Luna tertegun. Dia gak bisa menjawab ajakan bocah ingusan itu. Mana mungkin Luna mau menghabiskan malam dengannya!
"Gak usah! Aku cari taksi aja!" celetuk Luna yang berniat untuk pergi. Harga dirinya jauh lebih besar dari pada sakit di kakinya.
Damar geleng-geleng kepala dengan sikap keras Luna.
"Aku baru tahu kalau wanita menjelang monopouse seperti ini! Sudahlah, ikut aja denganku!"
Luna melotot mendengar ucapan Damar, "eeeh! Siapa yang monopouse. Aku masih muda tahu!" sahutnya.
Namun Damar tidak tinggal diam dan langsung menggendong Luna masuk ke dalam mobilnya.
Gila! Damar gak takut apa kalau disangka penculik?
"Heeei, apa yang kamu lakukan! Ini melanggar peraturan. Kamu bisa masuk penjara karena sudah melakukan penculikan. Cepat keluarkan aku!" teriak Luna yang sudah di dalam mobil.
Damar cuek aja dan langsung menjalankan mobilnya. Gak memedulikan Luna yang masih melotot seperti nenek sihir.
Akhirnya Luna diam juga. Dia malah membuka sepatu karena kakinya semakin sakit. Tanpa sadar dia pun meringis.
Melihat Luna seperti itu, Damar menghentikan mobilnya. Dia pun membuka laci mobil dan mengeluarkan sesuatu.
Luna bisa bernapas lega mengira kalau Damar akan melepaskannya.
"Kemarikan kakimu!" ujar Damar yang sudah memegang selotif untuk luka.
Luna menatap Damar tajam. Dia merasa ada yang aneh dengan ucapannya.
"Aku lebih tua lima tahun darimu, tahu. Harusnya kamu bisa lebih sopan!" celetuk Luna yang sedikit kesal.
Damar tidak memedulikan perkataan Luna. Dia pun menunduk dan menarik kaki Luna yang sedang sakit.
Hadeh! Tambah parah nih. Damar sudah kehilangan akalnya!
"Heeei! Gak sopan tahu!" teriak Luna yang merasa tidak nyaman dengan kelakuan Damar. Padahal Damar adalah seorang CEO tapi kelakuannya seperti preman.
Luna terpaksa mengangkat kedua kakinya ke atas paha Damar. Dia melihat ke depan dan ke belakang, kalau ada orang yang melihat adegan itu. Pasti ada yang mengira kalau mereka sedang melakukan perbuatan mesum.
Kemudian pandangan Luna kembali kepada Damar yang sibuk membersihkan luka dikakinya. Damar sangat telaten merawat lukanya. Sesaat Luna tersihir seperti melihat malaikat tampan di hadapannya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Damar setelah beberapa saat telah berlalu.
"Apa?" tanya Luna tak mengerti maksud Damar.
"Apa kakimu itu sangat nyaman di pangkuanku?" tanya Damar sedikit menyindir.
Luna baru tersadar kalau kakinya sudah selesai diobati Damar, "ooh, iya. Makasih ya!" ucapnya seraya menarik kakinya lagi.
Luna pun menggerakan kakinya yang sudah tidak begitu sakit. Ternyata, Damar berbakat juga menjadi dokter.
"Dimana alamatmu?" tanya Damar lagi seraya menyalakan GPS mobilnya.
"Panggil aku kakak atau mba! Aku kan lebih tua darimu!" pinta Luna. Dia merasa kurang nyaman kalau Damar bersikap kalau dialah yang lebih tua.
"Oke, tante. Cepatlah, katakan alamatmu!" Damar menuruti Luna meski malah mengejeknya.
Luna menarik napas panjang. Damar benar-benar sudah membuatnya hampir gila. Kemudian, Luna teringat Sarah dan Prilly yang sedang menunggunya di tempat karaokean.
"Karaoke Night Butterfly!" jawab Luna lugas.
"Oke, Karaoke ...."
Damar terdiam setelah menyadaei tempat yang akan dituju Luna.
"Apa kamu tinggal di tempat karaoke?" tanya Damar sambil menatap Luna tajam. Sikapnya masih tidak sopan.
"Terserah aku mau tinggal di mana, kek. Kalau kamu mau mengantarkan aku ya silakan! Kalau engga juga tidak apa-apa!" jawab Luna jutek.
Damar hanya bisa menarik napas. Mencoba mengumpulkan kesabarannya. Sepertinya malam itu akan sangat panjang. Dia pun menuliskan alamat yang dikatakan Luna. Kemudian menjalankan mobilnya lagi.
Luna memalingkan wajahnya ke arah jendela samping. Di sana, dia malah melihat bayangan Damar yang serius menyetir.
Ternyata, Damar sangat tampan meski hanya bayangannya saja. Tanpa sadar Luna menyentuh jendela yang sedikit berembun dan mengikuti setiap lekuk wajah Damar yang sangat porposional.
Seandainya, Damar seusia dengannya atau sedikit lebih tua, Luna pasti sudah tergila-gila. Sayang, Damar masih bocah ingusan!
"Apa?" tanya Damar tiba-tiba.
Spontan Luna terkejut. Perasaan dia gak ngomong apa-apa, "apa?! Aku gak ngomong kok!" sahutnya.
"Oh, ya sudah!" ujar Damar lagi tanpa melepaskan pandangannya ke depan.
Tak berapa lama kemudian, mereka pun sampai ke tempat tujuan. Damar melihat papan besar di depan gedung. KARAOKE NIGHT BUTTERFLY. Anehnya papan itu tidak menyala dan tidak ada satu pun pengunjung di sana.
"Apa kamu yakin tinggal di tempat seperti ini? Kalau benar, penghargaan yang sudah kamu dapatkan harus dievaluasi lagi!" ungkap Damar yang masih tidak percaya dengan pengakuan Luna.
"Apa? Memangnya ada apa dengan tempat ini. Ini bukan tempat mesum. Kamu aja yang punya otak ngeres!" jawab Luna sambil membuka pintu mobil, "btw, makasih ya! Silakan kamu kembali ke tempatmu berasal!" lanjutnya lagi.
"Eeh, tunggu!" cegah Damar. Tapi, Luna sudah berlari menuju ke dalam gedung. Padahal Damar curiga kalau gedung itu sudah tutup atau malahan tidak buka sama sekali.
Bagaimana kalau kecurigaan Damar benar. Luna pasti hanya sendirian di tempat yang menyeramkan itu. Aakh! Biar saja. Luna kan seperti wonder Woman. Dia pasti bisa menjaga diri!!!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments