Arabella sudah dipindahkan keruang inap, wanita itu terus tersenyum menatap putrinya yang masih kuat menyusu, Arabella hanya bisa melihat putrinya menyesap susu formula dari dot, karena dirinya yang koma tidak bisa memproduksi ASI ekslusif untuk putrinya.
"Sehat-sehat anak Mama."Bisiknya sambil mengusap pipi lembut putrinya.
Wajah lelap putrinya begitu membuatnya senang sekaligus sesak, entah kenapa bayangan wajah Maher malah sering berputar di kepalanya saat melihat wajah putrinya.
Apakah ini yang di namakan hukuman, hukuman agar dirinya selalu mengingat wajah pria yang sudah membuatnya hancur.
Arabella hanya bisa berharap, semoga kelak putrinya mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik di masa depan.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka, ibu Hani dan suami beserta Samuel masuk bersama.
"Bapak cepat sekali kembali ke sini?" Arabella menyalami kedua tangan orang tuanya saat mereka mendekat.
"Sudah beres, jadi bapak bisa langsung kembali." Jawab pak Hisyam.
Bu Hani megambil alih cucunya dari tangan Arabella.
"Kamu sudah memberi nama untuknya?" Tanya Bu Hani sambil menimang cucunya yang ternyata membuka mata.
Samuel ikut berdiri disamping ibunya, dia itu gemas melihat keponakannya yang lucu.
"Em, Amara. Aku memberikan nama Amara." Arabella tersenyum saat menyebutkan nama untuk putrinya.
"Nama yang cantik."
Mereka tersenyum, melihat bayi kecil yang menggemaskan itu.
"Ara, bapak dan ibu sudah memutuskan," Pak Hisyam menatap putrinya dengan serius. "Bapak akan membawa kalian ke kota asal bapak, di sana kita jauh lebih baik dan kalian bisa membuka usaha ataupun bekerja." Pak Hisyam menatap bergantian kedua anak-anaknya, "Biar Amara ibu dan bapak yang menjaga." Tuturnya lagi.
Arabella jelas terharu, kedua matanya berkaca-kaca.
"Ara minta maaf pak, Ara menyusahkan kalian." Ucapnya sambil terisak.
Pak Hisyam tersenyum dan memeluk putrinya, "Manusia tempatnya salah, tapi mereka juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, termasuk kamu," pak Hisyam berkata bijak. Dirinya sudah tua dan tidak ingin dimasa tuanya hidupnya berselisih dengan anak-anaknya.
*
*
Pesta meriah di gelar di sebuah gedung hotel ternama, tamu yang datang pun bukan sembarang tamu mereka semua berasal dari kalangan atas.
"Kak, aku kesana dulu." Mahira menunjuk segerombolan wanita yang dia kenal.
"Hm." Maher hanya berdehem pria itu juga tampak sibuk berbasa-basi pada orang yang menyapanya.
"Maher!"
Maher menoleh kebelakang saat namanya dipanggil, dan Karina tersenyum menunjukan senyuman termanisnya. Wanita itu merangkul lengan Maher dan meminta ijin pada pria-pria yang menyapa Maher, lalu membawa Maher pergi.
"Selamat ulang tahun," Ucap Maher tanpa ekpresi bahkan terkesan datar dan dingin.
Sedangkan Karina tampak masih menampilkan senyum manisnya seraya berkata. "Apa kau tidak berniat memberikan aku kado, sepertinya kau melupakan kebiasaanmu dulu," Karina menatap Maher degan penuh damba dan cinta, tapi yang ditatap justru berwajah datar.
Maher melepaskan rangkulan tangan Karina di lenganya, di merasa risih, berbeda saat dulu Maher menikamati kebersamaan mereka tapi sekarang rasanya Maher merasa enggan bersentuhan dengan wanita.
"Kau akan menerimanya.". Jawaban Maher membuat Karina kecewa seketika, tapi hanya didalam hati dan wajahnya masih bisa tersenyum.
"Tidak masalah, yang penting harus mau melakukan sesuatu untukku." Karina semakin melebarkan senyumnya, sedangkan Maher hanya diam dengan tatapan tak berarti.
Karina memberikan minuman yang ada di meja samping mereka berdiri, keduanya sudah memegang gelas masing-masing.
"Meskipun kau terus menolak perjodohannya kita, tapi aku tetap mencintaimu, aku ingin kita menjadi sepasang suami istri dan-"
"Jangan berharap pada sesuatu yang tidak mungkin." Potong Maher lebih dulu. "Karena sampai kapan pun, aku tidak akan menerima wanita manapun selain wanita yang sudah mengandung darah daging ku!"
Karina mendadak merasa sesak, wajahnya yang tadi full senyum kini menjadi jelek karena ucapan Maher yang berhasil membuat hatinya luluh lantah.
Degan senyum paksa, Karina menatap Maher penuh kesedihan.
"Seharunya aku membuang rasa cinta yang ku miliki," Karina menatap Maher yang tidak melihatnya sama sekali. "Ayo kita mulai dari awal, persahabatan mungkin lebih baik meksipun aku tidak bisa mendapatkan hal lebih." Karina mendekatkan gelasnya pada Maher.
Diam sejenak, akhirnya Maher meyambut gelas Karina dan membuat bunyi nyaring dari kedua gelas tersebut.
Ting
Keduanya menyesap minuman yang mereka pegang, Karina melirik dengan ekor matanya dan tersenyum sinis.
Sedangkan tidak jauh dari mereka, berdiri seorang wanita dengan senyum penuh kemenangan.
"Mampus!!"
*
*
Tinggalkan jejak kalian 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
ollyooliver🍌🥒🍆
nah ini adalah salah satu bukti bahwa maher tdk mencintai ara. dari cara karin memperlakukannya dulu adalah bentuk bahwa maher menginginkan karin. mendahulukan dan membiarkan karin melakukan apapun pdnya adalah bentuk dari rasa nyaman bukan karena keterpaksaan atau karena orangtua yg menyuruhnya.
kembali kesetelan awal.
SEJAK AWAL MAHER TERTARIK DENGAN KARIN DAN HANYA INGIN MENIKAH DENGAN PILIHAN ORANGTUANYA.
HADI STOP BUAT KALIMAT SEOLAH" MAHER MEMCINTAI ARA DAN MENYESAL KARENA KEHILANGAN..
GAK NYAMBUNG DAN GAK MASUK AKAL😪
2025-02-22
1
ollyooliver🍌🥒🍆
itu kakimatmu setelah ara hamil..artinya hanya karena anak , maher mengakui ara..gak tulus. menyesalnya cuman sesaat😌
2025-02-22
0
Murniyati
maksa bgt yy
2024-11-24
0