Yura memarkirkan motornya dihalaman rumah yang disebut sebagai basecamp oleh Vano dan teman-temannya. Rumah itu memiliki sebuah anak tangga didepannya. Ia pun menghela nafas panjang sebelum melangkahkan kakinya menuju pintu rumah itu. Belum sempat ia mengetuk pintu seseorang sudah membukakan pintu rumah itu lebih dulu.
"Aku tau kamu pasti akan datang" ucap Vano saat melihat Yura.
"Jangan salah paham, aku hanya..."
Belum sempat gadis itu menyelesaikan kata-katanya, Vano sudah menarik tangannya masuk kedalam dan menutup kembali pintu rumah itu.
Rumah itu nampak sepi, sepertinya teman-teman Vano tidak ada disana. Vano membawa Yura melangkah lebih dalam lagi dan menghentikan langkahnya tepat disebelah meja belajar. Ia pun melepaskan tangan Yura dan menatap wajah gadis itu.
"Duduklah" perintah Vano
Yura hanya diam dan tidak mau menatap Vano. Ia masih merasa kesal pada pria itu.
Vano menarik kursi itu dan mendudukkan gadis itu disana. Ia pun duduk berjongkok dengan satu kaki dan menghadap ke arahnya.
"Mulai besok datanglah setiap sore kemari untuk belajar. Aku sudah meminta ijin pada bosmu untuk memulangkanmu lebih awal. Masalah uang, aku yang akan mengganti sisa gajimu" ucap Vano
Yura masih terdiam sambil matanya terus menjelajahi mata pria itu. Ia masih tidak mengerti mengapa Vano melakukan semua ini untuknya.
"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Yura
Vano pun tersenyum. "Kamu punya mimpi bukan? Belajarlah dengan rajin dan wujudkanlah mimpimu itu"
Tanpa sepengetahuan Yura diam-diam Vano selalu memperhatikan gadis itu. Ia tau Yura tidak punya banyak waktu untuk belajar selain di kampus. Gadis itu menghabiskan waktunya untuk bekerja mencari uang demi menyambung hidup dan membiayai kuliahnya sendiri.
Yura merasa terharu dengan ucapan dan sikap Vano. Ia tidak menyangka jika Vano ternyata begitu peduli padanya sampai melakukan hal sejauh ini. Padahal ia sudah sempat kecewa hanya karena Vano tidak bilang cinta padanya. Tapi ternyata pria itu telah menyiapkan sebuah kejutan yang begitu indah untuknya.
"Terimakasih..." ucap Yura dengan mata berkaca-kaca.
Vano hanya menjawab dengan senyuman, kemudian ia bangun dan mengusap rambut Yura dengan lembut.
"Sekarang ini adalah tempatmu juga. Kamu bisa datang kemari kapan saja kamu mau. Meja dan laptop ini sengaja aku siapkan khusus untukmu" ucap Vano
Vano juga memberikan kunci sendiri untuk Yura agar gadis itu bisa dengan leluasa keluar masuk ke dalam rumah itu.
"Itu kamarku, jika kamu lelah kamu bisa istirahat disana" ucap Vano sambil menunjuk ke arah kamarnya. "Mungkin sekarang aku akan jarang pulang kemari, jika perlu sesuatu kamu bisa bilang pada Marvin, Albert dan Darren" tambahnya
Yura bangun dari duduknya dan berdiri menghadap ke arah Vano. Air matanya menetes, kali ini ia menangis karena bahagia.
"Terimakasih...." Yura memeluk tubuh pria itu dan Vano pun membalas pelukannya.
🌟🌟🌟
Siang ini di kantor Mahesa Group, Jeffry masuk ke dalam ruangan Mario dan memberikan hasil dari penyelidikannya selama beberapa hari ini.
"Wanita itu hanya tinggal berdua dengan putrinya. Suaminya sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Beberapa bulan setelah suaminya meninggal, dia dan putrinya datang ke kota ini dan tinggal di kontrakan itu" ucap Jeffry menunjukkan alamat kontrakan yang ia tulis diselembar kertas.
Mario mengambil beberapa foto yang diambil oleh Jeffry, melihatnya dengan seksama. Ia pun mulai berbicara pada dirinya sendiri.
"Jadi Hanum memiliki seorang putri? Tapi, siapa gadis ini? Apakah dia benar-benar anak Hanum dengan Yudha? Atau..." ucap Mario sambil menatap foto Hanum dan seorang gadis. "Aku harus menemui Hanum dan mencari tau tentang gadis ini" tambahnya.
"Satu lagi tuan. Gadis itu satu kampus dengan putra tuan, tuan muda Elvano. Dan sepertinya mereka memiliki hubungan" sambung Jeffry, Mario terlihat kaget dan kembali menatap ke arahnya.
"Dia satu kampus dengan Elvano? Mereka memiliki hubungan?" tanya Mario memastikan.
Jeffry mengangguk. "Iya tuan, mereka satu jurusan hanya beda semester"
Mario pun terdiam dan merenung, secepatnya ia akan menemui Hanum. Mario menyuruh Jeffry untuk keluar dari ruangannya dan menyuruhnya merahasiakan tentang hal ini pada siapapun termasuk Mira. Jeffry pun pamit dan berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu ruangan itu dan melihat Vano yang sudah berdiri disana. Jeffry menyapa Vano dengan membungkukkan sedikit badannya kemudian ia berjalan pergi melewati Vano. Vano melihat ke arah kepergian Jeffry kemudian ia masuk ke dalam ruangan kerja papanya.
"Vano, ada apa kamu kemari? Apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Mario sambil beranjak bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri putranya.
"Vano mau minta ijin pulang lebih awal pa" ucap Vano
Mario menganggukkan kepalanya. "Iya, tentu saja boleh. Kamu juga harus tetap kuliah dan belajar"
Vano kembali pamit dan meninggalkan ruangan kerja papanya itu. Sementara Mario berjalan kembali ke arah meja kerjanya dan meraih foto yang berada diatas meja. Ia menatap foto itu dalam-dalam.
"Siapa gadis ini? Apakah dia benar-benar anak Hanum dengan Yudha?" gumam Mario
🌟🌟🌟
Waktu menunjukkan pukul 2 siang, Yura berjalan keluar menuju halaman kampus. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Vano yang sedang berdiri disamping sepeda sambil tersenyum ke arahnya. Ia pun membalas senyuman pria itu dan berjalan menghampirinya.
"Hari ini aku akan membayar waktumu untuk menemaniku jalan-jalan" ucap Vano
"Apa?? Jalan-jalan?" tanya Yura
Vano tidak menjawab pertanyaan gadis itu, ia bergegas naik kesepedanya dan menyuruh Yura untuk naik dibelakangnya.
"Ayo naiklah" perintah Vano
Yura masih nampak bingung. Namun akhirnya ia menuruti perintah Vano dan duduk membonceng dibelakangnya. Kedua tangannya memegangi bagian samping kemeja Vano untuk berpegangan. Sementara Vano mulai mengayuh sepeda itu. Semua orang disana pun melihat ke arah mereka. Para gadis begitu iri melihat sikap manis Vano pada Yura.
Vano membawa Yura berkeliling kota itu. Ia terus mengayuh sepedanya menyusuri setiap jalan yang masih padat oleh kendaraan. Sesekali Vano menghentikan sepedanya untuk sekedar beristirahat dan mengajak Yura makan.
Sepeda itu kembali berhenti dipinggiran taman. Setelah memarkirkan sepedanya, Vano meraih tangan Yura dan menggenggamnya. Ia membawa gadis itu melangkah masuk ke dalam taman itu. Tempat itu cukup ramai oleh beberapa pengunjung sore itu. Mereka duduk disebuah bangku panjang. Vano menoleh ke arah Yura yang duduk disampingnya.
"Apa kamu senang?" tanya Vano
Yura mengangguk dan tersenyum. Hari ini ia merasa sangat bahagia bisa berduaan dengan Vano.
"Iya... aku sangat senang" jawab Yura
Vano pun ikut tersenyum dan mengangkat satu tangannya untuk mengusap rambut gadis itu. Yura pun merasa tersipu dengan perlakuan Vano.
"Kenapa akhir-akhir ini kakak jarang datang ke kampus?" tanya Yura untuk mengalihkan kegugupannya.
Vano menurunkan tangannya dari rambut gadis itu tanpa melepaskan tatapan matanya.
"Aku ada seorang sedikit urusan. Tapi aku akan tetap datang ke kampus walau sebentar" jawab Vano
"Apa urusannya begitu penting?" tanya Yura lagi yang dijawab anggukan oleh Vano.
"Ya, sangat penting" jawab Vano
Cukup lama mereka duduk sambil mengobrol disana. Tak terasa hari sudah mulai gelap. Vano kembali mengajak Yura untuk menaiki sepedanya dan mengantarkan gadis itu pulang.
Sepanjang jalan mereka hanya terdiam. Dari belakang, Yura bisa melihat wajah Vano dari samping yang terlihat begitu serius menatap kedepan. Yura pun tersenyum.
"Elvano.... sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadapku?" batin Yura bertanya-tanya.
Setelah menempuh setengah jam perjalanan, Yura menyuruh Vano menghentikan sepedanya tak jauh dari rumah kontrakannya. Ia tidak ingin ibunya melihatnya diantar pulang oleh seorang pria.
Kini mereka berdiri dengan saling berhadapan.
"Besok malam aku akan menjemputmu. Jadi bersiap-siaplah" ucap Vano
"Memangnya kita mau kemana?" tanya Yura dengan tatapan serius.
Vano mendekatkan wajahnya dan berbisik ditelinga Yura.
"Rahasia...." bisik Vano sambil tersenyum manis, Yura pun ikut tersenyum mendengarnya.
"Baiklah, sampai jumpa besok" ucap Yura sambil melambaikan tangannya. Rasanya berat untuk berpisah walaupun besok mereka akan bertemu lagi.
Vano pun membalas lambaian tangan gadis itu. Ia terus melihat ke arah kepergian gadis itu sampai gadis itu masuk ke dalam rumah kontrakannya.
Dari jauh, Mario memperhatikan ke arah putranya itu dari dalam mobilnya.
"Sepertinya Vano benar-benar sudah jatuh cinta pada gadis itu" ucap Mario
💖💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️
wahh vano penuh kejutan pantesan dia mau bantu papanya di perusahaan,semoga mereka bukan adik beradik.
2024-07-14
1
Ara Julyana
akhirnya skrang vano yang ter yura2🤭🤭
2023-07-09
1
Pena Hitam
dari sekian novel mba ini baru nama tokohnya bukan dari A 😁
2023-06-27
1