Bukan Salah Cinta

Bukan Salah Cinta

Bab 1 : BSC

"Ini upahmu minggu ini" seorang pria berusia 45 tahunan memberikan beberapa lembar uang pada seorang gadis. Saat ini mereka tengah berdiri didalam sebuah toko roti dan kue.

"Terimakasih paman" ucap gadis itu sembari menerima uang itu. Ini adalah gaji mingguan yang biasa ia terima.

"Jangan lupa besok datanglah lebih awal, nanti aku akan memberimu bonus" ucap paman itu menepuk pundak gadis didepannya.

"Baik..." jawab gadis itu seraya tersenyum manis.

"Ya sudah sana pulang, nanti ibumu mencarimu" ucap paman itu lagi

Gadis itu pun pamit dan melangkahkan kakinya keluar dari toko roti dan kue. Beberapa karyawan lain masih bekerja didalam sana. Gadis itu memang selalu disuruh pulang lebih awal karena paginya ia harus kuliah.

Ayura Azura adalah nama gadis itu. Gadis berparas cantik dan memiliki kepribadian ceria. Saat ini usianya baru menginjak 20 tahun, namun ia harus bekerja demi menyambung hidupnya bersama dengan ibunya dikota yang sudah ia tempati selama 2 tahun ini. Beruntung seorang pria bernama paman Sam mau memberinya pekerjaan part time di toko roti dan kue miliknya.

Saat ini Yura tengah mengendarai motor maticnya menuju kontrakannya. Jalanan masih cukup ramai karena ini belum terlalu larut. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, biasanya Yura pulang lebih awal, tapi karena tadi ia harus mengantar beberapa pesanan dulu untuk pelanggan hingga ia harus pulang lebih malam.

"Aku harus lebih cepat lagi, ibu pasti sudah menungguku untuk makan malam" ucap Yura sembari tetap fokus mengendarai motornya. menyalip beberapa kendaraan didepannya.

Yura menambah kecepatan motornya saat melintas dijalanan yang cukup sepi. Dari arah berlawanan sebuah mobil melaju kencang sambil terus membunyikan klakson.

Tin...tin..tin...

Suara klakson mobil didepan sana memecah keheningan malam itu. Yura yang melihat terlihat panik karena mobil didepannya melaju dengan berbelok-belok seperti hilang kendali. ia segera menepikan motornya dan berhenti.

"Aaaaaaaaa...!!!" Yura berteriak kencang sambil menyilangkan kedua tangannya diwajahnya saat mobil itu melaju ke arahnya yang masih duduk diatas motor.

Brakkkkkk!!!

Mobil itu membanting setir ke kiri dan menabrak pembatas jalan. Merasa aman dan mendengar suara benturan keras, Yura menurunkan tangannya dan langsung membuka matanya. Disebelah kanannya mobil itu sudah berhenti dan menabrak pembatas jalan.

"Ya Tuhan... aku harus menolongnya!!" Yura begitu panik dan bergegas turun dari motornya, ia berlari ke arah mobil itu dan mengetuk pintu mobil itu untuk memastikan orang didalam mobil itu baik-baik saja.

Tok.. tok.. tok

"Hei.. buka pintunya..!! apa kamu baik-baik saja...?!!" Yura berteriak, namun tidak ada jawaban dari dalam sana.

Dari kaca mobil Yura mengintip dan melihat seorang pria yang membenamkan wajahnya ke setir mobil. Melihatnya, Yura semakin bertambah panik dan menduga kalau pria didalam sana meninggal. Kemudian ia kembali menggedor-gedor pintu mobil.

Berisik!! Itulah yang terdengar ditelinga pria yang berada didalam mobil. Perlahan ia mengangkat wajahnya, melihat ke arah Yura yang sedang mengetuk-ngetuk kaca mobilnya dengan wajah panik dan cemas. Dipegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, kemudian ia membuka pintu mobilnya.

Melihat pintu mobil terbuka, Yura melangkahkan kakinya mundur dua langkah. Didepannya kini berdiri seorang pria tampan berhidung mancung dan memiliki tinggi ideal.

"Ya Tuhan, dia kan Elvano Keenandra! Semoga dia tidak mengenaliku" batin Yura merasa panik.

Elvano Keenandra, 22 tahun. Pria tampan yang mendapat julukan pangeran kampus. Tidak ada yang bisa menolak ketampanan dan pesonanya, termasuk Yura yang sudah lama menaruh hati pada padanya. Diam-diam Yura sering mengirim surat cinta untuk Vano.

"Kenapa? Apa kamu tidak pernah melihat pria tampan?" Vano bertanya saat melihat gadis itu tak berkedip melihatnya.

"Ehemm... jangan salah paham. Mobilmu itu hampir menabrakku dan motorku! Apa kamu tidak pakai mata saat menyetir tadi??" ucap Yura berpura-pura kesal. Sebenarnya ia sangat gugup karena ini untuk pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan Vano.

Vano menoleh ke arah mobilnya, bagian depan mobilnya rusak parah. Sementara disekitar situ nampak sepi dan tidak ada kendaraan lewat.

"Remnya tiba-tiba saja blong, aku juga tidak tau kenapa" Vano menjawab, sedetik kemudian ia melihat ke arah motor Yura.

"Antarkan aku pulang, nanti aku akan membayarmu" ucap Vano.

"Hei!! Kamu pikir aku tukang ojek apa??" Yura berseru dengan kesal dan meminta Vano untuk naik ojek saja.

Dengan cepat Vano menarik tangan Yura saat gadis itu hendak berbalik. Kini jarak mereka begitu dekat dan Yura bisa merasakan hembusan nafas Vano. Pandangan mata mereka saling bertemu.

Deg..deg..deg...

Jantung Yura seperti melompat-lompat dan akan keluar dari tempatnya.

"Aku akan membayarmu satu juta jika kamu mau mengantarku pulang" ucap Vano membuyarkan lamunan Yura.

Yura mendorong tubuh Vano sedikit menjauh. Nominal itu tentunya sangat besar baginya, biasanya ia hanya bisa menghasilkan uang beberapa ratus ribu dalam seminggu jika bekerja di toko.

Tanpa mendengar persetujuan Yura, Vano mengambil jaket dan mengunci mobilnya. Setelahnya ia berjalan ke arah motor Yura dan menaikinya, meninggalkan Yura yang masih berdiri terpaku disamping mobilnya.

"Cepat kemarilah atau aku akan meninggalkanmu disini!" Vano berteriak, Yura kembali tersadar dan berjalan mendekat.

"Hei!! Aku belum bilang setuju!" protes Yura saat melihat Vano sudah duduk diatas motornya.

"Cepat naik atau aku tinggal!" Vano memberi perintah dan sedikit mengancam. kali ini Yura tidak bisa protes lagi karena Vano sudah menyalakan mesin motornya.

Dengan kecepatan penuh Vano melajukan motor dengan membonceng Yura dibelakangnya. Hari ini untuk pertama kalinya Yura bisa sedekat itu dan bisa mencium aroma tubuh Vano. Pikirannya mulai berkhayal.

Dari kaca spion Vano bisa melihat ekspresi wajah Yura dan menyuruhnya untuk berpegangan yang erat karena ia akan menambah kecepatan.

Dari arah belakang Yura tidak begitu mendengar ucapan Vano. Ia berteriak histeris dan spontan tangannya melingkar dipinggang Vano saat motornya melaju lebih kencang. Suasana malam itu yang dipenuhi oleh bintang-bintang dan sinar bulan membuat kesan romantis diantara mereka seperti sepasang kekasih yang sedang berpacaran.

Setelah menempuh perjalanan hampir 20 menit, motor itu berhenti mendadak hingga kening Yura membentur tungkak kepala Vano dan ia memegangi keningnya.

Saat ini mereka sudah berada didepan gerbang sebuah rumah mewah yang memiliki halaman sangat luas. Sudah bisa dipastikan jika itu pasti adalah rumah Vano.

Yura turun dari atas motor dengan diikuti oleh Vano. Tangan Vano mengambil dompet dari saku celananya dan memberikan sejumlah uang yang sudah ia janjikan tadi pada Yura. Ditariknya tangan gadis itu dan ditaruhnya uang-uang itu diatas telapak tangannya.

"Terimakasih tukang ojek" ucap Vano kemudian berlalu pergi sebelum Yura sempat menjawab.

Seorang penjaga rumah sudah membukakan pintu gerbang itu dan Vano masuk kedalamnya. Yura kembali tersadar dan meneriaki Vano untuk mengembalikan uangnya namun Vano hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh kebelakang.

Pintu gerbang sudah ditutup rapat kembali. Yura berfikir mungkin besok saja ia akan mengembalikan uang itu pada Vano. Dengan menaiki motornya kembali, Yura pergi meninggalkan rumah mewah itu.

-

-

Dikediaman Mahesa.

Seorang pria berusia 50 tahunan sedang duduk disofa. Wajahnya masih terlihat tampan dan tubuhnya masih begitu gagah. Pandangannya beralih dari layar tv ke arah putranya yang baru datang.

"Elvano, dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" tegur Mario membuat langkah putranya itu terhenti.

"Vano habis nongkrong sama teman" Vano menjawab dengan nada dingin tanpa menoleh ke arah papanya.

"Vano, kamu ini kan sudah semester 6. Kamu harus fokus belajar biar nanti bisa menjadi penerus papa diperusahaan" Mario sedikit kesal, namun ia mencoba bersabar menghadapi sikap putranya.

"Vano tidak tertarik" Vano kembali menjawab dengan dingin dan memilih melangkahkan kakinya pergi menaiki tangga menuju ke kamarnya. Saat ini ia tidak ingin berdebat dengan papanya.

Melihat sikap Vano, Mario hanya bisa menghela nafas panjang. Hubungannya dengan Vano memang memiliki jarak, apalagi ia sering bertengkar dengan istrinya hingga putranya itu lebih memilih menjauh setiap mendengar pertengkaran kedua orangtuanya.

🌟🌟🌟

Dengan kecepatan penuh Yura kembali melajukan motornya menuju rumah kontrakannya. Saat hampir sampai ia melihat seorang pria berbadan tinggi besar tengah mengeluarkan barang-barangnya dari dalam kontrakan. Sementara ibunya berusaha menghalang-halangi sambil menangis. Tiba-tiba tubuhnya terdorong ke belakang hingga jatuh terduduk.

Melihatnya, Yura segera memakirkan motornya dan bergegas turun, berlari mendekat untuk menolong ibunya yang jatuh.

"Bibi apa yang kamu lakukan?!" Yura berseru melihat ke arah ibu kontrakan yang hanya menjadi penonton.

"Hei Yura! Kalian sudah 2 bulan tidak bisa bayar kontrakan. Jadi kalian harus mengosongkan tempat ini malam ini juga!" ibu kontrakan itu menunjuk dengan marah.

Uang Yura belum terkumpul, dan ia juga belum membayar kuliahnya. Tiba-tiba ia teringat uang yang diberikan oleh Vano tadi dan bergegas bangun, merogoh saku jaketnya untuk mengambil uang itu lalu menyerahkannya pada ibu kontrakan. ia rasa uang itu cukup untuk membayar tunggakan kontrakan selama 2 bulan.

"Kekurangannya aku akan melunasinya minggu depan" ucap Yura

Dengan senang Ibu kontrakan menerima uang itu dari tangan Yura dan langsung menyuruh anak buahnya untuk berhenti, mereka pergi meninggalkan tempat itu yang sudah terlihat begitu berantakan.

"Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu nak?" Hanum berjalan mendekat, ia tau gaji Yura seminggu tidak akan sampai 1 juta.

"Tadi Yura dapat bayaran lebih Bu" tak ingin ibunya cemas, Yura terpaksa berbohong dan menyuruh ibunya untuk masuk kedalam rumah dan beristirahat.

Sebenarnya Hanum tidak begitu percaya dengan ucapan Yura, namun saat ini ia tidak ingin membahas tentang hal itu. Langkah kakinya menuntun masuk ke arah pintu. Disana ia berhenti dan kembali menoleh ke arah Yura yang sedang membereskan barang-barang yang berantakan didepan rumah.

"Maafkan ibu ya nak.. seharusnya kamu bisa hidup dengan lebih layak" batin Hanum terisak.

💖💖💖💖💖💖

Terpopuler

Comments

🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ𝐠𝐨𝐣𝐨𝘴𝘶𝘧𝘪❣️

🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ𝐠𝐨𝐣𝐨𝘴𝘶𝘧𝘪❣️

mampir kesini pula 🙈 kayaknya nie cerita lebih menyesakkan hurmm semoga happy ending yaa 😁

2024-07-14

1

Nadiyah1511

Nadiyah1511

sambil nunggu Marvel nikah🤭💜

baca karyamu yg lain thor...semoga seru kaya Andra+Luna+Marvel+Feli😁💜💪💜

2024-04-23

1

𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶

𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶

menarik. cerita dan penokohannya menginspirasi.

2023-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!