Bab 13 : BSC

Yura pulang ke rumahnya dengan rona wajah bahagia. Pernyataan cinta Vano masih terus terngiang dibenaknya.

"Yura, dari mana saja kamu?" tanya sebuah suara dengan nada berat.

Yura menoleh ke arah suara itu, disana ibunya sudah berdiri menatap ke arahnya. Mata wanita itu merah dan sedikit sembab seperti habis menangis. Yura berjalan menghampirinya.

"Apa ibu habis menangis?" tanya Yura dengan nada khawatir.

"Tidak, ibu tidak menangis" bohong Hanum. "Siapa pria yang mengantarmu tadi?" tanya Hanum karena tadi ia sempat melihat dari jendela kepulangan Yura dengan Vano.

Hanum tau jika pria itu adalah Elvano Keenandra, putra sulung dari Mario Mahesa, mantan majikannya.

"Dia temanku dikampus" jawab Yura

"Sebaiknya kamu jangan bergaul dengan sembarang orang. Ingat derajat kita Yura" ucap Hanum

"Aku tau ibu" jawab Yura

Yura bisa mengerti kekhawatiran ibunya. Ia berjalan mendekati ibunya. Diraihnya tangan wanita itu dan digenggamnya erat.

"Ibu tenang saja, Yura janji akan belajar dengan baik. Suatu saat Yura pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan akan membuat ibu bangga" ucap Yura

Yura berpamitan dan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Hanum yang masih berdiri mematung disana. Wanita itu nampak rapuh dan air mata kembali membasahi wajahnya.

"Aku bisa melihat kebahagiaan putriku bersama pria itu. Tapi cinta kalian tidak mungkin bersatu. Maafkan ibu, Yura... hiks... hiks..." batin Hanum terisak.

Flashback

Hanum sudah bekerja di rumah Mario dan Mira sejak majikannya itu menjadi pengantin baru dan memiliki rumah sendiri. Saat ini Mario dan Mira sudah dikaruniai seorang putra berumur satu tahun yang diberi nama Elvano Keenandra.

Hari ini Mario memperkenalkan seorang supir baru untuk menggantikan supir lama yang telah keluar.

"Sayang, ini supir barunya. Namanya Yudha" ucap Mario pada istrinya.

"Terimakasih sayang" ucap Mira, kemudian ia menoleh ke arah Yudha. "Yudha, mulai sekarang kamu mengantar jemput saya kemanapun saya pergi" ucap Mira

"Baik nyonya" jawab Mira

Mira sedikit berteriak dan memanggil Hanum. Ia pun memperkenalkan Yudha pada Hanum.

"Ini Hanum, dia pembantu di rumah ini" ucap Mira, "Hanum, ini Yudha. Dia supir baru dikeluarga ini" tambahnya.

Singkat cerita, 3 bulan sudah Yudha bekerja disana. Selama itu juga ia menaruh hati pada Hanum. Walaupun ia tau Hanum tidak memiliki perasaan yang sama dengannya.

Mario pulang ke rumahnya, lagi-lagi ia tidak mendapati Mira dirumah. Akhir-akhir ini istrinya itu sering sibuk diluar rumah.

"Dari jam berapa nyonya pergi keluar?" tanya Mario pada Hanum, saat pembantunya itu membantunya mengambilkan makan malam untuknya diatas meja makan.

"Nyonya pergi dari jam 4 sore tuan" jawab Hanum sambil mengisi nasi ke piring Mario.

Mario nampak terdiam, sekarang ia mulai kesepian. Ia pun menyuruh Hanum untuk duduk dan menemaninya makan malam. Wanita itu awalnya menolak, namun Mario terus membujuknya hingga ia mau duduk dan menemani Mario makan.

Hari berganti hari, kesibukan Mira diluar rumah semakin membuat hubungan Mario dan Hanum semakin dekat. Mario mulai memiliki rasa pada Hanum, begitupun dengan Hanum yang mulai merasa nyaman pada Mario karena majikannya itu begitu sangat perhatian padanya.

Hanum mengetuk pintu kamar majikannya dan masuk kedalam kamar itu dengan membawa secangkir teh ditangannya. Ia melihat Mario yang sedang duduk berselonjor di atas ranjangnya. Diletakkannya cangkir berisi teh itu diatas meja kecil samping ranjang.

"Tuan, ini tehnya. Minumlah selagi hangat" ucap Hanum

Hanum hendak berbalik ketika tangan kekar majikannya itu menahan pergelangan tangannya.

"Tunggu Hanum, duduklah disini sebentar dan temani aku" Mario menepuk ranjangnya dan menyuruh Hanum duduk disana.

Hanum menolak namun Mario menarik tangannya hingga wanita itu terduduk di tepi ranjang dan menghadap ke arahnya.

"Maaf tuan, saya harus pergi. Ini tidak sopan" ucap Hanum

Lagi-lagi Mario menahan tangan wanita itu ketika wanita itu hendak bangun.

"Sebentar saja Hanum" ucap Mario dengan tatapan sayu.

Hanum pun tidak bisa menolak lagi. Ia pikir hanya akan menemani majikannya itu sebentar. Mario mulai bercerita tentang rumah tangganya pada Hanum, dimana ia mulai merasa kesepian sejak istrinya mulai sibuk dengan kesenangannya. Dan kini ia merasa Hanum telah mengisi kekosongan dalam dirinya.

"Saya mulai menyukai kamu Hanum" ucap Mario menatap dalam manik mata wanita itu.

Hanum hanya terdiam, karena ia juga mulai memiliki rasa pada majikannya itu. Mario mengusap wajah wanita didepannya itu, ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Hanum dengan lembut. Suasana yang sepi dirumah itu semakin membuat mereka tidak bisa menahan diri untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman, hingga hubungan terlarang pun tak bisa terelakkan lagi.

Hanum duduk meringkuk sembari menangis. Tubuh polosnya hanya ditutupi dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Apa yang sudah kita lakukan tuan. Kita sudah melakukan dosa besar... hiks.. hiks..." ucap Hanum sambil terisak.

"Maafkan aku Hanum, aku pasti akan bertanggung jawab Hanum" ucap Mario mencoba menenangkan wanita itu.

Mereka kembali terdiam dan suasana kembali sepi, hanya terdengar suara tangisan Hanum didalam kamar itu. Sementara dari kamar lain terdengar suara tangisan Vano kecil. Hanum yang mendengarnya pun bergegas bangun dan memunguti pakaiannya, ia pun memakainya kembali dan berjalan keluar meninggalkan kamar majikannya itu menuju kamar Vano.

Beberapa minggu kemudian, Yudha tidak sengaja menemukan alat tes kehamilan yang dijatuhkan oleh Hanum. Pria itu pun langsung mengintogerasi wanita itu.

"Katakan Hanum, apa anak yang kamu kandung itu adalah anak tuan Mario?" tanya Yudha yang sebenarnya sudah tau kedekatan Mario dan Hanum.

"Apa maksud kamu mas? Aku tidak mengerti" Hanum masih berpura-pura tidak tau, ia mencoba memalingkan wajahnya dari tatapan pria itu.

Yudha menepuk pundak Hanum dan membuat wanita itu kembali menatap ke arahnya.

"Kamu jelas tau jika kamu dan tuan Mario tidak mungkin bersatu. Tuan Mario sudah memiliki istri dan anak, kamu hanya akan menjadi bahan hinaan jika keluarga besar mereka tau tentang hubungan gelap kamu dengan tuan Mario. Apalagi kamu sampai hamil anak tuan Mario" ucap Yudha

Kata-kata Yudha membuat tubuh Hanum bergetar hebat. Ia tau pastinya ia yang akan disalahkan dalam hal ini dan dituduh sebagai perusak rumah tangga orang.

Yudha meraih kedua tangan Hanum dan menggenggamnya dengan erat.

"Ayo kita pergi dari sini Hanum, ikutlah denganku. Aku yang akan bertanggung jawab atas anak yang kamu kandung" ucap Yudha penuh keyakinan.

Flashback end

🌟🌟🌟

Vano melihat Yura yang baru saja keluar dari kelasnya. Ia pun berjalan menghampiri gadis itu dan meraih pergelangan tangannya. Ditariknya tangan gadis itu dan dibawanya pergi meninggalkan tempat itu. para gadis yang melihatnya pun terlihat sangat iri pada Yura. Dari jauh Bella melihat ke arah mereka dengan tatapan tidak senang.

Vano membawa Yura ke tempat yang lebih sepi dan memepetkan tubuh gadis itu ke tembok. Ia pun menadahkan satu tangannya ke tembok untuk mengunci tubuh gadis itu.

Yura menaruh kedua tangannya didada Vano mencoba mendorong tubuh Vano karena jarak mereka yang begitu sangat dekat.

"Ini terlalu dekat kak" ucap Yura merasa gugup.

"Kenapa? Apa kamu tidak menyukainya?" goda Vano.

"Bu... bukan begitu. Tapi kita masih dikampus. Akan ada yang melihat kita" jawab Yura

"Biarkan saja, biarkan mereka melihatnya. Aku hanya ingin menatap wajah gadis yang suka menulis surat cinta untukku. Wajah gadis yang sekarang sudah menjadi kekasihku" ucap Vano membuat wajah Yura merona merah.

Yura tersipu malu mendengar gombalan Vano. Rasanya ia masih tidak percaya jika pria yang selalu ia idolakan kini sudah menjadi kekasihnya.

"Aku masih ada urusan. Ingat, belajarlah yang rajin dan jangan buang waktumu hanya untuk memikirkanku" ucap Vano sambil mencubit gemas pipi Yura

"Auuuwww... sakit kak" Yura memegangi pipinya.

Vano tersenyum dan menjauhkan tubuhnya dari Yura. Ia mengusap lembut rambut gadis itu.

"Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik" ucap Vano

Vano membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya beberapa langkah.

"Kak!" panggil Yura membuat langkah Vano terhenti. "Hati-hati dijalan" tambahnya

Vano hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh lagi kebelakang.

Yura menarik nafas panjang saat tubuh Vano sudah tidak terlihat lagi, ia hendak melangkah kakinya meninggalkan tempat itu namun seseorang membungkam mulutnya dengan kain dari arah belakang hingga membuatnya pingsan dan tidak sadarkan diri.

💖💖💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

aku masih berharap yura sama vano bukan adik beradik kandung. siapa sih yg membungkam yura adeh.

2024-07-14

1

dewidewie

dewidewie

mudah mudahan vano dan Yura bukan saudara kandung

2023-06-27

1

dewidewie

dewidewie

wah...bikin baper kalian nih🤭😄😄😄

2023-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!