Bima tertawa sumbang menatap Satya yang sedang menodongkan pistol pada dahi dirinya.
"Cih? Ternyata kau seorang polisi." ejek Bima dengan bibir tersenyum miring.
Mata Satya melotot tajam merasa Bima dengan tenangnya, dia tidak takut akan ancaman senjata yang di berikan. Satya pun dengan berani menekankan lagi pistol dari tangannya yang akan siap di tembakkan pada kepala Bima.
Kreeeet....
"Kapan pun aku akan siap menembak mu!! Lebih baik kau menyerah lah atau kau mati sia-sia!" ucap Satya geram dan menekankan melihat Bima dengan wajah masih sangat tenang mengahadapi situasi genting pada diri pria itu.
Bima sama sekali tidak takut dengan ancaman yang di berikan pada Satya, memang jiwa psikopat itu tertanam dari sejak ia kecil dan tidak akan bisa di sembuhkan. Ia justru senang menghadapi lawan dengan cara diam tenang namun sangat menghanyutkan tiba-tiba saja orang yang berada didekatnya langsung kehilangan nyawa bila ada yang mengusiknya. Apalagi ini semua ditambah dengan kehadiran gadis cantik dan periang seperti Nada, ia pun memiliki obsesi lebih ingin memiliki Nada seutuhnya dan tidak ingin ada orang yang menyentuh selain dirinya.
"Baiklah aku akan memberikan mu kesempatan hidup. Suatu saat aku akan menghabisi mu dan keluarga mu seluruhnya." batin Bima dengan tersenyum menyeringai.
Sedangkan Nada yang melihat, ia menutup matanya. Karena melihat wajah Satya mengerikan bila marah seperti ingin menembak langsung Bima.
Kreeeetttt...
Satya menekan pelatuk pistol itu kembali seperti akan siap menembaknya.
"Kau benar-benar ingin mau mati rupanya!! Baiklah." ucap Satya geram melihat wajah Bima yang masih saja tersenyum, ia pun tak sabar ingin melepaskan tembakannya pada dahi pria itu. Namun saat melepas tembakan, Bima bisa menghindar dan menendang perut Satya yang tadi tertusuk.
Dor.....
Bugh.....
Dor.....
Satya jatuh terpental hingga pistol yang berada di tangannya menembak ke udara.
"Argh... " teriak Satya mengerang kesakitan memegang perutnya.
Bima yang melihat Satya terjatuh, ia tersenyum menyeringai. Dengan sigap ia langsung lari meninggalkan taman tersebut.
Tak....Tak.....Tak....
"Sial dia kabur...!! Tidak akan kubiarkan kau!" geram Satya sambil memegang perut yang sakit. Satya mencoba berdiri dari duduknya dan lari menuju Bima yang sudah pergi kabur jauh.
"Pak Satya!" teriak Nada yang melihat Satya yang sudah pergi.
Tak berselang lama Satya lari, mobil polisi dan ambulance yang tak jauh dari kampus datang sudah berada di taman karena tadi mereka mendengar suara tembakan.
Wiuw...Wiuw....Wiuw..
Braaak.....
Yudha keluar dari di pintu mobil dan menutup kembali dengan kencang, ia jalan melihat kekacauan di taman ada yang terluka dan ada seorang wanita yang sudah jatuh tergeletak seperti tak sadarkan diri. Benar dugaan Yudha ada hal yang tidak beres di taman semenjak Satya meninggalkannya, Ia gagal mengatasinya karena tadi ia fokus menangani kasus kecelakaan. Para polisi pun yang lain berpencar sedang mencari komandannya dan pelaku penganiayaan kedua wanita ini, sedangkan petugas perawat lainnya membopong tubuh Shinta ke ambulance untuk di bawa ke Rumah sakit.
Yudha yang melihat Nada sedang duduk meringkuk di jalan sambil menangis sesenggukan. Ia langsung menghampiri dan jongkok mensejajarkan gadis itu.
"Nona Nada ada apa yang terjadi? Maaf tadi aku terlambat cepat datang kemari hingga semua terjadi kekacauan bahkan jatuh korban." ucap Yudha nampak menyesal melihat Nada masih menangis sesenggukan.
Hiks...Hiks ...Hiks..
Nada menengadahkan kepala melihat sahabat Satya berada dekat di hadapannya, Nada pun langsung menghambur pelukannya pada tubuh Yudha.
"Pak Yudha!" ucapnya, ia menangis sesenggukan hingga tidak bisa berkata apa-apa akan kejadian ini.
"Astaga Nada, Jangan seperti ini aku takut terlihat isteri ku" batin Yudha tersiksa namun kalut melihat Nada sedih sambil memegang bahu gadis itu untuk menenangkan.
🍃🍃🍃
Di lain tempat Satya berlari mengejar Bima yang masih terlihat. Keduanya sedang lari melewati gang-gang sempit.
Tak ...Tak ...Tak...
"Berhenti kau! Atau aku akan menembak mu ditempat!" teriak Satya.
Bima tidak menghiraukan, ia terus berlari untuk menyelamatkan diri.
Tak...Tak...Tak...
Satya tanpa berpikir panjang ia langsung melepaskan tembakan ke arah Bima, walaupun di gang jalanan umum terlihat masih sepi dari orang-orang yang lewat.
Dor...Dor..Dor..
Tembakan meleset mengenai jalanan dan tembok karena Bima menunduk sambil berlari.
Bima yang sedang lari, ia melihat ada beberapa tong sampah berderet di hadapannya. Sambil tersenyum menyeringai ia pun langsung menjatuhkan beberapa tong sampah tersebut untuk menghalangi lari Satya yang mengejar dirinya.
Dung...Dung..Dung....
"Sial!" geram Satya. Ia melihat tong sampah berjejer bergelinding di jalanan membuat ia sulit jalan karena tempat berada di gang sempit dan khawatir akan kehilangan jejak pria itu.
Bima yang telah melewati gang sempit dan panjang itu, ia melihat ada sebuah mobil jenasah di depan halaman rumah sakit kebetulan mobil tersebut pintu belakangnya terbuka. Ia tak butuh berpikir panjang lagi dan langsung lari saja menuju mobil tersebut untuk masuk ke dalam seakan-akan ia sendiri keluarga orang yang meninggal di dalam mobil jenasah itu.
Mobil pun jalan meninggalkan rumah sakit.
Bruuuuuuummm.....
Satya yang sudah berhasil melewati tong sampah besar dan keluar dari gang sempit. Ia tadi melihat sekelebat bayangan Bima yang berada di lobby rumah sakit. Satya langsung menuju masuk ke arah lobby Rumah sakit namun saat masuk nihil tidak ada Bima.
Satya melihat sekeliling area rumah sakit dengan mata menyorot tajam dan kedua tangan bertolak pada pinggang.
Sedangkan di dalam mobil jenasah, Bima melihat Satya yang sedang mencari dirinya dengan kebingungan di rumah sakit, ia pun langsung tersenyum menyeringai.
"Dasar bodoh..." gumam Bima datar, tak lupa ia memakai topi dan masker yang selalu ia bawa kemanapun berada untuk menutupi identitasnya sembari ia melihat kondisi sopir dan dan petugas perawat yang lain agar tak terlihat dirinya berada duduk di belakang.
Bima tahu, pasti ia akan menjadi buronan nanti dan baiknya ia akan kabur mencari tempat persembunyian yang aman.
Satya telah keluar dari lobby rumah sakit setelah ia mencari Bima di sekeliling dalam rumah sakit sampai ke ruangan pun ia sudah telusuri namun ia tidak mendapatkan.
"Bhuugh.... "
Satya memukul tembok pagar halaman rumah rumah sakit, ia turut menyesal pada saat itu ia tidak menembakkan langsung Bima.
Bhugh....Bhugh...
Satya memukul kembali tembok itu hingga banyak orang yang melihat Bima seperti orang gila karena pakaiannya Satya juga nampak lusuh dan ada sedikit bercak darah di baju akibat pertarungan sengit tadi. Namun Satya tak menghiraukan orang sekitar yang melihatnya dengan lemas, ia kembali jalan ke taman untuk bertemu dengan Nada.
Tak berselang lama para polisi yang lain atau bawahannya Satria datang untuk memberikan informasi pada komandannya.
"Lapor komandan, Mohon maaf kami kehilangan kekasih nona Nada yang bernama Bima Ksatria, tetapi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari pelaku penganiayaan itu dengan mencari bukti CCTV tempat tadi pelaku itu lari." ucap Polisi itu.
"Baiklah, kau teruskan kerjanya dan kabarkan bila berhasil menemukan" Jawab Satya datar dan kembali jalan namun ia berhenti jalan mengingat ada sesuatu yang belum ia infokan. Ia pun menoleh kebelakang memberikan informasi itu pada bawahannya.
"Aah sekali lagi, kau buat dia daftar orang di cari untuk disebar ke seluruh penjuru kota. Dan tutup semua akses jalan untuk dia baik perjalanan darat, laut maupun udara. Di khawatir kan ia pergi berpergian ke luar negeri." pinta Satya lagi.
"Baik komandan." ucap polisi itu. dengan hormat
"Hm..." sahut Satya.
Satya pun langsung jalan meninggalkan anak buah nya dengan jalan lemas tak semangat. Karena ia memikirkan telah gagal menangkap pelaku penganiayaan di hadapannya, di tambah luka perut di tusuk Bima masih sakit dan mengeluarkan darah.
Saat Satya telah sampai di taman, Nada melihat dari kejauhan Satya yang nampak lemas tak berdaya. Ia yakin pria itu telah gagal menangkap mantan kekasihnya itu.
"Pak Satya..."Panggil Nada yang masih berdiri setelah tadi melihat kepergian ambulance membawa Shinta ke rumah sakit. Sekarang ia melihat Satya jalan dengan menatap kosong nampak lemas tak berdaya.
Satya yang mendengar ia di panggil, ia pun melihat Nada berada di hadapannya dari kejauhan dan Satya pun langsung lari pelan menghambur pelukan pada tubuh Nada.
"Argghhhhh...." Nada tersentak kaget tiba-tiba Satya memeluknya.
"Maafkan aku, karena telah gagal." ucap Satya datar.
Nada menerima pelukan dari Satya dan memapahkan pria itu untuk duduk di kursi taman berada di dekatnya. Saat keduanya duduk, kemudian Nada mengusap pelan bahu Satya untuk menenangkan, ia pun juga sedang kalut dengan sahabatnya Shinta yang sedang kritis dan dirinya juga Satya.
"Sabar pak Satya..." jawab Nada lirih pelan namun menenangkan.
-
- Bersambung 🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Dewi Anggya
jd ngeriii sm si bima
2024-04-04
0
Tri Oktifatun
lanjuutt kak othor.. makin seru nih
2023-07-07
1
@haerani-d
ada tegang nya jadi deg-degan..
lanjut kak, semangat..
2023-07-07
1