Bab 10 : BSC

Vano pulang ke rumahnya dan melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja papanya yang berada di lantai bawah. Ia membuka pintu ruangan yang nampak sunyi itu dan melihat papanya yang sedang duduk di kursi kerjanya.

Mario yang mendengar suara pintu dibuka langsung mengangkat wajahnya dan melihat putra sulungnya itu sedang berjalan ke arahnya. Vano menghentikan langkahnya tak jauh dari meja kerja papanya. Papa dan anak itu pun saling menatap.

"Mulai besok, Vano akan belajar kerja di kantor papa" ucap Vano memecahkan keheningan.

Mario nampak tertegun mendengar ucapan putranya itu. Ia pun bergegas bangun dan menghampiri ke arahnya. Dipegangnya kedua pundak putranya itu dan dijelajahi matanya untuk mencari kesungguhan dari ucapan putranya itu.

"Kamu serius Vano?" tanya Mario memastikan kembali.

Vano menganggukan kepalanya dan menjawab dengan yakin. "Iya pa, Vano serius"

Mario bisa melihat kesungguhan diwajah Vano. Ia pun tersenyum senang dengan mata berkaca-kaca. Dipeluknya tubuh putra sulungnya itu.

"Terimakasih... Papa bangga sama kamu" ucap Mario sambil mengusap kepala putranya.

Ditempat lain, Yura masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai. Beruntung ibunya sudah tidur hingga tidak melihat ia pulang dengan mata sembab, karena sepanjang jalan tadi ia terus menangis. Yura duduk ditepi ranjang dan termenung. Ia kembali teringat ucapan Vano tadi. Air matanya pun kembali menetes.

"Untuk apa menjalin hubungan jika tidak ada cinta" ucap Yura dengan terisak.

Yura membaringkan tubuhnya diatas ranjangnya, ia menatap ke arah langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang jauh memikirkan tentang Vano. Cinta yang ia pikir sudah terbalas nyatanya tidak. Elvano tidak pernah mencintainya, pria itu hanya menjadikannya kekasih tanpa ada cinta dalam diri pria itu untuknya. Kekonyolan macam apa ini? Setelah cukup lama berperang dengan pikirannya sendiri, tak terasa mata Yura pun mulai terpejam dan tertidur lelap.

🌟🌟🌟

Keesokan harinya, Vano memegang ucapannya. Ia ikut berangkat kerja ke kantor papanya. Mario pun merasa sangat senang dan ia juga sudah menyiapkan ruangan sendiri untuk Vano di kantor itu.

"Ini adalah ruangan kerja kamu. jika ada yang tidak kamu mengerti, kamu bisa menanyakannya pada papa atau staff yang lain. Mereka akan membantu kamu untuk belajar" ucap Mario.

"Terimakasih pa" ucap Vano

Mario menganggukkan kepalanya. "Ya, papa tinggal dulu ya?"

Mario menepuk pundak Vano dan menatap wajah putranya itu. Hatinya benar-benar merasa bahagia melihat ada perubahan dalam diri Vano. Kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari dalam ruangan kerja anaknya itu.

Setelah Mario keluar dari ruangan itu, Vano berjalan ke arah jendela kaca ruangan itu. Ia pun berdiri menatap jauh keluar sana dan menyunggingkan senyum diwajahnya.

Di kampus...

Yura tengah duduk termenung di perpustakaan. Ia masih memikirkan ucapan Vano semalam. Kata-kata pria itu sangat menyakiti hatinya. Ia pun sadar siapa dirinya dan siapa Vano. Tidak mungkin semudah itu untuk mendapatkan cinta dari seorang Elvano.

Yura bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari perpustakaan. Mungkin setelah hari ini, ia akan melupakan perasaannya pada Vano. Ia akan menghindari pria itu agar perasaannya bisa hilang.

Hari berganti hari, tak terasa sudah satu minggu berlalu sejak kejadian malam itu. Selama itu juga Yura tidak pernah bertemu lagi dengan Vano dikampus. Ia pun tidak pernah menanyakan tentang Vano pada teman-temannya Vano. Yura juga sudah berusaha menghilangkan perasaannya, namun rasa rindu tetap ada saat dia tidak melihat Vano akhir-akhir ini di kampus.

Vano sendiri sibuk belajar di kantor papanya. Ia terlihat begitu serius dan fokus dengan pekerjaannya hingga tidak sempat datang ke kampus. Sekarang ia juga tinggal di rumah dan jarang pulang ke basecamp.

Hari ini Vano baru sempat menginjakkan kembali kakinya di kampus. Vano berjalan bersama tiga sahabatnya, di depan sana ia melihat Yura yang juga sedang berjalan bersama dengan Riri menuju ke arahnya. Mereka pun saling menghentikan langkahnya dan saling menatap dari jauh. Suasana pun nampak begitu tegang. Marvin, Albert, Darren dan Riri pun hanya bisa menonton antara dua orang yang saling memandang dalam diam itu.

Yura menurunkan pandangannya, masih terlihat jelas ada raut kekecewaan diwajah Yura saat melihat Vano.

Yura menoleh ke arah Riri. "Kamu duluan saja Ri, aku ada urusan lain" ucap Yura

Yura berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa melihat ke arah Vano lagi. Riri pun hanya melihat ke arah kepergian sahabatnya itu. Begitu pun dengan Vano dan teman-temannya yang juga melihat ke arah kepergian Yura.

Yura melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Ia pun mendudukkan dirinya disana dan kembali termenung. Sejujurnya ia merindukan pria itu, tapi ia masih sangat kecewa dengan ucapan Vano malam itu.

Seseorang menarik kursi dan duduk tepat dihadapan Yura. Yura pun mengangkat wajahnya dan menatap wajah pria dihadapannya hingga mata mereka saling bertemu.

"Apa kamu menghindariku?" tanya Vano sambil terus menatap wajah gadis didepannya itu.

Yura tidak menjawab dan mengarahkan pandangannya ke arah lain. Ia menarik kursinya mundur dan melangkahkan kakinya. Vano ikut bangun dan berjalan ke arahnya, ditariknya tangan gadis itu dan dibawanya kesamping rak buku. Merekapun saling berdiri berhadapan. Mata Vano terus menjelajahi wajah gadis itu, namun Yura masih enggan untuk menatap wajah Vano.

"Tatap mataku" ucap Vano dengan tatapan tajamnya.

Perlahan Yura mengangkat kelopak matanya. Menatap wajah pria yang selama ini ia kagumi. Mereka saling terdiam dan saling memandang cukup lama.

"Kenapa kamu menghindariku?" tanya Vano lagi

Yura masih nampak terdiam. Ada rasa rindu dan ada rasa kecewa dalam dirinya untuk Vano. Ia sendiri tidak tau kenapa Vano bersikap seperti ini padanya. Jika Vano tidak mencintainya untuk apa pria itu terus mengganggunya.

"Untuk apa kita bersama, jika kamu sendiri tidak mencintaiku. Sebaiknya kita jalan sendiri-sendiri saja. Mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi" ucap Yura.

Kali ini Vano yang terdiam mendengar ucapan Yura. Ia bisa mengerti kekecewaan gadis itu. Namun ia tidak ingin melepaskan gadis itu begitu saja. Ia punya alasan tersendiri kenapa ia bersikap seperti itu pada Yura.

"Hanya karena alasan itu kamu menghindariku?" tanya Vano, "Sore ini datanglah ke basecamp. Datanglah lebih awal, aku menunggumu disana" tambah Vano

"Aku tidak akan datang" jawab Yura dingin.

"Aku akan tetap menunggumu" ucap Vano seolah tidak ingin mendengar penolakan dari Yura.

Yura ingin kembali protes, namun Vano keburu berbalik dan berjalan pergi meninggalkannya yang masih berdiri mematung.

"Aku bilang aku tidak akan datang!" seru Yura membuat orang-orang yang berada di perpustakaan itu menoleh ke arahnya.

Namun Vano tidak menghiraukan ucapan Yura dan terus melangkahkan kakinya keluar dari perpustakaan. Yura pun hanya bisa menatap ke arah kepergian pria itu dengan tatapan sedih dan kesal. Ia merasa Vano tengah mempermainkan perasaannya.

Jam terus berputar dan hari pun sudah mulai gelap. Yura sedang bekerja di toko paman Sam. Beberapa kali ia melihat ke arah jarum jam. Sebenarnya ia tidak ingin datang ke basecamp untuk menemui Vano, tapi hatinya terus mendorongnya untuk datang kesana. Akhirnya ia pun ijin pulang lebih awal dan melajukan motornya menuju basecamp untuk menemui Vano.

💖💖💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

hati sama ucapan ngak seiring nie yura wkwkwk penasaran kan mau tau apa yg vano mau lakuin sampai nyuruh dtg basecamp huhu.

2024-07-14

1

Ara Julyana

Ara Julyana

aduh yuraaa ,, untuk apa sih kamu temuin vano biar saja dia

2023-07-09

1

Nenieedesu

Nenieedesu

jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak dinovel aq kak dear Handana

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!