Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini sudah dua bulan lamanya Alia menjadi petugas laundry di komplek mewah yang memang di huni oleh para orang kaya.
Sore ini seperti biasanya Alia mengantarkan pakaian bersih para Dokter, ia melihat hari sudah mulai mendung, maka ia harus cepat sebelum hujan turun.
Setibanya di kediaman para dokter itu. Ia segera masuk membawa pakaian yang telah di beri nama dan meletakkan di diatas meja, nanti mereka yang akan mengambil sendiri.
Saat Alia ingin pulang, namun tiba-tiba hujan turun begitu deras. "Ya Allah, deras sekali hujannya," ucap Alia sembari duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat ia meletakkan pakaian bersih tadi.
Alia heran kemana perginya semua orang di rumah ini? Kenapa Bibik tidak ada? Ah, mungkin saja Bibik ada urusan diluar. Memang sudah terbiasa pintu rumah tak di kunci, karena mengingat banyaknya petugas yang akan mengurus rumah yang bisa diumpamakan sebuah mes untuk para Dokter yang bertugas di RS yang sama.
Alia masih berteduh menunggu hujan reda. Namun ia melihat sebuah mobil memasuki halaman rumah itu. Dua bulan bolak balik di rumah ini tentu saja sudah membuatnya mengetahui satu persatu para Dokter yang tinggal disini.
Ada seorang Dokter yang memang tak bisa ia tampik bahwa hatinya ada rasa, namun gadis itu tak ingin membesarkan perasaan yang ada. Ia mencoba untuk membuang perasaan yang menurutnya tak mungkin.
Dan yang pulang itu adalah Dokter Hanan, ya dokter itulah yang membuat hatinya selalu berdebar saat menatap wajahnya.
Alia melihat Pria itu turun dari mobil dengan santai tanpa menghiraukan hujan yang begitu lebat mengguyur tubuhnya. Ada yang aneh dari raut wajahnya.
Alia masih duduk di kursi perasaannya mulai tak menentu saat memikirkan untuk berbicara pada dokter itu. Tentu saja dia akan terkejut melihat kehadirannya seorang diri dirumah itu.
"Alia! Kamu sedari tadi?" tanya Dokter Hanan menatap gadis itu dengan tatapan yang berbeda.
"I-iya, Dok," jawab Alia gugup
Hanan dengan santainya membuka pakaiannya di depan gadis itu. Alia segera memalingkan wajahnya.
"Alia, apakah saya bisa minta tolong?" tanya dokter Hanan.
"A-apa, Dok?" tanyanya yang sebenarnya sangat malu melihat lelaki itu hanya bertelanjangg dada.
"Bisa tolong bawakan pakaian saya ke kamar?" tanya Hanan dengan nafas memburu. Terlihat kegelisahan dari gerakan tubuhnya.
"Tapi, Dok?" tanya gadis itu takut dan gamang.
"Tidak apa-apa, karena saya sedang basah kuyup seperti ini, takut pakaian saya akan basah."
Dengan hati was-was Alia mengiyakan permintaan lelaki itu untuk membawanya pakaiannya kedalam kamarnya. Dengan langkah pasti Alia memasuki kamar Hanan.
Hanan menyuruh Alia masuk terlebih dahulu. Gadis polos itu hanya mengangguk patuh tanpa memikirkan bahaya apa yang sedang mengintai dirinya.
Saat gadis itu sudah masuk dan meletakkan bungkusan baju itu, namun ia mendengar suara putaran kunci dari dalam. Tentu saja membuat Alia terkesiap melihat pemandangan itu.
"Dok, apa yang kamu lakukan? Buka, Dok, saya ingin keluar," ucapnya merasa takut tak terkira.
"Nanti saja kamu pulang, Alia, tolong temani saya dulu," sahut Hanan dengan suara berat dan nafas tak beraturan. Dengan cepat ia membuka celana jeans-nya dan memperlihatkan sesuatu yang membuat Alia menjerit sembari membuang muka.
Lelaki itu mendekatinya dan sontak membuat Alia menjauh dan menghindar.
"Apa yang kamu lakukan, buka pintunya, Dok. Jangan macam-macam!" sentak gadis itu dengan segala rasa ketakutan menyelimuti hatinya.
"Alia, please.... Tolong bantu aku untuk menuntaskan hasratku, sungguh aku tak mampu. Aku benar-benar tersiksa," lirihnya meminta pemahaman gadis itu, dan tentu saja di tolak mentah-mentah.
Ini soal kehormatan yang tak semudah itu ia serahkan pada lelaki kurang ajar seperti Dokter Obgyn itu. Alia masih berusaha memberontak.
"Lepaskan saya, dokter! Tolong jangan lakukan itu. Tolong! Tolong!" gadis itu jejeritan, namun nasib malang sedang berpihak padanya sehingga Hanan dengan paksa merenggut kehormatan gadis malang itu.
Alia berusaha melawan, namun kodratnya hanya seorang wanita lemah yang tak memiliki tenaga yang ekstra untuk menyingkirkan tubuh lelaki itu yang sedang mengungkungnya.
"Aaakhh!" jerit gadis itu saat sesuatu mengambil hal berharga darinya. Seketika air matanya melimpah ruah.
Hanan jatuh terkulai di samping Alia dengan wajah puas setelah menyalurkan hasratnya. Gadis itu menangis histeris dengan pelan menarik kain untuk menutupi tubuh polosnya.
Hanan membuka matanya yang terasa sangat berat, namun tangisan gadis itu membuatnya tak bisa terpejam. Ia melihat Alia menangis sesenggukan. Seketika akal sehatnya telah kembali. Ia segera meraih handuk yang tersampir tak jauh dari tempat tidurnya, lalu mengenakan dengan cepat.
"Alia, sssttthh...Tenanglah, Alia," ucapnya seketika memeluk gadis itu yang masih menangis sesenggukan.
"Lepas, Dokter!" jeritnya sembari memukul dada lelaki itu dengan kuat.
"Alia, tenanglah. Dengarkan aku Alia!" ucapnya sembari menangkup kedua pipinya.
"Aku benci sama kamu! Kenapa kamu tega melakukan hal ini padaku. Hiks.. Hiks..." Tangis gadis itu kembali pecah dalam dekapannya.
"Alia, maafkan aku, sungguh aku tidak bisa mengendalikan diriku untuk menahan hasrat yang dikarenakan oleh obat perangsang yang di berikan oleh temanku yang sedang mengerjai aku," jelas Hanan dan meminta maaf.
"Tapi kenapa kamu menjadikan aku untuk pelampiasannya!" sentaknya kembali masih berurai air mata.
"Alia, sekali lagi aku minta maaf, kamu jangan takut. Aku akan bertanggung jawab!" tegasnya yang membuat tangis Alia sedikit reda.
Alia menghapus buliran air matanya, dan menatap kesungguhan di mata lelaki itu.
"Apakah kamu serius? Kamu tidak akan membohongi aku 'kan?" tanyanya dengan penuh harap.
"Ya, aku janji akan bertanggung jawab. Tapi beri aku waktu untuk itu. Yang jelas aku pasti akan bertanggung jawab," jawabnya dengan pasti.
"Bagaimana jika aku hamil?" tanya Alia sangat cemas.
"Tenanglah, itu tidak akan mungkin. Karena kita melakukannya hanya sekali," jawabnya berusaha meyakinkan sang gadis.
Alia hanya diam sembari memperbaiki kain menutup tubuh polosnya. Sesekali Isak tangisnya masih terdengar.
"Ayo sekarang kamu mandilah, sebelum yang lainnya pulang," titah lelaki itu dengan nada lembut.
"Tapi pakaianku tidak ada, bagaimana aku akan pulang?" tanya Alia sembari melihat pakaiannya telah robek dan berserakan di lantai.
"Kalau begitu kamu kenakan pakaian aku saja untuk sementara. Sekarang kamu mandilah," titahnya kembali.
Alia si gadis polos itu hanya mengangguk patuh dan segera beranjak masuk kedalam kamar mandi. Ia segera mengguyur tubuhnya dengan air. Sekelabat kejadian pemerrkosaann itu masih segar dalam ingatannya.
Alia kembali menangis dibawah kucuran air. Ia tidak tahu bagaimana masa depannya kelak, apakah benar lelaki itu akan bertanggung jawab dengannya?
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mifta Mita
dokter gelo,baru sekali katanya pret
2023-12-02
1
Enti Rohyani
ko yo gk langsung dikasih obat penunda kehamilan kan dokter obygin harusnya lebih pengalaman donk .. dokter kan biasanya prepare
2023-12-01
0
Tjutjun Bambang
ya Allah dokter juga manusia bisa trgoda setan akhirnya...lanjut Thor
2023-11-28
0