Part.18

***

Alina terlonjak kaget saat bangun tidur, dia mendapati dirinya sudah tertidur lelap diatas ranjang yang ada didalam kamar Pras.

Alina mengedarkan pandangan nya menelusuri setiap sudut ruangan demi mencari pria yang beberapa waktu yang lalu ada bersama dirinya didalam kamar mandi.

Namun ruangan kamar tampak begitu sunyi dan sepi. sepertinya pria itu tidak ada didalam sana, entah kemana perginya pria itu.

Tapi tunggu, ngomong ngomong, kenapa dirinya ada di ranjang? Bukankah, tadi seingatnya dia masih menangis didalam pelukan Pras dan keduanya masih berada didalam bathtub? Lalu kenapa sekarang Alina ada di atas ranjang? Dengan tubuh yang terbalut oleh kemeja milik Pras yang kebesaran di tubuh mungil Alina.

Bahkan Alina sampai mengerutkan dahinya saat memikirkan hal itu. Saat larut dalam pemikiran nya, perhatian Alina pun teralihkan oleh suara pintu kamar yang dibuka oleh seseorang.

Alina melirik ke arah pintu yang menampilkan Pras yang tengah masuk kedalam kamar dengan mengayuh kursi rodanya.

Deg...

Alina dan Pras sama sama dibuat tertegun saat kedua netra mereka saling bertemu dan saling bertatapan dalam beberapa menit, sebelum akhirnya Pras uang lebih dulu memutus tatapan itu dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Pras lalu mengayuh kembali kursi rodanya menuju ke meja rias dan mengambil laptop yang tersimpan di sana. Tanpa berucap satu kata pun, Pras kembali keluar kamar dengan laptop ditangan nya.

Alina sendiri hanya menatap sekilas keberadaan pria itu lalu membiarkan nya pergi begitu saja tanpa mau menanyakan prihal keberadaan nya di atas ranjang pria itu.

Pikirnya, mungkin Mbok Ijah yang sudah membantu memindahkan nya dari kamar mandi ke ranjang dan membantu Alina menggunakan kemeja milik Pras.

Tapi, jika dipikir lagi. Apa mungkin wanita paruh baya itu mampu mengangkat tubuhnya? Lalu bagaimana dengan keadaan Pras yang waktu itu masih telanjang bulat?

Ah, rasanya kepala Alina serasa ingin pecah saja. Namun ALina pun berusaha untuk tidak memikirkan hal itu dan memilih mengabaikan nya saja.

Alina pun mulai beranjak dari ranjang dan kembali ke dalam kamarnya bersama dengan Alesya. Merasa tubuhnya masih lemas dengan kepala yang berdenyut, Alina pun kembali membaringkan tubuh nya di ranjang yang setiap malam menjadi tempat nya beristirahat dengan memeluk tubuh mungil Alesya.

Alina pun kembali terlelap didalam kamar Alesya sampai ketukan pintu membangunkan tidurnya. Yang ternyata sudah cukup lama dia kembali tertidur didalam kamar keponakan yang kini menjadi putrinya.

Tok

Tok

"Non Alin? Non Alin ada didalam?" seru Mbok Ijah yang menanyakan keberadaan nya dari balik pintu.

Ceklek

"Iya Mbok, ada apa? Maaf tadi saya ketiduran," jawab Alina sembari membuka pintu kamar anaknya itu.

"Maaf non kalau saya mengganggu,"

"Tidak apa apa, ada apa ya?"

"Itu, nyonya besar menelpon. Katanya non Ale akan menginap di sana,"

"Oh, begitu ya? Ya sudah tidak apa apa. Terima kasih ya Mbok,"

"Iya non, sama sama. Sama, sekalian saya mau pamit ya. Ini sudah mau magrib, saya pulang non,"

"Oh, iya Mbok silahkan. Jangan lupa bawa makanan untuk orang rumah ya, itu yang dimeja makan bawa saja, sisakan untuk Mas Pras saja. Sisanya bawa sama Mbok ke rumah,"

"Loh, kok dibawa semua? Memang nya non nggak akan makan?"

"Saya tidak lapar Mbok, bawa saja. Sayang takut basi dan nggak kemakan kan sayang jadi mubazir, kalau dibawa sama Mbok kan jadi bermanfaat,"

"Baiklah kalau begitu, terima kasih ya non,"

"Iya Mbok, sama sama. Hati hati dijalan ya,"

Alina pun kembali masuk kedalam kamar setelah memastikan jika Mbok Ijah sudah pulang dengan membawa makanan yang tadi sempat Alina pinta untuk dibawa oleh Mbok IJah.

Dan tanpa mereka berdua sadari, jika interaksi keduanya tertangkap oleh netra seseorang yang baru saja keluar dari ruang kerja yang ada didalam rumah itu.

Pras hanya menatap datar ke arah ALina dan juga Mbok Ijah yang tengah berbincang itu. Lalu setelah melihat Alina masuk kembali kedalam kamarnya, Pras pun mengikuti jejak ALina dan masuk ke dalam kamarnya.

*

*

1 minggu kemudian...

Alina tersenyum sumringah saat melihat ke dua pasang suami istri yang sudah tidak muda lagi tengah berdiri berjejer didepan pintu ruangan dimana dirinya menjalani sidang skripsi.

Dua buah buket bunga serta menyertai kehadiran kedua orang tua dan kedua mertuanya dihari yang dinanti nanti oleh Alina setelah jatuh bangun menyelesaikan skripsi nya.

Alina mempercepat langkah nya lalu memeluk kedua orang tua nya terlebih dahulu, lalu kemudian kedua mertuanya yang sudah datang untuk memberikan selamat atas kesuksesan sidangnya hari ini.

"Selamat ya sayang, finally. Kamu lulus juga,' ucap mama Tari pada putrinya yang bisa menyelesaikan kuliah nya tepat waktu ditengah kesibukan nya menjadi seorang istri dan juga ibu sambung untuk keponakan nya itu.

"Iya Ma, terima kasih,"

Semua nya pun larut dalam rasa bahagia karena akhirnya Alina bisa mengakhiri perjuangan nya dibangku perkuliahan tepat waktu.

Hingga suara deheman pun mengalihkan perhatian lima orang yang ada di sana, yang tengah merayakan kesuksesan anak dan menantu mereka, Alina.

Semua pun akhirnya menoleh ke sumber suara, dimana ada seorang pria berdiri tidak jauh dari sana dengan buket bunga di tangan nya.

"Denis?"

"Selamat ya, akhirnya bebas juga lo dari tugas tugas menyebalkan itu,"

"Iya, terima kasih. Terima kasih juga sudah datang,"

"Ini, gue hanya mampu beli ini buat hadiah hari bersejarah buta lo ini," lanjut Denis memberikan buket bunga yang begitu cantik pada Alina.

Alina pun mengambil buket bunga itu dengan senang hati. Semua yang hadir pun tampak ikut berbahagia dengan lulus nya Alina dari bangku kuliah.

Dan tanpa mereka sadari, jika ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka semua yang tampak begitu berbahagia, meski tanpa adanya dirinya bersama mereka.

*

***

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***