9 : Tolong Jangan Bikin Malu!

Sampai di rumah Helios, pekerja di sana sudah langsung ketakutan kepada Chole. Mereka secara perlahan menghindari Chole. Awalnya tatapan dari setiap mereka yang berpaling, kemudian mereka juga pergi menyibukkan diri.

“Mereka takut berurusan denganku. Takut bermasalah bahkan dipecat,” pikir Chole yang memutuskan menaiki anak tangga menuju kamar atas. Kamar Helios.

Sampai di kamar, Chole makin tidak bersemangat. Karena biar bagaimanapun, Helios sudah menalaknya. Ia bukan lagi istri Helios dan mereka tidak bisa rujuk. Mereka hanya bisa memperbaiki pernikahan mereka dengan akad sekaligus mahar baru karena Helios menjatuhkan talak sebelum terjadi perse*tubuhan.

Chole duduk loyo di pinggir kopernya. Tatapannya mengawasi dua kantong yang ia bawa. Padahal dari kemarin ia tidak makan, tapi ia sama sekali tidak merasa lapar. Chole hanya sesekali minum agar ia tidak dehidrasi dan berujung pingsan.

Menjadi Chole yang sekarang memang membuat Chole wajib jauh lebih tegar. Tahan ban*ting bukan hanya mental. Karena Chole juga harus tahan banti*ng fisik.

Hampir pukul sepuluh malam Helios tak kunjung pulang, Chole yang masih duduk di sajadahnya sengaja meraih ponsel yang ia letakan di sebelah koper. Ia menelepon Excel, meminta bantuan dari sahabat Helios itu untuk memperbaiki hubungan Chole dan Helios. Chole jujur sejujur-jujurnya.

“Aku benar-benar minta tolong, yah, Mas. Aku tetap mau jadi istri mas Helios.” Chole berlinang air mata, tersedu-sedu menceritakan keinginannya yang untuk tetap menjadi istri Helios. Ia menggunakan ujung mukenanya untuk menyeka air mata sekaligus ingusnya.

***

“Masalah itu, kamu enggak usah ikut campur!” Helios tak sedikit pun melirik Excel yang menghampirinya ke markas mafia.

Helios masih duduk dengan angkuh di kursinya.

“Chole wanita baik-baik, Her! Dia wonder woman yang sesungguhnya.” Excel emosional. “Aku beneran kaget pas tadi dia telepon nangis-nangis. Kamu menalak dia sebelum kamu kasih dia kesempatan!”

“Kamu jahat banget ke dia, Her!”

“Justru akan lebih jahat lagi kalau aku tetap menyentuh dia, Cel!” Helios meledak-ledak, menatap marah sang sahabat seolah ia sedang menghadapi Chole yang memang sangat ia benci.

“Kamu apakan saja Chole? Kamu melukainya? Kamu memukulnya?” lirih Excel terdengar mengintimidasi bahkan di telinganya sendiri.

“Enggak usah pura-pura karena dia pasti sudah langsung heboh cerita ke dunia!” Helios menghela napas dalam, merasa sangat lelah bahkan muak karena baginya, sang sahabat lebih memihak Chole ketimbang dirinya.

“Sumpah! Aku beneran berani bersumpah, dia enggak cerita kamu sampai macam-macam. Dia hanya mengakui kesalahannya menggantikan Cinta, lalu saat harusnya menjadi malam pertama kalian, kamu langsung menjatuhkan talak, kamu belum pulang bahkan sekadar mengabari dia saja, kamu enggak!” sergah Excel. “Chole wanita baik-baik loh, Her. Cantik, berpendidikan, dari keluarga berada. Beneran enggak ada kurang, malahan kalau disandingkan dengan kamu, dia terlalu sempurna buat kamu!”

“Kalaupun kamu enggak mau, pulangin dia ke orang tuanya. Itu akan jauh membuatnya manusiawi. Itu akan jauh lebih membuatmu punya harga diri. Jangan begini, asal buang dan enggak mau tahu.”

“Jangan pernah mencintai atau menjalani hidupmu dengan Helios. Kamu harus menjadi Heri agar kamu jauh lebih manusiawi. Biarkan Helios menjadi ketua mafia saja, sementara Heri menjadi manusia yang punya hati!” sergah Excel.

Heri merupakan nama asli Helios sebelum ketua mafia yang mata kanannya buta itu menjadi ketua mafia.

“Tolong jangan bikin malu. Kalaupun kamu memang enggak punya malu, tolong lihat aku. Lihat mertuaku yang kemarin sudah jadi bagian dari keluargamu.” Excel benar-benar tegas.

“Sekarang kamu pulang, temui Chole, kalian akad lagi. Siapkan mahar!” Lantaran Helios sudah langsung menghela napas dalam dan tampak jelas akan mengamuk, ia sengaja berkata, “Rugi kamu kalau sampai lepas Chole!”

“Kalau kamu mau marah, MARAH KE CINTA!” lantang Excel tak memberi Helios kesempatan menyela ucapannya.

“Dari awal aku sudah mengingatkanmu, wanita macam apa yang masih mau memberi laki-laki lain harapan padahal dia saja sudah punya kekasih!”

“Chole sama sekali enggak salah! Malahan harusnya kamu terima kasih!”

“Bayangkan andai kamu dan Cinta tetap jadi menikah. Terus apa yang kamu dan Cinta lakukan saat Cinta masih menjadi kekasih Akala, juga Cinta lakukan dengan Akala padahal kalian sudah menikah?”

“Enggak menutup kemungkinan mereka sampai tidur bersama di belakang kamu. Lalu bodohhnya kamu, kamu hanya akan menyalahkan orang lain hanya karena kamu terlalu bucin ke Cinta!”

“Harusnya kamu berterima kasih ke Chole. Bayangkan kalau Cinta nekat kabur sebelum ijab kabul sementara kamu harus menghadapi pernikahan sendiri!”

“Maka dari itu aku minta ke kamu, cukup jadi Helios untuk urusan mafia saja. Karena Helios itu ibarat robot yang hanya mengandalkan otot makanya dia gobblok. Helios nol besar kalau urusan kehidupan apalagi cinta.” Excel benar-benar memaksa.

“Besok saja!” sanggup Helios masih jengkel.

“SEKARANG! ISTRIKU SEDANG HAMIL, INI AKU TINGGAL MALAM-MALAM HANYA BUAT MENGGEMBLENG KAMU YANG TERLALU GOB*LOK!” ucap Excel yang kemudian berkata, “Dikasih berlian kok nolak!”

Mendengar Chole Excel samakan dengan berlian, Helios langsung mendelik. Mata kirinya yang masih berfungsi, menatap tak percaya sang sahabat.

“Kamu saja yang enggak normal! Hanya laki-laki tidak normal saja yang tidak tertarik ke Chole!” kesal Excel.

“Berarti kamu tertarik juga?” sergah Helios syok.

“Aku juga bagian dari laki-laki enggak normal karena aku hanya tertarik ke istriku!” balas Excel masih mengomel. Namun omelannya kali ini sukses membuat Helios kicep.

“Besok saja. Ini sudah dini hari. Penghulu mana yang mau bekerja di waktu yang sudah larut seperti ini,” ucap Helios.

“Aku sudah mengatur semuanya. Enggak usah terkejut apalagi kagum karena aku bukan Helios yang gobloog!” tegas Excel.

Helios yang merasa tertampar, refleks menelan cairan yang hadir membasahi mulutnya.

“Pulang dan jemput Chole. Ijab kabul ulang di rumah orang tua Chole. Nanti aku dan istriku yang jadi wali buat kamu! Ini aku juga mau langsung jemput istriku. Dia sudah sedang siap-siap!” Excel masih marah-marah.

“Tapi jujur, aku enggak mau menikah,” ucap Helios. “Aku mau begini saja!”

Murka, Excel menghela napas dalam. “Kalau kamu terus begini, bikin malu aku dan mertuaku aku enggak mau bantu kamu lagi. Aku beneran akan keluar dari mafia ini!”

Kali ini, Helios sudah langsung ketar-ketir ketakutan. Ia langsung menggeleng kemudian buru-buru pergi bahkan walau Excel masih di sana. Helios menggunakan motor trail guna menghemat waktu.

Sekitar satu jam kemudian, Helios sampai kamarnya. Baru membuka pintu, ia memergoki Chole yang meringkuk ketiduran di atas sajadah. Wanita itu masih memakai mukena lengkap. Sementara di tangan kanannya, sebuah tasbih nyaris lepas dari genggamannya.

“Kenapa aku harus menikah apalagi dengannya?” pikir Helios masih belum bisa memantapkan keputusannya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***