"Katakan! Katakan apa rencanamu!" Anggara melepaskan leher Crystal dengan kasar.
Crystal langsung bangkit dan memegang lehernya yang sangat sakit dia rasakan. Dia pun mencoba menetralkan deru napasnya yang tak beraturan. Baru saja terbebas dari cekikan maut, Anggara kembali memberinya rasa sakit. Rambutnya yang indah kecokelatan ditarik kasar oleh Anggara sehingga dia nyaris terjungkal ke belakang.
Sambil meringis merasakan betapa cengkeraman itu menyakitkan, Crystal merintih, "Aku akan mengadukanmu pada Oma."
Mendengar itu, Anggara semakin memperkuat cengkeramannya. "Oh, merasa punya pelindung kamu, hmm."
Seakan tak ingin penderitaan Crystal segera berakhir, Anggara melayangkan tamparan pada pipi Crystal. "Tidak akan kubiarkan kamu memanfaatkan keluargaku dan mengambil keuntungan dari mereka, Sial*n!"
Crystal menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan keras dari suami yang seharusnya memberinya sentuhan lembut pada pipi itu. "Aku tidak tahu organ tubuhmu bagian mana yang tidak beres," ucapnya sambil menyentuh beberapa bagian tubuh Anggara dengan gestur seolah mencari sesuatu. "Kamu normal, 'kan?"
Anggara menyorot tajam sikap Crystal tersebut. "Lelucon apa yang sedang dia mainkan sekarang?" batinnya.
"Baru kali ini aku menemukan fenomena luar biasa," lanjut Crystal sembari tetap mengamati beberapa bagian tubuh Anggara. Pada saat ini dia melihat Anggara mengernyit padanya.
"Pria normal tidak akan mungkin menolak tipe perempuan sepertiku ini. Apa yang salah denganmu?"
Sambil terus mengamati Anggara, Crystal membatin, "Kurasa kecelakaan itu bukan cuma melumpuhkan kakinya, sepertinya otaknya pun ikutan lumpuh."
"Poor man," lirihnya kemudian.
Dengan sorot matanya yang tajam, Anggara membiarkan Crystal mengatakan apa pun tentang dirinya. Dia ingin mendengar bualan macam apa yang perempuan itu luncurkan.
Crystal sekarang meletakkan telunjuknya di samping mata, tampak seperti orang berpikir. "Oh, Jangan bilang jika kamu tidak doyan perempuan," tuduhnya dengan mimik curiga.
"Omong kosong," batin Anggara.
Melihat Anggara yang tak merespons dalam bentuk apa pun tuduhannya, Crystal pun turun dari ranjang, meninggalkan ranjang itu beberapa langkah ke depan. "Beberapa brand pakaian terkenal bersaing mendapatkanku sebagai BA-nya. Menurut penilaian mereka, tubuhku sangat indah proporsional," ungkapnya sambil memutar badan dengan raut muka yang menggambarkan betapa bangga dia dengan tubuhnya.
Tak ada respons berarti dari Anggara selain sorot mata pria itu yang tetap seperti biasanya, tajam dan menyimpan misteri. Beberapa langkah dari tempatnya berada, di sana Crystal melanjutkan aksinya.
"Aku tidak bisa menghitung berapa banyak brand produk bodycare yang memintaku menjadi BA mereka. Yah, karena banyaknya." Crystal menyuguhkan senyuman mematikan. Kemudian dia menyentuh tali lingerie yang membalut tubuhnya.
"Mereka berebut merekrutku karena kulit ini, Pak Presdir," lanjut Crystal sambil menarik tali lingerie sehingga busana tipis itu lolos dari tubuhnya.
Saat ini Anggara dapat melihat tiap detail tubuh Crystal. Kulitnya yang tampak putih seputih kapas dan tanpa noda. Dia mengamati tiap komposisi komplit tubuh itu. Dia lalu mempertemukan pandangannya dengan Crystal yang tampak tersenyum menggoda padanya. "Kemarilah," pinta Anggara dengan menggerakkan telunjuknya supaya Crystal datang padanya.
Mengikuti instruksi Anggara, Crystal datang ke arahnya, dan kini sudah berada tepat di hadapannya. Anggara dan Crystal saling memandang untuk beberapa detik lamanya.
Beberapa detik berlalu, kini tangan Anggara membelai wajah Crystal, menyusuri tiap incinya lalu meraup kelopak mawar yang bertaburan di antara mereka. "Aku melihatmu seperti kelopak mawar ini," katanya sambil memperlihatkan segenggam kelopak mawar merah.
Crystal tersenyum. Anggara kembali membuka mulutnya. "Indah, ranum, dan menggairahkan," lanjut Anggara dengan menarik sudut bibir, membuat Crystal kian mengekspos senyumnya, namun pada detik selanjutnya senyum itu pudar bertepatan ketika wajahnya dihujani kelopak mawar dengan kasar.
"Tapi sedikit pun aku tidak tertarik!" sentak Anggara seraya menyemburkan kelopak itu pada wajah Crystal. Dia lalu menjepit dagu Crystal dengan telunjuk dan ibu jarinya. Dia pun berkata dengan tajam, "Satu lagi. Dekorasi! Hanya pajangan!"
"Mas Angga--" Crystal tak menuntaskan kalimatnya sebab pintu kamar ada yang mengetuk. Dia pun cepat-cepat memakai kembali lingerie yang tadi dia campakkan di lantai, lalu memakai serta melapisinya dengan selimut tebal. Dia lantas bergerak membuka pintu.
Di balik pintu yang terbuka, Crystal melihat seorang pria muda berdiri lalu berkata, "Waktunya Bapak dibersihkan, Bu."
Crystal mengernyit. "Dibersihkan?" ulangnya.
"Maksud saya waktunya Bapak mandi, Bu," jelas pemuda berbaju biru tersebut. "Saya yang biasanya memandikan Bapak. Saya Rahmat."
Crystal tampak manggut-manggut lalu tiba-tiba tercetus sesuatu di benaknya. "Eh, biar saya saja yang memandikan Bapak. Mulai sekarang tugas itu sudah menjadi bagian saya, kamu minta tugas yang lain, ya," kata Crystal.
Dalam waktu sepersekian detik Rahmat tampak bingung, dia tampak berpikir sejenak. Hal yang menjadi pertimbangannya adalah dia di rumah itu dipekerjakan untuk merawat Anggara. Namun, akhirnya dia mengangguk. "Baik, Bu."
Di tempatnya berada Anggara dapat mendengar percakapan tersebut. Sorot matanya semakin tajam dan raut mukanya tampak dingin ketika melihat Crystal berbalik dan berjalan ke arahnya.
Crystal kini mendapat masalah. Dia tidak tahu menahu bagaimana cara memandikan orang lumpuh. Dia pun bingung memulai dari mana untuk membuka obrolan dengan Anggara setelah insiden beberapa menit lalu. Hingga akhirnya dia berinisiatif bertanya, "Mas, aku akan membantumu bersih-bersih. Kamu mau pakai air biasa atau air hangat?"
Suara Crystal terdengar lembut. Dia berbicara sambil menyentuh pundak Anggara seolah sebelumnya tak terjadi apa-apa di antara mereka.
Anggara menghempas tangan Crystal. "Aku tidak membutuhkanmu dan jangan sentuh tubuhku seinci pun!"
Keras kepala, munafik, dan penuh trik, demikian penilaian Anggara pada Crystal. Dia tak sekalipun tersentuh dengan sikap Crystal. Sebaliknya, di benaknya justru bertaburan stigma ataupun prasangka negatif mengenai perempuan cantik itu.
Perempuan yang dia cintai meninggalkannya ketika lumpuh, sementara Crystal? Perempuan muda tanpa kekurangan fisik dan mempunyai paras yang diidam-idamkan kaum adam datang kepadanya dan rela menikah dengan pria lumpuh sepertinya. Itulah yang membuat Anggara memandang Crystal penuh kecurigaan.
Crystal mengembuskan napas berat. "Mas, kamu membenciku, menolakku, dan menyiksaku, itu terserahmu karena kamu yang menanggung dosanya. Tapi jika kamu menghalangiku menjalankan tugasku sebagai istrimu, aku tidak akan menyerah," ucap Crystal serius sambil menatap mata Anggara. Crystal kemudian beranjak ke kamar mandi. Meninggalkan Anggara yang masih tak mengubah pandangan padanya.
Tak lama setelah itu Crystal kembali pada Anggara dengan membawa satu baskom air hangat dan selembar kain untuk membersihkan tubuh Anggara.
"Berani kamu menyentuhku, kupatahkan tanganmu!" Anggara mengancam Crystal yang sedang mengulurkan tangan untuk membuka kancing piamanya.
"Aku tidak peduli." Crystal terlihat acuh tak acuh dengan ultimatum Anggara. Dia sudah hampir melepaskan satu kancing, namun Anggara menghempas tangannya lagi. "Mas! Sudah kukatakan aku tidak akan membiarkanmu menghalangi tugasku!"
Crystal langsung duduk di atas pangkuan Anggara. "Jika kamu terus menolak, aku akan berteriak biar menarik perhatian orang-orang. Kamu tidak mau, 'kan, Oma dan yang lainnya mengira kita sedang ehem," ancam Crystal sambil mengedipkan satu matanya.
"Atau kamu memang sengaja ingin mereka mendengar kita seolah sedang--"
"Cepat lakukan tugasmu!"
Crystal tersenyum mendapati Anggara yang kini menyerah.
"Memangnya hanya dia yang bisa mengancam," batin Crystal.
Anggara tersenyum masam. "Dasar rubah ramping," batinnya.
Melihat Anggara tak melakukan perlawanan ketika dia membuka satu per satu buah baju, Crystal tak dapat menyembunyikan senyum kemenangan. "Singaku yang jinak," celetuknya, dan Anggara menanggapi itu dengan membuang muka, merasa tak berdaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Anisyah S
rubah betina 😭
2023-06-11
1