Bagaimana dengan Naufal?

Pagi hari, Ayudia turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama Dokter Danny seperti biasanya namun kali ini berbeda biasanya Dokter Danny duduk di meja makan sambil membaca koran tapi pagi ini meja makan masih kosong.

"Dokter Danny mana, Bik?" tanya Ayudia pada Bik Nur.

"Belum turun, Mbak" Jawab Bik Nur lalu mengambil alih Naufal dari gendongan Ayudia seperti biasa.

"Tumben" gumam Ayudia seraya mengerutkan keningnya.

Ayudia pun kembali naik ke lantai dua untuk melihat Dokter Danny, hari ini Dokter Danny harus bekerja, Ayudia tidak ingin Dokter Danny terlambat, di rumah sakit pasti sudah banyak pasien yang menunggunya.

Sesampainya di depan pintu kamar Dokter Danny, Ayudia mengetuk pintunya.

"Dok," panggil Ayudia.

"Eh, salah, Mas" ralat Ayudia dengan jantung berdebar memanggil Dokter Danny dengan panggilan Mas membuat Ayudia merasa kikuk.

Sudah beberapa kali Ayudia mengetuk dan memanggil Dokter Danny tapi tidak ada sahutan dari dalam kamar, karena merasa khawatir Ayudia pun memberanikan diri membuka pintu itu, untungnya pintu itu tidak dikunci dari dalam.

Ketika pintu terbuka tampak Dokter Danny yang masih tidur dengan nyenyaknya di atas tempat tidur, akhirnya Ayudia pun masuk ke dalam kamar Dokter Danny dan duduk di tepi tempat tidur.

Ayudia menyentuh dahi Dokter Danny dengan punggung tangannya untuk memeriksa apakah Dokter Danny sakit tapi ketika tangannya mendarat di dahi Dokter Danny, dia tidak merasakan panas atau apapun.

"Dok. Eh, Mas" panggil Ayudia seraya mengguncang tubuh Dokter Danny untuk membangunkannya.

Namun Dokter Danny tak kunjung membuka matanya dia pun mengulanginya hingga tiga kali akhirnya Dokter Danny bergerak tapi bukannya membuka mata malah menarik Ayudia ke dalam pelukannya dan mendaratkan bibirnya di pipi Ayudia.

Ayudia pun terkejut dan membelalakkan matanya. Refleks dia mendaratkan telapak tangannya tepat di muka Dokter Danny dan mendorongnya.

"Lepaskan, Dokter" ucap Ayudia seraya berusaha melepaskan diri dari pelukan Dokter Danny.

Dokter Danny pun segera membuka matanya dan terkejut saat melihat Ayudia yang ada di dalam pelukannya.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Dokter Danny dengan bingung, tadi dia sedang bermimpi mencium dan memeluk Rahayu ketika membuka mata dan melihat Ayudia, dia merasa sangat terkejut.

Ayudia pun segera turun dari tempat tidur dan memperbaiki pakaiannya setelah Dokter Danny melepaskan pelukannya.

"Membangunkan, Dokter. Ini sudah siang" jawab Ayudia.

"Jam berapa?" tanya Dokter Danny masih setengah sadar.

"Jam tujuh" jawab Ayudia singkat.

Dokter Danny pun melebarkan kelopak matanya dan segera turun dari tempat tidur.

"Tolong siapkan pakaian saya" pinta Dokter Danny lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Ayudia pun membuka almari Dokter Danny dan mengambil pakaian yang biasa dia lihat dipakai oleh Dokter Danny.

"Kemeja, celana, kaos dalam, ikat pinggang, apalagi yah?" gumam Ayudia setelah mengambil beberapa potong pakaian Dokter Danny di dalam almari.

"****** *****" sahut Dokter Danny seraya keluar dari dalam kamar mandi.

"Oh iya" sahut Ayudia lalu membuka almari lagi dan mencari ****** ***** Dokter Danny.

"Kamu mau mencelakai senjata saya, ya?" tanya Dokter Danny seraya berbisik di telinga Ayudia.

"Senjata apa?" tanya Ayudia tidak mengerti yang dimaksud Dokter Danny.

"Ini," Balas Dokter Danny seraya menunjuk barang pribadinya yang terbungkus handuk.

Mata Ayudia pun membelalak.

"Enggak kok, Dok. Eh, Mas" elak Ayudia dengan tertunduk malu.

"Lalu, kenapa kau tidak menyiapkan ****** *****? kalau sampai barang ini terluka karena terjepit resleting bisa hancur masa depan saya. Anak saya masih satu, Ayudia" tutur Dokter Danny seraya mengambil kemeja dan memakainya.

"Maaf, Mas. Kalau begitu saya tunggu di bawah, ya" pamit Ayudia seraya berbalik dan melangkahkan kaki menjauh dari Dokter Danny.

"Hey, mau ke mana? bantuin lah ini sudah siang loh, saya juga belum sarapan" seru Dokter Danny mencegah Ayudia pergi.

"Dibantuin apa?" tanya Ayudia masih belum berbalik, dia merasa malu melihat Dokter Danny yang bertelanjang dada.

"Kancing kan kemeja saya" balas Dokter Danny.

Ayudia pun mendesah pelan lalu berbalik dan memejamkan matanya.

"Memangnya bisa lihat kalau merem kayak gitu?" tanya Dokter Danny dengan tersenyum samar.

"Bisa, bisa" jawab Ayudia seraya berjalan dan tiba-tiba menabrak dada Dokter Danny.

"Tuh kan, tadi saya bilang apa" celetuk Dokter Danny seraya mengambil ****** *****.

Ayudia pun mengancingkan kemeja Dokter Danny dengan memejamkan matanya. Dokter Danny memakai celananya dan memandangi wajah Ayudia yang ada di hadapannya. Ini pertama kalinya Dokter Danny memandang wajah Ayudia dengan jarak yang sangat dekat. Itu semua tanpa Ayudia ketahui karena dia sedang memejamkan matanya.

"Yuk," ajak Dokter Danny seraya menarik tangan Ayudia keluar dari dalam kamar dan turun ke lantai bawah setelah memakai semua pakaiannya.

Sesampainya di lantai bawah mereka segera sarapan bersama setelah sarapan Ayudia mengantar Dokter Danny sampai di halaman rumah dengan Naufal digendongan nya.

"Dada, Papa" ucap Ayudia seraya mengayunkan tangan Naufal pada Dokter Danny.

"Jangan lupa tutup dan kunci pagar rumah supaya Rahma tidak bisa masuk" pesan Dokter Danny sebelum melajukan mobilnya.

"Iya, Mas" balas Ayudia patuh.

Setelah mobil Dokter Danny keluar pagar, Ayudia segera menutup pagar dan menguncinya, tidak lama kemudian terdengar suara tetangga yang kebetulan lewat depan rumah.

"Enaknya, jadi pengasuh Naufal, habis jadi pengasuh eh nggak sampai satu tahun udah naik pangkat jadi Nyonya rumah" ucap seorang tetangga yang Ayudia tidak tahu namanya karena dia tidak pernah keluar rumah.

"Iya Jeng, tahu gitu anak ku aku suruh melamar kerja jadi pengasuh Naufal waktu itu, mungkin sekarang aku sudah punya menantu seorang Dokter. Dokter spesialis kandungan lagi tahu sendiri kan di setiap rumah sakit poli yang paling ramai antrinya hanya poli kandungan" balas tetangga yang lain.

"Iya, Jeng betul" sahut tetangga yang lain dengan menjentikkan jarinya.

Tanpa mereka tahu Ayudia mendengarkan semua pembicaraan mereka dari balik pintu pagar.

"Ini bukan mau ku. Aku tidak tahu apa-apa tentang pernikahan ini. slSemua terjadi secara tiba-tiba" gumam Ayudia dalam hati. Dia merasa sakit hati karena ucapan para tetangga, dia pun segera masuk ke dalam rumah menuju kamarnya.

Di dalam kamar Ayudia merenung dan berpikir, akhirnya dia memutuskan ingin meminta cerai dan mengundurkan diri pada Dokter Danny setelah Dokter Danny pulang kerja nanti.

"Tapi kalau aku pergi, bagaimana dengan Naufal? siapa yang akan menjaganya?" gumam Ayudia sambil menatap Naufal yang tengah menatapnya juga. Ayudia sudah menjaga Naufal sejak lahir dia pun sangat menyayangi Naufal seperti anaknya sendiri.

Dia juga tidak mau kalau nanti Rahma yang akan menjadi ibu tiri Naufal, dia tahu bagaimana jahatnya Rahma pada Naufal. Rahma tidak benar-benar menyayangi Naufal. Dia tahu semua itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!