Luna menyusuri lorong gelap menuju tempat karaoke yang biasa didatanginya dengan para karyawan. Dia harus segera sampai ke sana kalau tidak mau kena omelan Prilly dan Sarah.
Di dekat tempat itu juga ada pub tempat biasa orang mabuk-mabukan. Tapi, sangat jarang mereka keluar jam segini. Biasanya lewat tengah malam barulah mereka pulang.
Tak berapa lama kemudian, Luna sampai ke tempat karaokean. Akan tetapi, ternyata tempat itu tutup. Hadeh! Kenapa bisa? Lalu kemana semua karyawannya?
Tiba-tiba, handphonenya bunyi. Ternyata Kak Sarah yang menghubunginya.
"Kamu kemana aja sih, Lun. Dari tadi kita sudah nungguin , nih!" ujar Sarah dari ujung telepon.
"Memangnya Kakak di mana? Aku baru sampai di karaokean Night Butterfly tapi tutup!" sahut Luna yang merasa sangat putus asa.
"Night Butterfly? Hadeh! Kamu salah alamat, Lun. Kita ada di Blue Butterfly. Tempat itu kan tutup sudah sebulan yang lalu!" teriak Sarah yang sudah naik pitam.
Duh! Kenapa Luna jadi pikun, ya. Dia sendiri yang memberitahukan Sarah kalau tempat karaokeannya itu tutup.
Luna pun cepat keluar dari tempat itu. Sudah jam setengah sebelas. Dia hanya berharap masih ada taksi yang melewati tempat itu.
Tapi, langkah Luna terhenti ketika melihat ada tiga orang laki-laki setengah baya keluar dari Pub. Sepertinya mereka sudah mabuk. Tidak ada jalan lain lagi dan harus melewati mereka.
Luna menarik napas panjang. Dia harus berjalan secepat mungkin agar orang-orang itu tidak melihatnya. Pekerjaan mudah. Luna pernah juara lomba jalan cepat ketika masih kuliah dulu.
Satu, dua, tigaaa ....
Luna pun mulai berjalan cepat. Pasti tidak satu pun yang akan menyadari kehadirannya. Satu orang lewat, dua orang juga lewat, tinggal satu orang lagi dan Luna akan bebas.
Senyuman mengembang di sudut bibir Luna. Usahanya berhasil. Namun, langkahnya kembali terhenti ketika tasnya tersangkut sesuatu. Hadeh! Ada aja sih.
Luna pun segera membalikan badannya. Wajahnya langsung pucat ketika melihat tasnya bukan tersangkut tapi ditarik seorang laki-laki yang sedang mabuk itu.
"Le-lepaskan tasku," ungkap Luna dengan suara gemetar.
Laki-laki itu malah tertawa. Begitu juga teman-temannya
Jantung Luna berdegup semakin kencang. Siap-siap kabur meski harus kehilangan dompet dan tasnya. Yang penting, handphone masih ada di tangannya.
"Kemarilah sebentar! Aku mau melihat wajah cantikmu itu!" ucap laki-laki itu dengan wajah mesumnya.
Luna menggidig melihatnya. Lebih baik dia kabur dari pada menurutinya. Tapi, dia harus memberi pelajaran kepada mereka yang berniat mempermainkannya.
Dengan cepat, Luna melemparkan sepatunya yang tepat mengenai laki-laki itu. Tasnya pun langsung terlepas dari tangannya. Tidak menunggu lama, Luna pun berlari.
"Sialan! Kurang ajar perempuan itu. Ayo kejar dia," ucap laki-laki itu yang langsung mengejar Luna bersama kedua temannya.
Luna lupa kalau kakinya juga sedang sakit. Dia hanya bisa berlari sambil merasakan sakit. Namun, tanpa terasa kakinya malah tersandung. Tubuhnya pun limbung.
Sebelum jatuh, Luna melihat seseorang muncul dan menopang tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai. Luna membuka matanya lebar-lebar. Ternyata, dia adalah Damar.
"Kamu gak kenapa-napa?" tanya Damar cemas. Untung saja dia kembali karena merasa kalau Luna dalam masalah.
Luna sangat malu karena malam itu sudah beberapa kali Damar menolongnya. Apa dia memang dewa penolong, ya???
"A-aku gak apa-apa! Tapi mereka masih mengejarku," jawab Luna yang langsung berlindung di belakang Damar.
Gadis itu baru sadar kalau bukan hanya lekuk wajah Damar yang porposional tapi juga tubuhnya yang tinggi dan atletis.
"Hei! Lepaskan perempuan itu. Dia milik kami!" teriak salah satu pemabuk itu.
Luna mengira, Damar pasti menghajar ketiganya seperti di dalam drama. Ternyata, Damar bukan hanya seorang CEO tetapi juga pandai berkelahi.
"Maafkan, istri saya, pak. Dia memang sedikit liar. Tolong maafkan dia!" ujar Damar sambil menundukan kepalanya.
Luna melotot. Apa mata dan telinganya bermasalah, ya. Mengapa Damar malah meminta maaf dan mengaku kalau Luna adalah istrinya.
"Apa? Dia istrimu? Apa gak salah. Kamu itu masih muda dan tampan. Mengapa istrimu itu sudah seperti perempuan beranak tiga? Kamu bohong, ya?" celetuk orang itu.
Luna naik darah dikatakan perempuan beranak tiga.
"Heh! Aku masih perawan tahu! Mata kalian lamur ya!" teriak Luna.
Damar malah tersenyum melihat tingkah Luna yang memarahi ketiga pemabuk itu.
"Perawan? Katanya kau itu istrinya? Apa kalian gak pernah berhubungan intim, ya?" sahut salah seorang dari pemabuk itu sambil tertawa, kedua temannya juga.
"Eeh, aku ...." Luna kehilangan kata-kata.
"Maafkan kami, pak. Istri saya memang begitu, dia masih saja mengaku perawan padahal saya sudah jebol. Sekali lagi kami minta maaf!"
Damar memberi kode agar Luna juga meminta maaf. Tapi Luna tambah melotot mendengar ucapan Damar yang vulgar dan masih merasa dadanya berdegup kencang.
Akhirnya, Damar terpaksa menarik tangan Luna agar mau menunduk. Membuat Luna semakin naik pitam.
"Permisi, pak!" Damar langsung menarik tangan Luna tanpa menunggu persetujuannya.
"Hei, tunggu!"
Damar dan Luna kembali berhenti ketika mendengar suara. Jangan-jangan mereka mau ngajakin berantem. Damar sudah menggenggang tangannya kuat-kuat dan siap untuk menangkis serangan.
Tapi, yang dilakukan Damar malah membopong Luna dan lari sekencang-kencangnya. Luna tak bisa menolak dan membiarkan Damar berbuat semaunya.
Di dalam pelukan bocah ingusan itu, membuat jantung Luna berdegup kencang. Kali ini bukan karena ketakutan atau marah. Namun ada sesuatu yang lain. Awas looh, Lun. Elo bisa jatuh ke dalam jebakan cinta bocah ingusan itu!!!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Akatsuki _2x
ngakak plss 🤣
2023-09-23
3