Rita sangat kesal sekali mendengarnya, kejadian itu memang ada dan MEMANG Rin sama sekali tidak pernah mau memakan apalagi menyentuh yang Rita beli untuknya. Padahal dulu waktu kakaknya mengandung anak, dia meminta Rita belikan apapun selalu mau.
"Sudah, biarkan saja makanya sampai sekarang tidak ada orang yang membelikan Kakak cake. Karena tidak bisa menghargai pemberian orang," kata Prita sambil menjulurkan lidahnya.
"Mana mungkin Bunda mau beli cake sebagus ini," kata Ray sambil tertawa.
Rin yang marah mendengar apa kata Prita berniat memaksa membawakan kue tersebut namun ditangkis oleh Rita.
"Dih, apaan sih?" Tanya Rita yang menghindar dengan kilat.
Karena tidak bisa mengambil, dengan wajah jutek dan sebal, Rin mengatakan sesuatu yang tidak terduga dan sangat pedas.
"Kamu itu harusnya mengalah pada Kakak! Aku ini anak pertama yang lebih pantas diberi cake semewah ini," kata Rin marah.
"Hahaha mengalah? Salah tuh. Dimana-mana juga justru seorang Kakak yang mengalah bukan adik. Ilmu sesat dari mana itu? Memangnya Ibu yang ajarkan?" Tanya Rita melawan.
"Yang kasih cake ini orang lain untuk Rita juga apa urusannya harus kasih ke Kakak? Bilang saja iri," kata Prita mengejek.
Rin mengibaskan jilbabnya dengan makin marah. "Iiihhh memang begitu kok dimana-mana Kakak itu yang memegang kuasa, kalian itu justru hanya budak! Sini deh cakenya biar Kakak yang bawa. Kalau kamu yang bawa nanti rasanya jadi hambar HAHAHA," kata Rin menertawakan.
"Ya bagus sih kalau jadi hambar kan tidak perlu dibagikan buat Kakak," kata Rita menjulurkan lidahnya mengejek.
"Bunda kalian mana?" Tanya Ibu.
"Tuh di depan masih berantem," jawab Ray. Ibu hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan keluar.
"Jahat sekali sih jadi anak pertama ( Tidak semua anak pertama jahat ya ). Sial sekali memiliki kakak seperti ini," kata Rita.
Dalam rumah, anak-anaknya memperhatikan.
"Kenapa sih Bunda kalau bicara jahat ke ateu Rita?" Tanya Arda ke kakaknya.
"Karena Bunda sepertinya sangat iri bukan hanya pada ateu Rita saja kan," kata Ray menjawab.
"Ateu Rita sekarang punya pacar orang kaya terus suka beri makanan enak. Apa salahnya sih?" Tanya Salman menggaruk-garukkan kepala.
"Memangnya itu pacarnya?" Tanya Arda.
"Bukan pacar, Salman," kata Ray yang sudah mengerti.
"Lalu apa?" Tanya mereka berdua bersamaan.
"Teman tapi Mesra," jawab Ray mengangguk begitu juga dengan kedua adiknya.
Ibu datang dan melerai ketiganya. "Sudah sudah! Baru pulang sudah mulai bertengkar. Memangnya salah kalau Rita dapat cake dari orang? Itu kan memang cakenya buat Rita, biar saja dia yang bawa kok kamu yang jadi rewel?" Tanya Ibunya kesal.
Kalau sudah begini, baru ibu membela Rita karena tahu kalau Alex dari kalangan Elit. Meskipun masih belum jelas, toh hanya dengan melihat Alex mengirimkan cake sudah dipastikan bahwa Alex serius dengannya.
"Ayo bawa masuk dan di potong," kata Ibu mengambil alih cake yang dibawa Rita supaya anak pertamanya diam.
Rin memang diam dan mengepalkan tangannya pada Rita. Rita ingin membalas tapi ditahan oleh Prita.
"Dimaklumi saja sifat kakak kita kan dari dulu memang seperti iblis," kata Prita dan mereka tertawa.
Setelahnya Rita ganti baju dengan cepat dan mengambil piring kecil serta sendok atau garpu. Karena Rita tidak bisa memotong kue secara lurus, jadi ibu yang bertugas memotong.
"Ini bagian kamu, karena cake ini kan memang dikirim untuk kamu," kata Ibu meletakkan sebongkah cake yang lumayan besar kepada Rita.
Rita jujur senang sekali melihat bagiannya hampir setengah cake dan ditaruh di piring yang sedang. Cake semacam itu memang tidak pernah dia dapatkan dari siapapun. Bahkan bila dirinya ulang tahun pun, ibu tidak pernah membelikan kue apapun.
Berbeda dengan kakak dan adiknya yang selalu dibelikan cake ulang tahun. Rita tidak meminta karena tahu mereka berdua berprestasi, tidak seperti dirinya. Pantaslah Rin sangat iri karena cake yang Alex kirim lebih indah dan mewah daripada cake Rin di tahun lalu.
"Rita, ini cake dalam rangka apa?" Tanya Prita yang membantu.
"Permohonan maaf karena mau ke Indonesia dia ketiduran," jawab Rita tertawa.
"Wah! Cake permohonan maaf saja semewah ini apalagi kalau ulang tahun ya," kata Prita mengambil bagiannya dan membantu membawakan bagian lain.
Semua anggota menikmati cake tersebut hanya Rin yang tidak mengatakan Terima kasih, dia masih marah dengan yang tadi.
"Enaaaak," kata mereka bertiga.
Rita ke dapur dan mengambil bagiannya melewati mereka semua. Rin kaget karena potongan Rita lebih besar daripada dirinya.
"Bu, kok punya Rita lebih besar sih? Kenapa punya kakak dan anak-anak kebagian yang kecil?" Tanya Rin protes.
"Kamu ini kerjaannya terus protes wajar kalau Rita mendapatkan yang lebih besar. Sudah untung kamu diberi bagian. Sudah makan!" Kata ibunya.
"Iya, kakak nih kurang bersyukur sudah mengomel, protes diberi juga masih menggerutu. Anak-anak saja mengerti," kata Prita yang menikmati krim kejunya.
Rin akhirnya memakan cake itu dengan wajah yang penuh ketidak ikhlasan, memang enak tapi dia tidak habiskan. Anak-anaknya yang makan membaginya menjadi 3.
"Kak, kamu itu kakak Prita dan Rita, kamu yang harusnya banyak mengalah bukan mereka. Banyak memaklumi karena rejeki setiap orang itu berbeda. Ingat tidak Kakak selalu merengek setiap ulang tahun tiba, meminta ibu belikan cake ulang tahun. Tapi Rita tidak pernah," kata ibunya.
"Kan ibu sendiri yang bilang kalau pemasukan sedang menipis. Selalu begitu bila Rita akan berulang tahun. Ibu pilih kasih," kata Prita membereskan semua piring yang sudah kosong.
"Ibu tidak begitu," kata Ibunya membantah.
"Setiap tahun ya bu yang Prita lihat, ibu jarang membelikan Rita cake ulang tahun. Ibu selalu berusaha membelinya hanya untuk aku dan Rin, lagi-lagi Rita yang harus dikorbankan," kata Prita pergi ke dapur.
Ibunya hanya diam, sama saja dengan Rin yang enggan mengakui perbuatannya sendiri seperti apa. Rin juga diam, dia ingat setiap tahun memang hanya dia dan Prita yang selalu merayakannya.
Sedangkan Rita hanya bisa sebagai penonton, menikmati potongan cake dari mereka. Hanya Prita yang menyadari bahwa ibunya tidak memiliki rasa kasih sayang yang adil dan beradab.
"Tapi kan Bu, kakak anak pertama harusnya tetap yang dapat bagian lebih besar," kata Rin lagi.
"Sudahlah, kamu tahu tidak itu pemberian dari siapa? Alex kan. Lalu apa hak kamu mengklaim bahwa kamu harus dapat bagian yang lebih besar? Kalau cake itu dari ibu, ya ibu akan berikan lebih besar tapi masalahnya ini kenalan Rita," kata ibu memberikan penjelasan.
Rin diam dan menatap anak-anaknya yang bermain di halaman malam itu.
"Kan kakak sama sekali tidak pernah mendukung Rita dengan Alex. Atau bahkan dengan siapapun yang dekati Rita. Kalau tidak suka, ya jangan minta bagian dong," kata Prita datang lagi.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments