Episode 16 ( Penangkapan )

Karl mengambil salah satu pisau dan......

...----------------...

Pisau itu menusuk tepat disamping Arthur. Arthur yang tidak merasakan sakit memberanikan diri membuka matanya, ia melihat pisau tersebut menancap tepat disampingnya sedangkan Caroline yang

dari tadi menahan napasnya dapat menghembuskannya kembali.

Karl menarik pisau itu kembali sambil diarahkan ke leher Arthur “ Bila kamu memberontak, pisau ini akan menancap tepat disini ” serunya, sambil menekan ujung pisau pada leher Arthur, dia bisa merasakan dingin dari ujung pisau tersebut.

“ Dan kau ” tunjuk Karl pada Caroline “ akan aku buat pendengaran mu rusak hingga kau mati jika berani memberontak ” lanjutnya

Caroline dan Arthur mengangguk patuh, mereka tidak ingin mati sia-sia ditangan Karl. Setelah mengancam mereka Karl keluar dari ruangan tersebut.

“ Arthur apa kamu punya ide ? ” tanya Caroline berharap

Arthur memandangi Caroline lemas dan menggelengkan kepalanya “ Tidak ada harapan, lebih baik kita menunggu ajal

datang ” serunya pasrah

Caroline memandang kearah Arthur dengan perasaan jengah, pria disampingnya ini terlalu pasrah kepada hidupnya, ia bahkan tidak mau repot-repot hanya sekedar berharap ada orang yang akan menolongnya.

“ Aku yakin Masha dan yang lainnya akan datang menemukan kita ” ujar Caroline berusaha menguatkan Arthur

“ Yah mereka akan menemukan. Menemukan mayat kita ” seru Arthur

Caroline benar-benar tidak habis pikir, mengapa pria ini sangat pesimis ? apa salahnya mengharapkan orang lain menemukan mereka. Lagipula Caroline yakin Masha dan teman-temannya sedang mencari keberadaan dirinya sekarang.

“ Ayolah Arthur kamu harus yakin bahwa kita tidak akan berakhir disini ”

“ Hanya dengan kematian yang bisa menebus semua kesalahanku kepada Karl ”

ujar Arthur datar

Perkataan Arthur membuat Caroline cukup sedih, jadi alasan pria ini terlalu pasrah dengan hidupnya karena Karl-Karl itu. Wanita itu memilih diam, menghabiskan waktu siangnya dengan melamun.

...****************...

“ Kamu sudah mencoba menelpon Caroline ?”

“ Sudah tapi tidak diangkat ” balas Masha cemas “ aku takut dia berjalan menuju hutan dan terjatuh, itu sebabnya ia tidak mengangkat ponselnya ” lanjut Masha

“ Ayo kita kehutan sebentar mencari Caroline sebelum hari mendekati malam ” saran Edgar

“ Yah, siapa tau kita juga bisa menemukan Arthur ” ujar Tio setuju

Ketiganya berjalan menyusuri area hutan, sesekali Tio mengikat kain diantara dahan pohon yang mereka lewati, alasan Tio sih agar mereka tidak tersesat.

Mereka jalan terus melewati batu-batuan dan jalanan yang terjal sambil meneriaki nama Arthur dan Caroline.

“ Hei ini ponsel milik Caroline ” teriak Masha

Edgar dan Tio yang mendengar teriakan Masha mencoba mendekat kearah wanita itu.

Ikut melihat ponsel yang Masha pegang.

“ Iya ini memegang ponsel milik Caroline ” seru Edgar mengambil alih ponsel tersebut

Masha mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menatap tempat jatuhnya ponsel itu. Jika dilihat lebih teliti terdapat jejak ban mobil disekitarnya.

“ Apakah Caroline jatuh ke sungai dibawah sana ” tunjuk Edgar, ia melepaskan pakaian atasnya dan siap-siap untuk terjun bebas kebawah.

Untung saja Masha dengan cepat menahan tindakan Edgar, ia menunjukkan jejak ban pada Edgar yang berarti kemungkinan besar Caroline telah diculik bukan hanyut disungai.

Mendengar perkataan Masha membuat Edgar tersenyum kikuk, ia terlalu cemas dengan Caroline dan tidak memperhatikan sekitar.

“ Kita ikuti jejak mobil itu sebelum menghilang ” seru Masha

Mereka kemudian berjalan kembali sambil mengikuti jejak mobil.

Hari semakin malam, terdengar suara burung hantu dan lolongan Serigala saling bersahutan Namun semua itu tidak membuat ketiganya takut hingga memilih mundur.

Mereka sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Masha sebagai petunjuk jalan, Tio yang bertugas memasang tanda dan Edgar yang menjaga mereka dari belakang dengan pistol yang ia bawa.

“ Hah ”

Masha yang tiba-tiba berhenti membuat Tio menabraknya begitu juga dengan Edgar yang ikut menabrak Tio.

“ Ada apa, Cepatlah jalan sayang ini sudah malam ” ujar Tio agak berbisik

“ Didepan sana ada sebuah gubuk ” jelas Masha menunjuk kearah depan

Kedua pria tersebut ikut memandangi arah jari Masha, mereka menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tio dengan ekspresi waspada sedangkan Edgar dengan ekspresi kagum.

“ Plak...Kenapa ekspresi mu kagum begitu? ” tanya Tio sambil memukul kepala Edgar

“ Jangan memukul kepalaku nanti aku bodoh sepertimu ” ejek Edgar “ Lagipula aku kagum karena Mika selalu saja membangun gubuk ditengah-tengah tempat terpencil, kemarin di ladang sekarang di hutan. Bukankah itu cukup mengagumkan? ” tanya Edgar

“ Bahkan kamu sudah bodoh sebelum kepalamu aku pukul. Orang gila mana yang merasa kagum dengan hal seperti itu ”

“ Oh sekarang kamu balas mengatakan aku gila yah ”

Mereka terus saja ribut seperti anak kecil yang sedang berebutan mainan, dari tadi Masha terus saja berusaha menghentikan perdebatan keduanya tapi sama sekali tidak dipedulikan.

“ Sudahlah, aku akan pergi memeriksa sendiri kedalam ” kata Masha meninggalkan kedua pria dewasa yang masih saja berdebat

Masha berjalan mengendap-endap namun ia lupa penciuman serigala sangat tajam, dari arah belakang seekor Serigala putih melompat kearahnya menyebabkan Masha jatuh ketanah

“ **** ” serunya marah dan menendang Serigala tersebut hingga terdorong beberapa langkah

Masha menurunkan sepatu boot yang ia kenakan lalu mengambil pisau yang telah ia ikat didalamnya.

“ Maju ” tantang Masha dengan pisau yang sudah berada ditangan kanannya

Serigala putih tersebut melolong dengan panjang sebelum melompat kembali kearahnya, Masha yang sekarang sudah siap dengan mudah dapat menghindari serangan Serigala tersebut.

Memutar pisaunya sebentar, dengan cekatan ia menebaskan ujung pisaunya tepat di badan Serigala tersebut. Lambat laun warna bulu yang putih itu berubah menjadi merah darah.

“ Argh Auk ” jeritnya kesakitan, tidak lama setelah itu terlihat Serigala tersebut marah besar. Ia sampai menggertakkan giginya dengan kecepatan tinggi, ia berhasil mencakar bahu kanan Masha. Rasa sakit pada lengannya menyebabkan pisau yang tengah dipegang jatuh ketanah.

Masha memegangi lengannya yang terus mengeluarkan darah, ia duduk dengan perlahan mencoba menggapai pisau dibawahnya.

Tapi ada sebuah kaki yang menendang pisau tersebut menjauh, melihat itu Masha menggigit bibir bawahnya. Kepalanya mulai mendongak melihat siapa pelaku yang berani menendang pisaunya.

Mata keduanya bertemu, Masha sempat dibuat terpesona dengan bola mata yang berwarna biru laut itu. Mencoba menghilangkan rasa kagumnya, ia memilih bangun dengan perlahan.

“ Nona ayo ikut aku masuk kedalam, lukamu sepertinya parah ” tawar pria dengan rambut putih tersebut

“ Hahaha kamu pikir aku percaya padamu ” balas Masha dengan pandangan mengarah ke pisau miliknya

Pria rambut putih itu mulai membalikkan badannya, melihat itu Masha dengan cepat lari kearah belakang dan ingin menggapai pisaunya.

“ Argh ” teriak Masha saat tangan kirinya diinjak.

“ Aku sudah mengajakmu dengan cara baik-baik tapi kamu malah ingin menusukku ” marahnya sambil terus menginjak tangan Masha

“ Uhh.... lepaskan kakimu, aku sama sekali tidak ada niat menyerang mu ”

Pria itu sama sekali tidak perduli dengan rintihan Masha, tanpa belas kasihan ia mengambil kayu disampingnya dan memukul keras kearah kening Masha. Membuat wanita itu pingsan seketika dengan darah yang mengucur deras dari keningnya.

Tanpa perasaan Karl menggendong Masha, masuk kedalam gubuk tersebut dengan kasar, membiarkan darah keluar dengan deras dari lengan dan keningnya.

...****************...

“ Dimana Masha ? ini semua karena mu Masha jadi menghilang ” tuduh Tio

“ Apa kamu duluan yang mengajak ribut ” balas Edgar tidak terima

Keduanya kembali berdebat hingga tidak menyadari Karl berada dibelakang mereka.

Bukk..

Bukk....

Karl langsung memukul kepala keduanya menggunakan kayu hingga mereka pingsan, lalu ia memanggil salah satu bawahannya untuk membantu membawa kedua mangsanya masuk.

Tio dan Edgar yang tengah pingsan pun diseret masuk kedalam gubuk.

“ Ini bagus aku menangkap semua orang yang telah berani menghancurkan rencana ku. Oh hampir saja aku lupa, aku belum menangkap William ” gumam Karl

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!