Luna masih mencari alasan agar tidak bertemu dengan bocah ingusan itu lagi. Namun, semua selalu terkait dengannya.
"Tolonglah! Ga apa-apa gak usah dinner, kok. Saya banyak kerjaan yang lebih penting!" ungkap Luna yang masih nego dengan panitia penyelenggara.
"Maaf, bu. Ini jadwalnya sudah ada. Silakan ibu lihat sendiri aja!" ujar wanita itu sedikit jues sambil menyodorkan selembar kertas.
Luna segera mengambil kertas itu dan membacanya.
Minggu pertama : Makan malam dengan Tuan Damar Wicaksana
Minggu kedua : Makan siang dengan Tuan Damar Wicaksana
Minggu ketiga : Ke pantai dengan Tuan Damar Wicaksana
Minggu keempat : Ke gunung dengan Tùan Damar Wicaksana.
Hadeh! Kenapa semuanya dengan bocah ingusan itu? Luna mulai curiga kalau semua itu hanya permainan.
"Maaf, ini kan penghargaan soal bisnis, bukannya dengan artis. Mengapa hanya ada kegiatan fansmeet seperti ini?" tanya Luna tanpa ragu sedikitpun.
"Memang seperti itu jadwalnya, bu. Kalau ibu menolak, penghargaannya akan ditarik!" terang wanita berwajah jutek itu.
"Ditarik? Apa acara ini hanya lelucon?" Luna mulai naik darah. Dia bisa saja melupakan soal penghargaan itu. Namun ketika terbayang wajah senang karyawannya membuat Luna berpikir lagi.
"Baiklah! Kapan acara dinnernya?" Akhirnya Luna melunak.
"Nanti dikabari lagi, bu!"
Luna mengepalkan tangannya. Dia hampir saja melupakan soal penghargaan itu. Tidak masalah kalau memang tidak mendapatkannya. Namun, penghargaan itu malah lebih berarti untuk karyawannya.
Dari jauh, Damar hanya tersenyum. Setelah tahu kalau yang menerima penghargaan adalah Luna, Damar segera menemui panitia penyelenggara. Dia memberikan peraturan baru yang harus dilakukan oleh pemenang penghargaan.
Sebenarnya, Damar melakukannya untuk mengerjai Luna yang sok sibuk. Memang sangat baik sih kalau lagi bekerja, tapi tidak semuanya harus diselesaikan dengan uang.
Yuki merasa aneh karena Damar selalu melirik Luna. Dia menyimpan kesalnya karena kali ini Lunalah yang menjadi pemenang. Sedangkan dia sudah tiga kali berturut-turut mendapatkan penghargaan itu.
"Aku ingin tahu, kenapa sih Luna yang mendapatkan penghargaan itu? Padahal semua tahu perusahaanku jauh lebih besar darinya!" celetuk Yuki. Dia dan Damar memang dekat karena orang tua mereka saling kenal dari muda.
Damar tersenyim tipis, "aku gak tahu soal itu. Pihak penyelenggara yang memutuskannya!" jawab Damar yang akan melangkah pergi.
Dengan cepat, Yuki menggamit lengan Damar. Membuat Damar menjadi terkejut.
"Tunggu! Besok malam kita dinner, yuk. Sudah lama kita gak makan berdua," ajak Yuki pede abis. Mengira kalau Damar tidak akan menolaknya.
"Maaf, aku sudah ada janji!" jawab Damar tanpa menyebutkan dengan siapa.
Luna yang kembali melewati Damar yang sedang bicara dengan Yuki masih pura-pura tak melihat. Damar segera melepaskan tangannya, meski Luna sekilas sudah melihatnya.
Duh! Ternyata Yuki sangat dekat dengan bocah ingusan itu. Pantas aja dia mendapatkan penghargaan sampai tiga kali terturut-turut! Luna semakin gak respek sama Damar.
Hampir setengah jam berlalu. Luna harus segera menyusul karyawannya ke tempat karaokean.
"Tolong ambilkan mobil saya, pak. Saya mau pulang!" ucap Luna kepada petugas bagian parkir mobil.
Laki-laki setengah tua itu menatap Luna. Seperti sedang mengenalinya.
"Maaf, nomor mobilnya berapa ya, bu?" tanyanya kemudian.
Hadeh, Luna sampai lupa. Dia pun memberikan nomor mobilnya yang diminta.
"Maaf, bu. Mobil ini kan milik Tuan Damar! Saya menerima kuncinya dari beliau," ujar petugas itu.
Hah! Apa Luna salah denger, ya? Dia teringat kalau sudah memberikan kunci mobilnya kepada Damar yang disangka petugas parkir.
"Apa maksud bapak? Jelas ini nomor mobil saya. Apa perlu saya ambilkan STNK nya!" Luna pun mencari sesuatu di dalam tasnya. Dia pun baru ingat kalau benda yang dicari ada di dalam tas kerjanya.
"Maaf, pak. STNK mobil saya ketinggalan di rumah. Tapi beneran kok kalau mobil itu punya saya!" katanya lagi.
"Sekali lagi maaf, bu. Apa perlu saya panggilkan Tuan Damar?"
Oh no! Jangan anak ingusan itu lagi! Sudah cukup malam ini menjadi kelabu gara-gara dia.
"Gak usah, pak. Biar saya cari taksi di depan aja!" ujar Luna langsung ngeluyur pergi.
Petugas parkir tetap menghubungi Tuan Damar meski Luna menolaknya.
Damar masih bersama Yuki ketika petugas parkir menghubunginya.
"Apa? Ya sudah. Aku akan ke sana!" ucap Damar ketika mendengar penjelasan dari petugas parkir.
"Ada apa?" tanya Yuki yang melihat Damar menjadi sedikit panik.
"Tidak ada apa-apa. Maaf aku pergi dulu!"
"Tapi acaranya kan belum selesai!" ungkap Yuki. Sayang, Damar sudah terlanjur pergi. Dia jadi penasaran mengapa Damar sampai seperti itu. Biasanya, dia selalu tenang.
"Dimana Nona Lunanya, pak?" tanya Damar begitu sampai di depan pintu hotel.
"Bu Lunanya sudah pergi, pak. Katanya mau cari taksi di depan!" jawab petugas parkir.
"Tapi, tidak ada taksi yang mau masuk area ini. Lagipula menuju ke jalan raya lumayan jauh!" ucap Damar yang mencemaskan Luna.
"Maaf, Pak. Tadi Ibu Lunanya sudah pergi duluan padahal saya sudah cegah!"
Damar hanya diam saja. Membayangkan bagaimana Luna berjalan cukup jauh untuk sampai ke jalan raya.
Kenyataannya memang seperti itu. Luna sudah berjalan cukup jauh namun jalan raya belum kelihatan juga. Kenapa dia melupakan jalan yang tadi dilewatinya? Aakh, Luna. Kasihan bener deh kamu!
Luna mulai merasa kakinya sakit karena memakai higheel sejauh itu. Dia pun melihat ke belakang dan tidak ada siapapun disana. Dengan cepat, Luna melepaskan sepatunya dan duduk di trotoar. Kakinya ternyata sudah sedikit terluka.
Malam itu benar-benar butuh perjuangan. Luna merasa berada di negeri antah berantah yang sangat menyengsarakannya.
Tiba-tiba, terlihat cahaya lampu dari mobil di belakangnya. Luna pun memalingkan wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya. Apalagi kalau ada wartawan. Besok pasti ada berita "Seorang pemenang penghargaan Woman oh the Year menjadi gelandangan"
Hadeh! Mau ditaruh mana muka luna. Masa sih tiap hari harus pake topeng?
Ternyata, mobil itu malah berhenti di depan Luna. Bahkan pengemudinya keluar dari mobil dan mendekatinya.
Jantung Luna seperti berhenti berdetak. Habislah riwayat Luna Sahara!
"Maaf, apakah anda Nona Luna?"
Luna melotot. Dia seperti mengenali suara itu. Alangkah terkejutnya Luna setelah tahu kalau orang itu adalah Damar!
"Ka-kamu!"
Hadeh! Luna sudah mati kutu. Apalagi yang ada dihadapannya itu adalah si bocah ingusan.
"Iya, ini aku Damar. Maaf membuatmu seperti ini. Apa perlu kembali lagi untuk mengambil mobilmu. Petugas itu tidak tahu kalau mobil itu milikmu!" jelas Damar.
Luna pun langsung berdiri, "tidak usah! Sebentar lagi juga sampai ke jalan raya!" ucap Luna seraya memakai sepatunya lagi sambil meringis kesakitan. Sebenarnya luka di kakinya lumayan besar.
"Baiklah! Aku akan mengantarmu pulang saja. Naiklah ke mobilku!" ucap Damar yang menyadari kalau kaki Luna sudah terluka.
Luna tertegun. Haruslah dia menerima pertolongan bocah ingusan itu?
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
ada benih-benih cinta antara mereka
2023-06-23
3