mengurus istrinya dengan penuh kesabaran.
"Ayo duduk sini, Sayang," ucap Hanan membimbing Alia untuk duduk di depan meja rias, lalu menyisir rambut panjangnya. "Done, kamu cantik sekali dan sangat wangi." Hanan mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang, lalu meletakkan dagunya di bahu Alia.
"Mau makan sesuatu?" tanya Hanan menatap dari pantulan cermin. Alia menggelengkan kepala.
"Aku tidak mau makan, aku ingin bermain dengan bayiku," ucapnya masih menimang boneka itu.
Bersambung...
NB. Terimakasih banyak untuk raeder yang udah bantu author untuk mengembalikan rating novel ini 🙏🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Tjutjun Bambang
semoga dg kasih sayang Alia cepet sembuh
2023-11-28
0
Lira firna S
latuiku
2023-11-19
0
🤎케빈황 ❸ ӄɛʋɨռ 黃曉明 ☆ เควิน
bapaknya Hanan tak setuju dengan Alia ternyata 🤭
2023-11-13
0