Hanan mendekati gadis itu yang tampak masih bengong dengan tatapan kosong.
"Alia, kamu tidak apa-apa?" tanyanya sembari memegang tangan wanita itu.
"Jangan sentuh saya, Dok!" sentak Alia menghempaskan tangan lelaki itu.
"Ha, maaf!" Hanan sedikit menjarak. Ia tahu bahwa gadis itu masih trauma.
"Permisi, Dok." Alia segera beranjak meninggalkan tempat itu, dan kembali memacu kendaraannya. Ia segera menuju kediamannya. Entah kenapa saat bertemu dengan pria itu membuat hatinya hancur. Ditambah sudah satu minggu lamanya sejak kejadian itu. Namun, sampai saat ini tak ada niatan untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya.
Sesampainya dirumah, Alia segera mengurung diri didalam kamar. Kembali tangis ia tumpahkan, entah kenapa rasanya begitu sakit saat melihat wajah lelaki yang kemarin-kemaring masih ia kagumi, namun setelah kejadian itu, dan ditambah tak ada kejelasan tentang tanggung jawab yang pernah ia janjikan, maka membuat hatinya menjadi benci.
Alia masih berusaha untuk tetap tegar, dan menerima segala takdirnya. Hari-hari yang ia lalui meskipun sudah tak ada harapan untuk masa depannya, namun ia akan tetap fokus untuk pengobatan sang ayah.
Biarkanlah semua yang telah terjadi, seperti apapun ia menyesali, itu tidak akan pernah bisa merubah untuk menjadi seperti semula. Ia harus merelakan kehormatan di renggut oleh lelaki itu.
Alia tak lagi berharap pertanggungjawaban dari sang Dokter, ia menyadari bahwa wanita sepertinya tentu saja bukanlah pilihannya. Namun, ia sudah bertekad untuk tidak mau lagi bertemu dengannya. Maka Alia memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.
Alia beralih pekerjaan sebagai pelayan di sebuah Cafe, hatinya sedikit lega karena tak lagi bertemu dengan lelaki itu.
***
Pagi ini gadis yang berusia dua puluh empat tahun itu bangun kesiangan, maka ia tergesa-gesa menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Selesai mandi ia menatap jam dinding dikamarnya telah menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Itu artinya ia hanya punya waktu tiga puluh menit lagi untuk sampai di tempat kerja barunya.
"Alia! Alia!" panggil Ibunya dari luar kamar.
"Ya, Bu, ada apa?" tanya Alia baru saja keluar dari kamar.
"Itu urus ayahmu, sepertinya dia sudah buang kotoran di tempat tidur!" pekiknya dengan kesal.
"Ah, baiklah." Alia segera mengambil peralatan dan menyediakan air mandi untuk sang ayah.
Gadis penurut itu membuka kamar ayahnya dengan membawa kain dan air untuk membersihkan kotoran yang sebenarnya hanya terkena di beberapa bagian alas tidur saja, karena ayahnya menggunakan Pampers lansia.
Dengan sabar gadis itu mengurus ayahnya. Setelah bersih dan menukar alas tidur, Alia membantu ayahnya untuk memindahkan ke kursi roda untuk membawanya ke kamar mandi.
"Alia, maafkan Ayah," ucap lelaki itu menatap sedih, merasa bersalah dan selalu merepotkan putrinya.
"Ayah, tidak perlu minta maaf, Ayah tidak salah apapun," ucapnya membesarkan hati sang Ayah.
"Tapi Ayah selalu merepotkan kamu, Nak."
"Tidak, Yah, aku sama sekali tak merasa direpotkan. Ayo sekarang Ayah mandi ya." Alia segera mendorong kursi roda itu ke kamar mandi untuk memandikan sang ayah.
Setelah selesai mengurusi ayahnya, Alia segera mengambil tas selempang untuk berangkat kerja.
"Bu, tolong nanti ayah di belikan sarapan ya, karena aku tidak sempat masak. Aku sudah telat. Ini uangnya, Bu," Alia menyerahkan uang kertas untuk membeli sarapan untuk ayahnya.
"Cuma untuk ayahmu saja? Kamu kira aku dan adikmu tidak perlu sarapan?" ucap wanita baya itu tak terima.
"Tapi aku hanya punya uang segitu, Bu, nanti aku coba untuk pinjam di tempat kerja," ujarnya pada sang ibu tiri.
"Baiklah, nanti pulang kamu harus bawa uang. Kalau tidak, aku tidak akan mau mengurus makan ayahmu!" tekannya yang membuat Alia harus menuruti kemauannya.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu." Alia segera beranjak dan memacu kendaraan roda duanya untuk menuju sebuah Cafe.
Sedikit terlambat, namun, sang pemilik Cafe dapat memahami alasan yang di kemukakan oleh Alia sehingga ia tak mendapat teguran.
Alia segera melakukan pekerjaannya, yaitu mengantarkan pesanan para pengunjung Cafe. Siang hari saat sedang berkutat dengan pekerjaan yang begitu sibuk, ia merasakan pusing tak terkira.
Alia mencoba untuk menahannya. Dengan tak terlalu dirasakan maka rasa pusing itu sirna sendiri. Alia sedang sibuk mengumpulkan peralatan makan, lalu membawanya ke belakang tempat pencucian piring.
"Alia, tolong antar ke meja nomor 07 ya," ucap koki yang baru saja selesai menyajikan.
Baik, Pak." Alia segera membawa nampan yang berisi menu pesanan yang akan ia antarkan sesuai petunjuk.
Saat ingin meletakkan makanan itu diatas meja, ia melihat pasangan kekasih yang sedang duduk dengan tawa bahagia.
Seketika hati gadis itu merasa perih tak terkira. Inikah yang katanya ingin bertanggung jawab? Alia berusaha untuk menguatkan hatinya saat berhadapan dengan lelaki yang telah merenggut kesuciannya.
"Silahkan, Mbak," ucap Alia hanya menyapa wanita cantik itu saja. Ia menatap sekilas wajah lelaki yang sangat ia benci.
Hanan hanya bisa terpaku melihat kehadiran gadis yang telah ia rusak hidupnya. Tak tahu harus berkata apa. Ia juga harus menjaga perasaan wanita yang ada di sampingnya.
Alia menyorot tajam, dan segera meninggalkan pasangan itu. Kembali rasa sakit menyeruak dalam hatinya. Entah kenapa takdir masih saja mempertemukan dirinya dengan lelaki itu.
Malam setelah Cafe tutup, Alia segera pulang. Di tengah perjalanan ia melihat penjual rujak buah yang rasanya begitu menggugah selera, ia menepikan motor, lalu memesan rujak buah satu porsi dan meminta untuk dibanyakin buah mangga mudanya.
"Mas, banyakin mangga mudanya ya," serunya pada pedagang buah itu.
"Baik, Neng, lagi ngidam ya, Neng?" tanya penjual rujak.
"Ah, tidak kok, Mas," jawabnya dengan cepat. Namum, seketika ia mengingat sesuatu yang membuat jantungnya berdebar tak menentu.
Setelah mendapatkan rujak keinginannya, ia kembali melajukan motornya untuk segera sampai dirumah. setibanya dikamar Alia tak lantas memakan rujak buah, hatinya mendadak gamang.
Apakah benar dirinya sedang hamil? Sebab selama ini ia tak peminat rujak, namun, malam ini ia begitu menginginkannya. Dan hal yang paling menakutkan adalah, sudah hampir dua bulan sejak kejadian itu dirinya tak datang haid.
Mendadak selera wanita itu sirna, yang tersisa hanya rasa takut dan cemas. Cukup lama ia merenung dalam kebimbangan, maka ia memutuskan untuk membeli testpack untuk menghilangkan rasa cemas yang tak berkesudahan.
Alia kembali menggunakan motor maticnya mencari apotek yang masih buka untuk membeli benda pipih itu.
Setelah mendapatkan, ia segera menuju kamar mandi untuk membuktikan bahwa katakutannya tidaklah benar. Dengan jantung berdebar Alia menguji tes kehamilan itu.
Seketika dunianya berhenti berputar saat kenyataan hadir di depan mata. Tak biasa berkata apa-apa, tubuh wanita itu membatu dan seketika bayangan Pria bejad itu kembali dalam ingatannya.
Bersambung...
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ikka Ikha Ika
cm dinovel dan sinetron kayaknya sekali hb langsung hamil.. seandainya didunia nyata juga berlaku maka tidak ada yg berani coba²..
mantap lanjutkan thor
2023-12-06
2
my name
sudah jatuh tertimpa tangga pula, alya sabar y 😢
memang y kalau ketemu orang yg seperti hanan jangankan mau minta pertanggung jawaban liat mukanya aja benci banget
2023-11-30
1
Tjutjun Bambang
datangi sj Hanan dokter pengecut minta prtanggung jawabanny di ancam dilaporin ke kantornya
2023-11-28
0