Menjelang malam, Bagas tampak memasuki rumahnya. Ia menyapa Ariana yang sedang menonton drama korea di ruang keluarga.
"Daddy udah pulang?"
Gadis itu menyambut kedatangan Daddynya. Bagas duduk di sofa tepat bersebelahan dengan Ariana.
"Kalau belum pulang kenapa Daddy bisa di sini?"
Putri Bagas itu tertawa. Ia bangkit untuk mengambilkan air minum Bagas. Sejak kecil, Ariana sudah dibiasakan untuk menyiapkan air minum setelah Bagas pulang bekerja. Hanya sebatas itu saja tugasnya namun Ariana sangat menyukainya. Ia menganggap itu adalah tanda baktinya pada Bagas. Sementara untuk urusan makan malam tentu saja Eva yang melayani.
Bagas meneguk air dalam gelas besarnya seraya berucap, “Terimakasih,"
Sementara Ariana kembali fokus menonton Televisi ditemani cemilan kesukaannya. Lelaki itu mencoba untuk mengalihkan perhatian Ariana.
"Ariana, Mommy mana?" tanya langsung. Bagas meletakkan tas kerjanya di atas meja. Lalu menggulung lengan kemejanya sampai siku.
Ia menyandarkan bahunya pada sofa untuk menghilangkan penat. Sekarang Bagas sudah terbiasa dengan segala kesibukannya di perusahaan yang dipimpin olehnya. Keluar dari dunia entertainment adalah pilihannya sejak kelahiran Ariana tujuh belas tahun lalu.
"Ada, di dapur. Mommy belum selesai masak," jawab gadis cantik yang dibalut piyama berwarna merah muda itu.
Bagas mengusap puncak kepala putrinya lalu bangkit.
"Kenapa gak bantuin Mommy? nonton aja kerjaannya,"
"Katanya gak usah bantu,"
Bagas memasang ekspresi tidak percaya yang konyol membuat Ariana tertawa keras.
"Makan malam udah siap," seruan Eva berhasil menghentikan interaksi antara anak dan ayah itu. Mereka berdua menatap Eva yang datang seraya memegang piring.
Ariana langsung berlari ke arah Eva. Dan matanya langsung menatap liar bakwan jagung di piring tersebut. Benar-benar membuatnya tak sabar ingin melahap.
Ariana mengangkat tangannya untuk mengambil salah satu bakwan. Namun ucapan Mommynya berhasil menginterupsi kegiatannya tersebut.
"Cuci tangan dulu!"
Gadis itu mengela napas pasrah menahan nafsunya untuk beberapa saat. Ia segera pergi ke wastafel untuk membersihkan tangannya.
Sementara Bagas tersenyum manis pada Eva walaupun ada lelah yang terlukis di wajahnya. Bagas melingkarkan tangannya di pinggang Eva kemudian berbisik,
"Kangen sama kamu,"
Eva menyelesaikan interaksi intim mereka. Ia khawatir Ariana menyaksikannya.
Bagas melipat wajahnya saat Eva mengusir tangannya.
"Kenapa di lepas sih?" tanya nya dengan kesal. Eva tersenyum seraya mengusap wajah lelakinya yang tampan.
"Kamu harus makan dulu,"
Bagas mencibir dengan matanya yang berputar. Terlihat konyol di mata Eva.
"Untung alasannya bukan karena udah bosan sama aku,"
Eva menghempas lengan suaminya yang tadi di genggamnya.
"Gak ada bosan kalau sama kamu,"
Bagas tersenyum bahagia mendengar jawaban Istrinya. Ia menepuk puncak kepala Eva dengan lembut kemudian membawa Istrinya ke ruang makan. Dimana Ariana sudah mengambil makanannya sendiri.
"Tumben gak minta ambilin sama Mommy?"
Eva terkekeh memperlihatkan barisan giginya yang rapih.
"Udah kelewat lapar, Mom,"
Tanpa menunggu waktu lama gadis itu melahap bakwan kesukaannya. Sebenarnya Semua masakan Eva menjadi makanan kesukaan untuknya. Cita rasa yang dibuat Eva menurutnya tidak akan Ia dapatkan di restoran manapun.
"Tadi kamu kemana dulu setelah pulang sekolah?"
Di sela-sela kehangatan malam ini, Eva mengajukan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya. Namun belum sempat Ia tanyakan langsung pada Ariana karena setelah Ariana sampai rumah, Eva sudah sibuk di dapur.
Lagipula biarlah gadis itu jujur di depan Bagas. Kalau dengan Eva, Ariana bisa dipastikan banyak berkelit.
Bagas menyipit menatap anaknya yang langsung diam.
"Kemana?" tanya Bagas.
"Tadi ke rumah Sinta,"
Namun kedua orangtuanya menginginkan jawaban yang jelas. Bukan sekedar satu kalimat pendek seperti itu.
"Ngapain main ke rumah teman? belum izin kan sama Mommy?"
Ariana membasahi bibirnya saat nada Jino mulai datar. Pertanda kalau Daddynya itu sedang dalam mode posesive.
"Aku kerja kelompok, Daddy. Dan maaf aku lupa izin ke Mommy dulu. Padahal HP aku ada," jawabnya dengan jelas. Bagas mengangguk kemudian meraih air minumnya setelah nasi di piringnya sudah habis.
"Lain kali kalau ada kerja kelompok lagi, rumah kita ini bisa di pakai. Apa kurang luas? sebanyak apa anggota kelompok kamu?"
Bagas sangat handal dalam membuat anaknya terdiam dengan telak. Ia tersenyum miring melihat raut gelisah di wajah Ariana.
"Mengerti sayang?"
Tanpa basa-basi putrinya langsung mengangguk patuh. Ariana tahu situasi ini tidak bisa Ia hindari. Tapi Ia bersyukur mempunyai orangtua yang begitu perhatian kepadanya. Walaupun menurut sebagian orang, cara mendidik yang diterapkan Bagas dan Istrinya terlalu berlebihan, menurut Ariana itu sangat wajar. Mengingat Ia adalah anak perempuan tunggal dan hidup di masa modern ini memang perlu pengawasan ketat dari orang tua dalam menjaga anaknya.
"Hanya kamu harapan Daddy dan Mommy,"
Jika mendengar kalimat itu, Ariana merasa ada beban berat yang dipikulnya. Menurut Ariana, mewujudkan harapan Bagas dan Eva adalah kewajibannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
👍👍
2024-01-29
0