"Ikut saya ke ruang Perinatologi" ajak Dokter Danny seraya bangkit dari tempat duduknya.
Aku pun mengangguk dan mengikuti belakang Dokter Danny, entah kenapa dia mengajakku ke ruangan para bayi itu, padahal banyak orang di ruangan ini yang bisa di ajak ke sana.
Sesampainya di ruang Perinatologi, Dokter Danny segera mendekati wastafel untuk mencuci tangan aku pun melakukan hal yang sama memang seharusnya seperti itu yang harus dilakukan sebelum menyentuh bayi.
Setelah mencuci tangan Dokter Danny mendekati ranjang bayi yang bertuliskan nama "By. Ny. Rahayu Stephanie" Rahayu Stephanie adalah nama istri Dokter Danny. Dokter Danny mengulurkan tangan lalu mengangkat tubuh bayi itu dan mendekapnya di dada. Ku lihat bayi laki-laki itu sangat tampan seperti Dokter Danny aku bisa mengetahui jenis kelamin dari gelang warna biru yang ada di pergelangan tangannya.
Ku lihat Dokter Danny mendekap bayi itu dengan tubuh bergetar dan mata terpejam, tidak lama kemudian tetesan bulir bening mengalir dari pelupuk matanya, isak tangis pun mulai terdengar. Aku tahu apa yang dirasakan Dokter Danny saat ini sedih dan sakit karena kehilangan orang yang dicintainya, mata ku pun berkaca-kaca melihatnya.
Setelah beberapa menit Dokter Danny menurunkan bayi nya dan membaringkannya kembali di ranjangnya, seusai mengusap air matanya Dokter Danny memandangku cukup lama. Ku lihat dia tampak berpikir.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Dokter Danny padaku tiba-tiba.
Aku pun terkejut dan menjawabnya dengan gugup.
"Rumah kos depan rumah sakit, Dok"
"Nanti malam kemasi semua barang kamu, mulai besok tinggal lah di rumah saya untuk menjaga anak saya" ujar Dokter Danny kemudian.
"Tapi bagaimana dengan pekerjaan saya di sini, Dok?" tanya ku dengan ragu.
Aku baru saja lulus kuliah masih banyak yang harus aku pelajari di rumah sakit yang tidak aku dapatkan di bangku kuliah.
"Kamu bisa mengundurkan diri, saya akan membayar kamu lebih dari yang kamu dapatkan di rumah sakit ini" Balas Dokter Danny.
"Baik, Dok" sahut ku setuju tanpa berpikir panjang lagi. Saat ini memang aku sangat membutuhkan banyak uang, aku ingin membahagiakan ibuku yang sudah membiayai kuliah ku selama ini.
Hari pun semakin malam, setelah bergantian dengan pegawai shift malam, aku pun kembali ke kos ku yang berada di seberang rumah sakit.
##########
POV Dokter Danny.
Hari ini aku merasa sangat bahagia ketika mendengar kabat bahwa istriku akan melahirkan, aku pun mempercepat kegiatanku dalam ruang operasi. Untungnya itu adalah jadwal operasiku yang terakhir, aku pun segera bergegas ke ruang bersalin yang bersebelahan dengan ruang operasi di mana istriku tengah berjuang melahirkan anak kami setelah kegiatan operasi selesai.
Namun ketika aku sampai di ruang bersalin aku melihat istriku sudah tidak bernyawa lagi di atas tempat tidur.
"APA YANG TERJADI?" tanya ku pada semua orang yang ada di ruangan itu dengan suara lantang. Ku edarkan pandanganku pada semua orang yang tengah tertunduk tidak berani menatap apalagi menjawab pertanyaan ku.
"Terjadi emboli ketuban, Dok" sahun Bidan Dea, salah satu Bidan senior yang membantu persalinan istriku.
Aku pun segera menatap Bidan Dea yang berdiri tidak jauh dari ranjang istri ku. Terlihat sekali kalau dia menjawab pertanyaan ku dengan ketakutan.
"Emboli" gumam ku lirih dengan memejamkan mata.
Aku pun mendekat ke arah istriku yang tidak bergerak di atas tempat tidur, aku meraih tangannya dan mengecup punggung tangan itu. Air mata tiba-tiba keluar dari pelupuk mataku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments