Keesokan harinya.
Pagi ini adalah hari pemakaman Almarhumah istri Dokter Danny, setelah beberapa orang pelayat meninggalkan pemakaman Dokter Danny masih berjongkok di samping makam mendiang istrinya.
"Ayo kita pulang, Danny" ajak Pak Arya, Papanya Dokter Danny.
"Papa pulang dulu saja. Aku masih ingin di sini" sahut Dokter Danny tanpa menoleh pada Pak Arya yang berdiri di sampingnya.
"Baiklah kalau begitu" tukas Pak Arya lalu pergi meninggalkan Dokter Danny, dia tahu bagaimana perasaan Dokter Danny saat ini.
"Tenanglah di sana sayang. Aku akan menjaga anak kita" ucap Dokter Danny seraya membelai batu nisan yang ada di depannya.
Setelah beberapa saat Dokter Danny bangkit dan menoleh ke makam mendiang istrinya sebelum pergi. Usai itu dia masuk ke dalam mobil dan melajukannya ke rumah sakit untuk menjemput anaknya.
##########
Kos Ayudia.
Ayudia sedang mengecek barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal, tidak lama kemudian ponselnya berdering dia pun meraih ponsel yang berada di atas tempat tidur.
"Siapa yang telepon?" gumam Ayudia dengan mengernyitkan keningnya saat melihat nomor tak dikenal pada layar ponselnya. Namun, dia tetap menggeser tombol hijau pada layar benda pipih itu untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.
"Hallo" sapa Ayudia dengan pelan.
"Di mana kamu?" tanya seseorang di seberang telepon dengan tegas.
Ayudia pun membelalakkan matanya lantaran terkejut saat mendengar suara Dokter Danny, saking terkejutnya ponselnya sampai terjatuh ke lantai.
"Di kos, Dok" jawab Ayudia dengan gugup setelah mengambil ponselnya kembali.
"Cepat ke rumah sakit" seru Dokter Danny lalu memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban dari Ayudia terlebih dahulu.
Ayudia pun mendengus pelan ketika melihat sambungan teleponnya sudah mati, dengan segera dia membawa tas berisi barang-barangnya menuju rumah sakit. Untungnya tadi pagi dia sudah berpamitan pada pemilik kos sehingga dia tidak perlu berpamitan lagi.
Sesampainya Ayudia di rumah sakit, Dokter Danny sudah menunggunya di depan ruang Perinatologi.
"Ayo masuk" ajak Dokter Danny tanpa menunggu Ayudia bernapas sebentar karena berjalan cepat menuju rumah sakit dengan membawa tas besar.
Mau tidak mau dia pun mengekor di belakang Dokter Danny, tidak lama kemudian mereka keluar dengan bayi di gendongan Dokter Danny.
Di dalam mobil, Ayudia duduk di samping Dokter Danny dengan memangku anak Dokter Danny, selama perjalanan menuju rumah Dokter Danny tidak ada percakapan di antara mereka Dokter Danny fokus mengemudi hingga sampai di rumah.
Sesampainya mereka di rumah Dokter Danny, para keluarga menghambur keluar rumah untuk menyambut anak Dokter Danny, mereka sudah tidak sabar untuk segera menggendongnya.
"Jangan menyentuhnya sebelum mencuci tangan" seru Dokter Danny setelah itu dia membuka pintu yang ada di samping Ayudia. Lalu mengangkat anaknya dari pangkuan Ayudia dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Ayudia pun buru-buru mengambil tas yang ada di kursi belakang. Lalu mengikuti belakang Dokter Danny.
Ketika Dokter Danny memasuki ruang tamu ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya, pemilik sepasang mata itu pun tersenyum lalu bangkit dari duduknya dan mengikuti Dokter Danny.
"Kak" sapa pemilik sepasang mata itu.
Dokter Danny pun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Apa?" sahut Dokter Danny dengan jutek.
Orang itu pun tersenyum dan memandang mata Dokter Danny.
"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Kak Rahayu" Ucap orang itu yang tidak lain adalah Rahma, adik kandung Rahayu Stephanie.
"Terima kasih" balas Dokter Danny datar.
"Kalau butuh teman atau apa Kak Danny bisa menghubungi aku. Aku akan selalu ada untuk Kakak" ujar Rahma seraya menatap sinis pada Ayudia.
Ayudia yang di tatap seperti itu tentu saja merasa takut dan segera menundukkan kepalanya.
Dokter Danny tidak menanggapinya dan berlalu pergi, Ayudia pun mengikuti kemana Dokter Danny pergi.
Rahma merasa dongkol karena Dokter Danny tidak menyambutnya dengan hangat, sedari dulu dia sudah mengincar Dokter Danny. Tapi sayangnya Dokter Danny lebih memilih Rahayu daripada dirinya.
"Sebentar lagi aku akan mendapatkan mu Danny Dharmendra" gumam Rahma dengan percaya diri dan tersenyum miring.
Sementara itu Dokter Danny masuk ke dalam sebuah kamar di lantai dua, kamar itu sangat luas dan sudah di desain seperti kamar anak-anak, di dalam kamar itu terdapat tempat tidur besar, box bayi, mainan dan semua keperluan bayi ada di dalam kamar itu. Dokter Danny dan istrinya sudah jauh-jauh hari mempersiapkan kamar itu untuk menyambut kelahiran buah hati mereka.
"Ini kamar mu, semua keperluan bayi sudah tersedia" tutur Dokter Danny setelah menidurkan bayinya pada box bayi.
"Baik, Dok" balas Ayudia patuh.
"Kalau ada yang kurang kamu bisa bilang pada saya dan kalau kamu butuh sesuatu atau apa saat saya tidak ada kamu bisa minta pada Bik Nur di dapur" lanjut Dokter Danny lalu pergi dan menutup pintu kamar Ayudia.
Usai Dokter Danny menutup pintu, mata Ayudia memindai sekeliling kamar itu. Kamar itu lebih besar daripada kamar kos Ayudia, setelah itu Ayudia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Hm, nyaman sekali" gumam Ayudia seraya membelai kasurnya.
#########
Malam hari.
Semua tamu, tetangga dan keluarga sudah pulang setelah pengajian pembacaan tahlil dan surat Yasin di rumah Dokter Danny, Dokter Danny masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tepi tempat tidurnya kemudian dia meraih foto mendiang istrinya yang ada di atas nakas.
"Kenapa kamu pergi secepat ini?" gumam Dokter Danny seraya membelai foto mendiang istrinya yang tengah tersenyum.
Kenangan saat mereka pertama kali bertemu pun melintas kembali di ingatan Dokter Danny, saat itu Rahayu dan Rahma tengah berjalan di pinggir jalan seusai jalan-jalan pagi pada hari Minggu.
Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang melaju dengan sangat kencang dan menyerempet mereka kebetulan Rahayu berada di sebelah kanan hingga akhirnya Rahayu pun terjatuh, Dokter Danny yang melihat kejadian itu segera menghampiri mereka dan menolongnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Dokter Danny seraya membantu Rahayu berdiri.
"Tidak apa-apa, terima kasih" balas Rahayu seraya mendesis karena merasakan perih pada sikunya.
"Siku kamu berdarah" ucap Dokter Danny ketika melihat siku Rahayu terluka.
"Tidak apa-apa, hanya lecet sedikit" sahut Rahayu dengan meringis menahan perih.
Rahma pun tertegun ketika memandang Dokter Danny, dia terpesona pada Dokter Danny, tidak hanya tampan Dokter Danny juga sangat perhatian sampai-sampai dia lupa untuk menolong Rahayu.
Dari situlah awal perkenalan mereka dan dari situlah tumbuh perasaan cinta di hati Rahma pada Dokter Danny, sayangnya Dokter Danny lebih tertarik pada Rahayu dari pada Rahma.
Di saat Dokter Danny tengah mengenang awal pertemuannya dengan Rahayu, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi. Dokter Danny pun segera menaruh kembali foto Rahayu di atas nakas kemudian dia bergegas keluar dari kamarnya menuju kamar Ayudia yang berada di samping kamarnya. Dokter Danny dan Rahayu memang sengaja menyiapkan kamar calon anaknya di samping kamar mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments