Melamar wanita lain untuk dinikahi suaminya, bagaimana bisa Farida melakukan hal itu? Disaat semua wanita berlomba-lomba melindungi suaminya dari wanita lain, Farida malah meminta pada wanita yang baru saja dia temui agar mau menikah dengan pria yang telah menikahinya selama satu tahun tersebut.
“Bagaimana?Apa kamu mau?” Farida mengulang pertanyaannya pada Karina yang sedang menatapnya aneh.
“Julian, sebaiknya kamu bawa istri kamu pulang dia sudah membuat Karina malu di depan banyak orang,” bisik Wicaksono yang kesal pada menantunya, karena tidak bisa melihat tempat untuk membicarakan hal pribadi. Ruangan rapat itu kini jadi tidak kondusif karena ucapan yang dilontarkan oleh Farida terhadap Karina.
Julian mengangguk, dia mengajak Farida untuk pulang dan membahas masalah ini di rumah. Sementara Wicaksono menyampaikan permintaan maafnya pada Karina serta jajaran direksi yang hadir di ruang rapat tersebut.
.
.
.
.
****
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berbicara seperti itu pada orang yang baru saja kita temui?” tegur Julian yang tidak suka dengan sikap istrinya barusan.
“Mas, kamu taukan hidup aku nggak akan lama lagi kamu harus mencari penggantiku dan aku melihat Karina wanita yang baik dan dia pantas menggantikan aku sebagai istrimu.”
“Farida, sudah aku katakan kau akan sembuh dan aku tidak butuh penggantimu. Kamu akan selalu bersamaku selamanya.” Julian memalingkan wajahnya dari sang istri karena tidak ingin menampilkan wajah marahnya.
Farida menghampiri suaminya yang sedang berdiri membelakanginya dan menyentuh bahunya lembut. “Mas, aku tahu kamu mencintaiku tapi kamu juga harus memikirkan masa depan kamu. Aku sudah lama menderita kanker dan tidak mungkin untuk sembuh, aku tidak bisa memberimu anak dan tidak bisa mendampingi serta mengurusmu dengan baik dan aku yakin, Karina akan memberimu kebahagiaan yang tidak pernah aku berikan padamu, lagi pula aku rasa papa juga akan setuju karena Karina bisa memberinya cucu yang telah lama papa idamkan.”
Julian menghela napasnya dan menatap istrinya kesal. “ Berhenti bicara omong kosong, aku tidak ingin mencari wanita lain sekalipun kau mati Farida, aku akan terus berusaha untuk mencari dokter terbaik untuk menyembuhkan penyakitmu.”
“Tapi mas—,”
“Aku akan mengantarmu untuk beristirahat, kau terlalu banyak berpikir hari ini,” sela Julian memotong ucapan istrinya.
“Mas, aku sedang sekarat sekarang,” ucap Farida membuat Julian marah dengan kata-katanya.
“Farida! Aku tidak suka dengan kata-katamu, kamu akan sembuh seperti dulu lagi … bukankah kau berjanji akan hidup bersamaku hingga rambut kita memutih kenapa kau menyerah seperti ini,” bentak Julian pada istrinya yang seolah tak memiliki semangat untuk sembuh.
Farida mengelus wajah suaminya lembut. “Aku hanya ingin kamu bahagia, Mas.”
“Aku sudah bahagia sekarang, dengan kamu di sisiku aku sudah sangat bahagia Farida … aku tidak butuh orang lain untuk kebahagiaanku karena kamu sumber bahagiaku saat ini dan seterusnya, berhentilah memintaku untuk mencari wanita lain dan fokus pada kesembuhanmu,” ujar Julian meminta agar istrinya tak lagi memintanya untuk mencari wanita lain.
Farida menatap wajah suaminya sendu, dia tahu Julian sangat mencintainya lebih dari apapun tapi dia juga tidak bisa jika harus melihat suaminya hidup menderita karena dirinya yang selalu merepotkan Julian dengan penyakitnya yang tak kunjung sembuh, terlebih Julian sangat menginginkan seorang anak dan dirinya tidak bisa memberikan suaminya anak walaupun Julian tidak pernah mengatakannya tapi Farida bisa melihat saat Julian berinteraksi dengan anak kecil, suaminya akan tersenyum senang dengan tatapan ingin. Maka dari itu Farida ingin suaminya menikah lagi dengan wanita yang bisa memberikannya keturunan dan kebahagiaan yang tidak bisa dia berikan meskipun itu akan melukai hatinya, Farida tak peduli yang terpenting sekarang adalah suaminya bisa bahagia dan mendapatkan apa yang seharusnya Julian dapatkan.
“Sayang berhentilah berpikir hal yang tidak penting, itu tidak bagus untuk kesehatanmu,” ucap Julian mengusap lembut tangan istrinya.
Farida hanya tersenyum dan di detik berikutnya dia terdengar meringis sembari memegang perutnya yang terasa begitu sakit.
“Sayang, apa kamu merasa sakit lagi?” Julian terlihat khawatir saat melihat istrinya sedang kesakitan. “ Aku akan membawamu ke rumah sakit.”
“Mas, tidak usah … nanti juga sembuh sendiri,” tolak Farida yang terus meringis.
“Tidak, aku akan tetap membawamu ke rumah sakit.” Julian menggendong istrinya dan memanggil asisten rumah tangganya untuk mencari taksi yang akan membawanya ke rumah sakit.
.
.
.
.
.
****
Dikantor.
Berita tentang Karina yang dilamar oleh istri bosnya barusan begitu cepat tersebar ke seluruh penjuru kantor dan saat ini wanita itu sedang dikerubungi oleh rekan satu divisi di ruangannya hanya untuk bertanya tentang kebenaran rumor yang tersebar secepat kilat.
“Karin, apa benar istri dari bos kita melamar kamu untuk suaminya? Kok bisa sih, bukannya kalian baru bertemu?” Icha memberikan serentetan pertanyaan pada temannya tersebut yang saat ini sedang menumpu keningnya dengan tangan.
“Aduh…! kalian ini kenapa sih, apa kalian tidak punya pekerjaan? Kenapa terus berembug disini sih … lo juga ngapain ikut-ikutan nanya kayak gitu ke gue,” dengus Karina yang pusing dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh rekan-rekan kerjanya.
“Ya sorry gue kan cuman penasaran,” jawab Icha yang langsung menyuruh rekannya untuk membubarkan diri.
“Eh Karina, kamu pakai pelet ya buat memikat para pria yang ada di kantor ini?” celetuk salah seorang senior wanita.
Karina menautkan kedua alisnya sambil menatap seniornya heran karena bisa berpikir sampai sejauh itu padanya.
Memang tidak bisa di pungkiri oleh siapapun. Selain cerdas Karina juga memiliki paras yang cukup cantik diatas rata- rata, dengan body goals yang mirip biola spanyol dan Karina juga memiliki daya tarik tersendiri yang dapat memikat semua orang, terutama kaum adam yang akan langsung jatuh hati ketika melihatnya. Sehingga tidak heran jika sebagian rekan kerja wanitanya merasa iri terhadapnya, karena Karina selalu di kagumi dan setiap harinya ada saja yang memberinya hadiah secara diam-diam maupun terang-terangan serta mengajaknya untuk berkencan walaupun tidak pernah mendapatkan jawaban iya atau tidak mereka malah semakin tergila-gila pada wanita yang memiliki julukan asisten kesayangan ceo tersebut.
“Maksud mbak, pelet ikan?” celoteh Icha menimpali seniornya.
“Diam kamu, saya tidak sedang berbicara sama kamu,” ketus wanita tersebut yang bernama Wiwi.
“Hmm, mbak nggak bisa liat ya sejak tadi aku diam loh nggak lari-lari,” jawab Icha lagi membuat Karina mengulum senyumnya.
“Kamu itu ya--.”
“Ya, saya kenapa mbak? Cantik? Saya tahu kok.”
Wiwi berdecak sebal pada kedua juniornya, dia menghentakan kakinya dan mengancam akan membuat perhitungan karena sudah membuatnya tak bisa berkata-kata lagi.
Kedua wanita itu tertawa kecil saat Wiwi meninggalkan ruangan Karina dengan raut wajah kesal.
“Icha berani banget lo ngelawan dia, awas loh entar lo nggak bisa pulang gara-gara di suruh lembur,” ledek Karina.
“Bodo amat yang penting ada duitnya,” celoteh Icha memutar bola matanya kesal pada Wiwi yang selalu menuduh orang lain tanpa bukti. “Eh gue kan udah belain lo barusan, lo cerita dong sama gue kenapa istrinya bos ngelamar lo?” sambung Icha yang masih penasaran pada rumor Karina.
Karina menggedikan bahunya, karena dia pun sama bingungnya seperti Icha. Pertama kali bertemu dengan Farida dan Julian tiba-tiba dilamar seperti itu, Karina yang tidak ingin kepedean melupakan permasalahan tersebut dan menganggapnya hanya sebagai candaan semata.
.
.
.
Bersambung.
Jangan bosan, dan jangan lupa subscribe, like dan komen. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Trisna Wati
kayak nya asik ni cerita nya
2023-08-31
2