Bab 8 : BSC

Malam merambat ke pagi. Seperti biasanya, suasana dikediaman keluarga Mahesa nampak sepi. rumah itu hanya akan ramai jika terjadi pertengkaran antara Mario dan Mira.

Seorang pria berbadan tegap dan bertubuh kekar masuk ke dalam sebuah ruangan. Pria itu menghadap Mario yang sedang duduk di kursi kerjanya.

"Anda memanggil saya?" tanya pria itu

"Ya, aku ingin kamu mencari tau tentang dua orang di foto ini. Namanya Yudha Prasetya dan Hanum Setyaningrum" ucap Mario sembari menunjukkan dua foto diatas meja kerjanya.

"Mereka tinggal di kota ini, cari tau dimana tempat tinggal mereka" tambah Mario

"Baik tuan" ucap pria itu sembari meraih foto diatas meja kemudian bergegas pergi meninggalkan ruangan tuannya itu.

Setelah pria itu keluar, Mira masuk kedalam ruangan kerja suaminya itu.

"Tugas apa yang kamu berikan pada Jeffry?" tanya Mira pada suaminya.

Mario bangun dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Mira.

"Bukan urusanmu, lagi pula bukan hal penting" jawab Mario dingin.

Mario berjalan keluar dari ruangan kerjanya dan meninggalkan Mira sendirian disana. Mira pun hanya melihat kesal ke arah kepergian suaminya itu, kemudian ia berjalan dengan cepat untuk menyusul suaminya itu.

"Mas tunggu mas..!" Mira meraih lengan Mario hingga suaminya itu menghadap ke arahnya.

"Mas, kamu kenapa selalu bersikap dingin padaku? Tidak bisakah kita bersikap harmonis seperti keluarga yang lain?" tanya Mira

"Harmonis?? Kamu yang sudah bikin keluarga kita tidak harmonis Mira! Kamu sibuk diluar sana dengan diri kamu sendiri. Setiap aku pulang kerja kamu tidak ada dirumah dan tidak pernah menyambutku!" seru Mario

"Mas! Aku pergi keluar rumah itu juga untuk mempercantik diri mas. Aku melakukannya untuk kamu. Dan juga, aku bosan dirumah setiap hari" jawab Mira, "Lagipula, aku keluar juga hanya sekedar nongkrong dengan teman-temanku mas, aku tidak pernah berkhianat dibelakang kamu" tambahnya.

"Itu... itu dia masalahnya! Kamu lebih memilih nongkrong dengan teman-teman kamu dari pada mengurus anak-anak! Sekarang kamu lihat Elvano, dia jadi susah untuk diatur!" ucap Mario dengan nada tinggi.

"Loh, kok kamu malah nyalahin aku mas? Kamu sendiri tidak pernah ada waktu untuk aku dan anak-anak!" balas Mira tak mau kalah.

Pertengkaran suami istri itu pun kembali terjadi. Sementara dibawah sana, Vivian yang sudah duduk dimeja makan hanya terdiam mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya. Ia pun menarik kursi mundur dan berdiri. Dilangkahkannya kakinya keluar dari dalam rumah mewah itu.

🌟🌟🌟

Suasana kantin dikampus siang ini cukup ramai. Riri berjalan menghampiri Yura yang tengah duduk sendirian dikantin. Riri menarik kursi dan duduk didepan Yura.

"Ra, Lu baik-baik aja kan?" tanya Riri yang terlihat khawatir.

"Iya, aku baik-baik aja" jawab Yura santai sambil menyeruput minumannya.

"Jadi, lu beneran jadian sama Elvano?" tanya Riri membuat Yura menatap ke arahnya.

Yura pun nampak terdiam dan termenung.

"Gak tau juga sih Ri. Aku juga tidak tau maksud ucapan dari Elvano kemarin" Yura nampak terdiam sejenak. "Tapi semalam dia datang menjemputku ke toko paman Sam" tambahnya

"Apa? Dia jemput lu juga?" tanya Riri yang dijawab anggukan oleh Yura. "Jangan-jangan Elvano benar-benar sudah kemasukan setan. Ya Tuhan... setan apa yang sudah merasuki Elvano" tambah Riri.

Yura melihat ke sekelilingnya. ia mencoba mencari keberadaan Vano. Sejak pagi ia belum melihat pria itu, padahal semalam Vano bilang akan menjemputnya walaupun Yura menolaknya.

"Aku belum melihatnya sejak pagi, apa mungkin dia marah karena aku tidak mau dijemput?" batin Yura

Dari arah sana Bella dengan wajah kesalnya berjalan dengan cepat menghampiri ke arah meja Yura dan Riri.

"Heh! Kamu gadis miskin!!" seru Bella saat sudah berdiri dihadapan meja Yura

Yura dan Riri menoleh ke arah Bella. Yura bergegas bangun menghadap ke arah Bella.

Plakkkk!!

Sebuah tamparan mendarat diwajah Yura. Yura pun memegangi wajahnya yang terasa perih akibat tamparan dari Bella.

"Kenapa kamu menamparku?!!" seru Yura

"Lu apain Vano sampai dia bisa ngomong seperti kemarin?!!" tanya Bella dengan kesal.

"Kenapa? Kamu takut kalah saing sama aku? karena Elvano lebih memilihku dari pada kamu?!" ucap Yura membuat Bella semakin geram.

"Kurang ajar!!" Bella kembali mengangkat tangannya untuk menampar Yura tapi Yura segera menahan pergelangan tangannya.

Yura menatap Bella dengan tajam. bahkan seisi kantin pun sekarang sedang melihat ke arah mereka.

"Aku rasa kamu mendengarnya dengan cukup jelas kemarin. Kalau Elvano sendiri yang bilang jika aku ini adalah kekasihnya! Atau kamu mau aku menyuruh Elvano mengatakannya lagi agar lebih jelas?" ucap Yura sembari menghempaskan tangan Bella dengan kasar.

Bella pun terlihat geram mendengar ucapan Yura. "Kamu!!!"

Yura tidak menghiraukan lagi dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Bella dengan diikuti Riri dibelakangnya. Ia tidak mau berdebat terlalu lama dengan gadis itu. Bella pun hanya memandang kesal ke arah kepergian dua gadis itu.

Yura menghentikan langkahnya saat ia berpapasan dengan Marvin, Darren dan Albert didepan kantin. Tapi ia tidak melihat ada Vano disana.

"Kak, dimana kak Vano?" tanya Yura

Ketiga pemuda tampan itu pun tersenyum mendengar pertanyaan Yura.

"Kenapa? Kangen ya gak lihat Vano sehari aja?" ledek Albert membuat wajah Yura merona merah.

"Vano ada di basecamp kok" sela Marvin.

"Apa dia sakit?" tanya Yura khawatir.

"Enggak kok, dia...." ucap Darren terpotong karena Albert menyenggol lengannya.

"Iya dia sakit. Tulang kakinya patah gara-gara semalam dia pulang berjalan kaki" jawab Albert asal

"Apa? Patah???" Yura pun nampak semakin khawatir karena semalam Vano jalan kaki gara-gara menjemputnya.

"Berikan ponselmu" pinta Albert.

Yura pun merogoh ponselnya dan memberikannya. Albert menuliskan sebuah alamat disana dan memberikan nomor telefon Vano.

"Ini alamat basecamp kami, kamu datang saja kesana. Vano ada disana" ucap Albert sambil memberikan kembali ponsel Yura.

Yura menerima ponsel itu. "Terimakasih kak"

Marvin, Albert dan Darren berjalan pergi meninggalkan Yura dan Riri. Yura pun melihat alamat yang ditulis Albert di ponselnya. Disana pun ada nomor telefon Vano.

Malamnya, Yura minta ijin pulang lebih awal pada paman Sam, ia datang ke alamat yang diberikan oleh Albert tadi siang.

Yura mengetuk pintu rumah itu. Tak berselang lama seseorang membukakan pintunya.

"Eh Yura, masuk yuk? Vano ada didalam" ucap Albert

Yura pun menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam rumah itu. Albert kembali menutup pintunya dan mengajak Yura berjalan menuju ruangan dimana Vano, Marvin dan Darren tengah duduk disana.

Yura pun menghentikan langkahnya dan melihat Vano yang tengah sibuk dengan laptopnya. Vano terlihat baik-baik saja. Yura pun langsung sadar jika Albert sepertinya telah membohonginya dengan mengatakan kalau Vano sakit.

"Ehemmmm" Marvin berdehem membuat Vano mengangkat wajahnya dan melihat Yura sudah berdiri dihadapannya.

"Kenapa? Apa kamu begitu merindukanku sampai menyusulku kemari?" tanya Vano membuat ketiga temannya senyum-senyum mendengarnya.

Yura pun merasa sangat malu karena karena Vano dan teman-temannya menertawakannya.

"A..aku dengar kamu sakit. Jadi aku kemari untuk melihatmu" jawab Yura. "Tapi sepertinya kamu baik-baik saja. Sebaiknya aku pulang saja, permisi"

Yura berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu keluar. Vano yang melihatnya pun bergegas bangun dan mengejarnya.

"Tunggu..." Vano meraih pergelangan tangan gadis itu.

Yura pun menghentikan langkahnya. Vano berjalan kedepan Yura untuk menghadap ke arah gadis itu.

"Aku antar kamu pulang" ucap Vano. "Tunggu disini, aku ambil kunci mobil dulu" tambahnya.

Vano meninggalkan Yura untuk mengambil kunci mobilnya, tak lama ia pun kembali dengan kunci mobil ditangannya. Vano menggenggam tangan Yura dan membawanya keluar menuju mobilnya. Mereka pun menaiki mobil dan Vano melajukan mobilnya untuk mengantar Yura pulang.

Sepanjang jalan mereka pun hanya terdiam hingga mobil itu berhenti tak jauh dari rumah kontrakan Yura.

Yura menoleh ke arah Vano dan menatap wajah pria itu yang juga sedang menatapnya.

"Terimakasih kak karena sudah mengantarku pulang. Maaf tadi aku...."

Cup...

Yura tidak melanjutkan kata-katanya saat bibir Vano menyentuh pipinya. Yura pun kaget dan membulatkan matanya. wajahnya terlihat sangat tegang dan jantungnya terpompa dengan sangat kencang.

Vano menjauhkan wajahnya dan menatap wajah gadis itu.

"Sampai bertemu besok" ucap Vano.

Yura pun terlihat salah tingkah dan sangat gugup.

"A... aku turun dulu kak..." ucap Yura.

Yura bergegas membuka pintu mobil dan turun dari dalam mobil. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke arah rumahnya. Vano yang melihatnya dari dalam mobil pun tersenyum memandangi kepergian gadis itu.

🎵La ...La ...La ...🎵

Ponsel Vano berdering, ia pun langsung mengambilnya dari saku celananya.

"Mama" ucap Vano kemudian ia menggeser tombol hijau.

"Iya ma, ada apa ma?" tanya Vano

"Vano, adik kamu belum pulang kerumah dari pagi" jawab Mira dengan nada cemas.

"Apa?? Vivian belum pulang??" Vano pun tampak kaget.

Vano segera mematikan sambungan telefonnya tanpa mendengar jawaban dari mamanya lagi. ia pun bergegas melajukan mobilnya kembali untuk mencari keberadaan adiknya.

💖💖💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

𓆉︎ᵐᵈˡ𝘚𝘜𝘍𝘐♥𝘡𝘜𝘓🍁❣️

yura segitu khawatirnya sampai ngak sadar dibohongi teman vano huhu, kasian vivian ngak betah dirumah malah keluar ngak pulang2.

2024-07-14

1

Ara Julyana

Ara Julyana

yura sedang di mabuk cinta 😜😜

2023-07-08

1

Niswa Ach

Niswa Ach

Yura pasti siang malam senyum senyum sendiri..saking bahagianya..tp ingat belum mahram Yura..

2023-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!