Yura tengah duduk termenung dikantin sambil menyedot minumannya. Ia merasa tidak enak hati pada Vano atas kejadian semalam. Bagaimana jika Vano sakit hati atas sikap ibunya dan memutuskan hubungan mereka. Yura semakin gelisah karena pikirannya sendiri. Ditambah lagi sejak tadi ia juga belum melihat Vano dikampus.
Riri datang sambil berlari menghampiri Yura dengan nafas tersengal, ia memegang pergelangan tangan sahabatnya itu dan menariknya hingga bangun dari duduknya dan membawanya berlari ke arah belakang kampus.
"Kita ngapain kesini?" tanya Yura saat mereka sudah berhenti di tempat yang cukup sepi.
"Kamu lihat saja sendiri sebelah sana" ucap Riri menunjuk ke balik tembok
Yura menongolkan kepalanya untuk melihat apa yang ada disana. seketika wajahnya menjadi suram dan hatinya terasa sakit saat melihat Vano tengah berdiri bersama Bella, sepertinya mereka sedang membicarakan hal serius.
Riri pun ikut mengintip dari belakang Yura.
"Kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan ya? Atau jangan-jangan Elvano berselingkuh dibelakang lu Ra?" ucap Riri mulai menduga-duga.
Riri terus berbicara dan menduga-duga jika Vano memiliki hubungan dengan Bella dibelakang Yura. Sementara Yura nampak terdiam, mendengar kata-kata Riri membuat hati Yura semakin panas dan dadanya terasa sesak memikirkan hal itu.
Yura dan Riri membulatkan matanya saat melihat Bella memegang pergelangan Vano. Kecemburuan mulai menyelimuti hati Yura, ia pun memilih pergi meninggalkan tempat itu dan tidak mau lagi melihat kemesraan mereka. Riri pun mengikuti pergi dibelakang Yura.
Sementara itu Vano menarik tangannya dari genggaman tangan Bella. Ia sengaja mengajak Bella bicara disana karena ia tau kalau Bella adalah orang yang telah mengurung Yura kemarin di gudang kosong belakang kampus. Ia mencoba mengingatkan gadis itu untuk tidak menggangu Yura lagi karena sekarang gadis itu adalah kekasihnya.
"Van, kenapa harus gadis miskin itu?" tanya Bella
"Karena dia spesial" jawab Vano membuat Bella menggeleng tak percaya.
"Apa kurangnya aku Van dibandingkan gadis itu? Aku punya segalanya, aku jauh lebih pantas untuk kamu" ucap Bella lagi
"Aku lebih tau siapa yang pantas atau tidak. Sekali lagi kamu mengganggunya, aku tidak akan tinggal diam" ucap Vano sedikit mengancam.
Vano berjalan pergi meninggalkan Bella yang masih nampak kesal. Ia tidak akan membiarkan siapapun mengganggu Yura lagi. Ia akan berusaha untuk selalu menjaga dan melindungi gadis itu.
🌟🌟🌟
Yura melangkahkan kakinya dengan pelan meninggalkan area kampus. Bayang-bayang Vano dan Bella terus menari dipikirannya dan membuat hatinya terasa sakit. Jika dipikir lagi, bagaimana mungkin seorang Elvano bisa jatuh cinta padanya yang hanya seorang gadis biasa. Sementara pria itu dikelilingi wanita-wanita cantik disekitarnya yang jauh lebih pantas untuk dijadikan kekasih.
Yura menghentikan langkahnya dan mengambil nafas panjang. Pikirannya sudah terlalu jauh memikirkan tentang Vano. Ia mulai meragukan cinta pria itu padanya. Atau mungkin Vano hanya bermain-main saja dengannya.
Yura hendak melangkah kakinya kembali, namun sebuah motor besar berhenti tepat didepannya. Pria itu membuka helmnya dan menatap wajah Yura. Mata mereka pun saling bertemu dan saling menatap.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Vano saat melihat ekspresi wajah Yura yang nampak suram dan sedih.
Yura masih terdiam sambil terus menatap mata Vano. Ia tidak menjawab pertanyaan pria itu. Tidak bisa dipungkiri, jantungnya berdetak kencang dan ia selalu merasa jatuh cinta setiap kali melihat dan mengingat wajah pria dihadapannya itu. Tapi bagaimana jika Vano hanya mempermainkannya dan ungkapan cinta Vano hanya sebuah kebohongan belaka.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja" bohong Yura
"Kalau begitu naiklah" perintah Vano agar Yura naik atas motornya.
"Aku tidak mau" jawab Yura cepat.
Vano mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, kemudian ia melihat ke sekelilingnya. Tempat itu cukup ramai oleh para pejalan kaki. Lalu Vano kembali mengarahkan pandangannya pada Yura.
"Naik atau tidak?" tanya Vano lagi
"Tidak!" jawab Yura dengan tegas
"Jika tidak naik aku akan menciummu disini" ancam Vano membuat Yura membulatkan matanya.
"Kak!" Yura bersuara dengan nada meninggi.
Yura terus protes namun Vano tidak menghiraukannya. Tidak ada pilihan lain, Yura menghela nafas panjang dan akhirnya naik ke atas motor Vano membuat pria itu tersenyum senang.
Vano memakai helmnya kembali dan melajukan motornya menuju ke arah basecamp. Ia ingin Yura mulai fokus untuk belajar. Ia sengaja mengosongkan basecamp dengan menyuruh teman-temannya untuk tidak datang kesana hari ini.
"Fokuslah belajar, nanti sore aku akan datang kemari lagi" ucap Vano saat mereka sudah berada di dalam basecamp.
Yura melihat ke sekelilingnya dan rumah itu nampak sepi.
"Apa aku akan sendirian disini?" tanya Yura
"Apa kamu takut?" tanya Vano balik
"Tidak, aku tidak takut" jawab Yura
Vano pun tersenyum dan mengusap lembut rambut Yura.
"Pakai kamarku jika kamu lelah, aku pergi dulu" ucap Vano
Vano berbalik dan melangkahkan kakinya pergi, baru beberapa langkah Yura memanggilnya hingga membuat langkah kakinya terhenti dan kembali menghadap ke arah gadis itu.
Yura berjalan mendekat ke arah Vano dan menatap wajah pria itu.
"Maafkan atas sikap ibuku semalam" ucap Yura.
"Tidak masalah. Itu hal yang wajar" jawab Vano dengan santai.
Diusapnya lembut wajah Yura dan Vano juga meminta kekasihnya itu untuk tidak memikirkan tentang hal itu. Ia bisa mengerti akan sikap ibu Yura padanya. Pelan-pelan ibu Yura pasti akan merestui hubungan mereka.
🌟🌟🌟
Lisa masuk kedalam ruangan kerja Mario, ia berjalan mendekati ke arah meja kerja pria itu setelah menutup kembali pintu ruangannya. Kini ia berdiri dibelakang kursi Mario dan tangannya memijat lembut kedua bahu kokoh mario.
"Sayang, sudah lama kita tidak bersenang-senang" bisik Lisa ditelinga Mario dari arah belakang.
Mario menarik tangan Lisa hingga membuat sekertarisnya itu kini berdiri dihadapannya. Ia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah wanita itu.
"Sebaiknya kita sudahi hubungan gelap kita. Sekarang Vano bekerja disini, aku tidak ingin ia mengetahui hubungan kita dan tidak mau datang kemari lagi" ucap Mario membuat Lisa meradang.
"Apa kamu bilang? Sudahi?" ucap Lisa dengan kesal. "Tidak! Aku tidak mau" tambahnya
Mario mencoba menjelaskan pada Lisa jika ia ingin jadi ayah yang baik untuk Vano dan Vivian. Ia tidak ingin kedua anaknya itu kecewa padanya jika sampai tau ia punya hubungan gelap dengan Lisa. Terutama untuk Vano, putra sulungnya itu baru saja mau menginjakkan kaki diperusahaan untuk belajar disana.
"Aku akan memberikan rumah, mobil dan uang untukmu. Tapi kita tidak punya hubungan apa-apa lagi dan kamu harus berhenti jadi sekertarisku" ucap Mario
"Aku tidak mau mas! Aku mencintaimu, aku tidak mau melepaskanmu" jawab Lisa
Mario berdiri dan menghadap ke arah wanita itu, ia memegangi erat kedua bahunya dan menatap dalam manik matanya.
"Mengertilah Lisa. Aku masih memiliki keluarga" ucap Mario
"Dari awal kamu juga sadar masih memiliki keluarga, tapi kamu tetap menjalin hubungan denganku. Sekarang kamu ingin menyudahinya begitu saja? Tidak, aku tidak mau mas" ucap lisa menolak jika hubungan mereka harus berakhir.
Belum sempat Mario mengeluarkan suaranya lagi, Lisa sudah menyambar bibir pria itu dengan bibirnya. Ia terus mengekspos bibir pria itu hingga pria itu mulai membalas ciumannya dan kini mereka saling berciuman panas.
Ceklekkk...
Seseorang membuka pintu ruangan itu dan membulatkan matanya melihat pemandangan dihadapannya itu.
💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
dewidewie
cie cie cemburu ni ye.....🤭🤣🤣🤣
2023-06-28
1
dewidewie
ish... Riri jangan kompor kamu 🤭🤣🤣🤣
2023-06-28
1