Dianti mengusap bibirnya dengan tisu. Dia telah merampungkan sarapannya dan hendak meninggalkan meja makan. "Oma akan selalu senang jika kita terus melanjutkan tradisi keluarga. Sudah lama Oma menantikan momen ini. Hati Oma merasa bahagia melihat tidak ada kursi yang kosong," ucapnya dengan tersenyum sambil melirik Anggara. Setelah itu dia berdiri dan meninggalkan meja makan dengan perasaan bahagia.
"Aku tidak salah memilih menantu. Sepertinya Crystal memberi dampak positif untuk Anggara," batinnya lega. Dianti pun berharap hubungan cucunya kali ini langgeng, berjalan selamanya.
Crystal menyusul berdiri dan mendorong kursi roda Anggara. "Ssst. Kali ini kamu berada di bawah kendaliku, Mas. Tidak kuizinkan kamu protes," kata Crystal ketika Anggara akan bersuara.
"Kembali ke kamar!" perintah Anggara tanpa memedulikan kalimat Crystal.
"Kamu mau aku ci*m di sini, hm?" kata Crystal yang lagi-lagi serupa ancaman mematikan bagi Anggara yang membuat pria itu seketika bungkam. Crystal kemudian membawa Anggara hingga melewati pintu utama dan terus membawanya sampai taman yang berada di samping bangunan rumah.
Rahmat seketika terpaku dengan kedatangan majikan barunya yang membawa serta Anggara. Hingga gunting yang dipegangnya pun terjatuh ke tanah.
"Mat, Rahmat," teriak Crystal. Dia menyapa Rahmat yang melihat tanpa berkedip padanya.
"Eh, i-iya, Bu. Saya merapikan taman setelah tugas saya Ibu ambil alih, hehe." Rahmat menjelaskan padahal Crystal tak bertanya padanya apa yang sedang dia kerjakan. Rahmat sungguh takjub dengan pemandangan yang sedang terhampar di depannya kini. Majikannya yang sudah satu tahun tak pernah keluar kamar, mendadak berada di depannya dengan sang nyonya baru. Dia menebak, sepertinya Anggara sudah mulai meninggalkan masa lalu dan mulai merangkai masa depan yang indah bersama Crystal.
Crystal mengangguk sambil tersenyum. "Iya, bagus. Saya mengajak Bapak ke sini untuk berjemur," kata Crystal sambil menepuk ringan kedua pundak Anggara.
Rahmat pun mengangguk lantas berlalu, tak ingin menjadi obat nyamuk bagi kedua majikan yang dia pikir sedang diselimuti gejolak asmara tersebut. Maklum pengantin baru, pikirnya.
"Apa kamu tahu alasan kenapa aku membawamu ke sini, Mas?" Crystal memulai obrolan. Matanya memandang berbagai macam bunga yang terhampar tiga meter di depannya.
"Akting," sahut dingin Anggara dengan suaranya yang khas.
Crystal tersenyum mendengar jawaban Anggara. "Aku model, bukan aktris, Mas," timpal Crystal. Dia kemudian mengitari kursi roda Anggara lalu berjongkok di depan kaki Anggara.
"Tebakanmu salah, Mas. Coba tebak lagi," lanjut Crystal dengan senyumnya. Bulu matanya yang lentik berkedip indah, bola matanya yang jernih memandang sangat dalam pada manik hitam Anggara yang tajam dan misterius.
Anggara seketika memalingkan wajah setelah beberapa detik lamanya bertatapan dengan mata Crystal yang indah kecokelatan selaras dengan warna rambutnya yang cokelat bergelombang.
Crystal kemudian berdiri, dia lalu setengah membungkuk. Kedua telapak tangannya menangkup wajah Anggara yang garang lalu berkata dengan ekspresi lucu, "Supaya wajah kamu yang serius ini ditelan matahari. Lalu menggantinya dengan wajah yang selalu ceria."
Anggara membebaskan wajahnya dari tangan Crystal. "Berhenti bersikap kekanak-kanakan!" gertaknya.
"Kamu salting, ya, Mas." Crystal menggoda Anggara. Dia kembali membingkai wajah Anggara.
"Ciye. Kamu salting, Mas."
"Crystal!" bentak Anggara sambil mencoba melepaskan tangan Crystal dari rahangnya.
Crystal pun seketika membeku. Dia diam sesaat sampai akhirnya dia bersuara, "Kamu sebut nama aku, Mas?"
Crystal nyaris tak percaya dengan indra pendengarannya. Tak dipungkiri hatinya begitu senang ketika mendengar Anggara memanggilnya "Crystal". Sebelumnya dia merasa Anggara tak akan sudi memanggilnya dengan nama.
Crystal pun langsung memeluk Anggara, meletakkan kepalanya pada dada Anggara sambil berkata, "Aku tidak menyangka kamu panggil namaku, Mas. Aku sangat senang. Terima kasih."
Sementara Anggara kian merasa geram. Perempuan ini semakin menjadi, pikirnya. Dia kemudian segera mendorong kepala Crystal agar menjauh darinya, namun usahanya tampak sia-sia sebab Crystal memeluknya sangat erat.
Di belakang, tak jauh dari tempatnya berada, Alan sang asisten telah berdiri mematung dan melihatnya dengan mulut menganga. Dari tempatnya dia melihat Anggara sedang bermesraan dengan istrinya.
Anggara merasa seperti ada yang sedang mengintainya. Dia lalu menoleh ke belakang, dan benar saja, dia melihat Alan. Dia lalu melepaskan tangannya dari kepala Crystal.
"Ada masalah di perusahaan, Lan?" tanyanya pada Alan yang masih terlihat mematung.
"Ajaib," jawab Alan yang seketika membuat Anggara mengernyit.
"Ha?" Anggara menantikan maksud jawaban Alan.
Alan pun sadar dari keterpakuannya dan langsung berjalan ke arah si bos berada. "Pak, ada informasi penting. Pemerintah kota akan mengadakan jamuan spesial yang dikhususkan untuk pihak delegasi dari berbagai negara asing. Mereka menawarkan peluang kepada perusahaan yang bergerak di sektor industri sama seperti perusahaan kita untuk menunjukkan produk unggulannya. Ini peluang bagus untuk perusahaan dan saya yakin perusahaan kita dapat menggaet tender itu." Alan mulai mengatakan alasannya datang tiba-tiba ke kediaman bosnya itu.
Seperti diketahui khalayak ramai, keluarga besar Anggara memiliki bisnis keluarga, yaitu Pro Blue Sky Building. Perusahaan yang memproduksi minuman kemasan dengan beraneka cita rasa dari sari buah-buahan.
Crystal yang sudah berdiri tenang di belakang Anggara pun turut menyimak informasi Alan sambil memijit pelan pundak suaminya. Alan sesekali melirik aktivitasnya itu sambil menahan senyum sekuat tenaga.
Melihat Anggara tampak tenang oleh sentuhan Crystal, Alan bergumam dalam hati, "Benar-benar keajaiban."
Alan tak tahu jika saat ini Anggara tak menyadari pundaknya yang sedang dimanjakan oleh jemari lentik Crystal.
"Berapa delegasi yang hadir?" tanya Anggara menarik kembali perhatian Alan padanya yang saat sebelum itu asistennya tersebut asyik memperhatikan Crystal.
"Menurut data yang saya dapat jamuan itu akan dihadiri 20 orang dari 10 negara, masing-masing negara mengirim 2 delegasi."
Anggara terlihat berpikir sejenak lalu berkata, "Tepat. Ini peluang emas Pro Blue Sky mengepakkan sayapnya di kancah internasional."
Alan mengangguk setuju.
"Kapan tender itu diselenggarakan?" Anggara menatap Alan.
"Besok pagi pukul 09.00, Pak."
"Oke, kamu datang mewakili perusahaan kita. Usahakan kamu memenangkan tender itu." Anggara memandang serius wajah asistennya yang dibalas anggukan patuh Alan.
"Kenapa tidak datang sendiri, Mas?" tanya Crystal tiba-tiba. "Aku bersedia ikut denganmu."
Alan terlihat menunduk dan tak dapat menahan senyumnya sebab perkataan Crystal.
"Acara itu bukan ajang pamer istri," ketus Anggara.
"Apa mungkin Pak Anggara menjaga wibawanya di depanku, makanya sekarang berpura-pura bersikap dingin pada istrinya," batin Alan bertanya-tanya.
"Ah, mungkin. Beberapa menit lalu jelas mereka terlihat mesra," batinnya lagi. Alan menyangkal fakta yang terhampar di depannya itu, apalagi setelah menyadari sekarang Anggara dan Crystal memakai pakaian couple. Menyadari itu, Alan kian tak dapat menyembunyikan senyumnya.
"Jika tidak ada hal yang dibicarakan lagi, kamu boleh pergi." Anggara tak ingin Alan mendengar hal macam-macam lagi dari mulut istrinya yang dia rasakan semakin menyebalkan.
Alan mengangguk. "Baik, Pak. Saya undur diri."
"Masuk." Kini Anggara mendongak, mempertemukan pandangannya pada Crystal dengan tatapan tajam seperti biasanya.
Crystal melihat jam di pergelangan tangannya, lalu mengangguk dan menyahut, "Oke, sudah hampir 20 menit kita berjemur. Lets go."
Jantung Anggara berdegup sangat kencang. Bagaimana tidak? Saat ini Crystal mendorong kursi roda yang dia duduki itu dengan kencang. Terlihat mengasyikkan layaknya anak kecil yang kegirangan karena dibelikan mainan.
"Perempuan aneh," rutuk Anggara dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Fitriyana Restu fadila
Aku pen ketawa, serasa naik rolling coaster ya, Pak Presdir 🤣🤣🤣
2023-06-11
0