Malam ini Revia sedang mengerjakan pekerjaannya di ruang kerjanya. Tiba tiba Arvian datang menghampirinya.
" Mom, ajari Arvi perkalian sama seni budaya. Arvi tidak paham soal perkalian ganda Mom." Ujar Arvian.
" Arvi please jangan ganggu Mommy dulu! Mommy sedang meneliti berkas untuk rapat besok pagi sayang. Nanti kalau sudah selesai, akan Mommy ajari." Ujar Revia fokus pada laptopnya.
Arvian menghela nafasnya, selalu saja seperti ini.
" Andai saja Arvi punya ayah, pasti Mommy tidak akan sesibuk ini." Gumam Arvian lesu.
Revia merasa bersalah setelah mendengar ucapan Arvian. Ia beranjak lalu mendekati Arvian.
" Sayang maafkan Mommy ya, Mommy tidak bisa menjadi mommy yang baik untukmu. Walaupun selama ini Mommy selalu berusaha menjadi ayah dan ibu yang terbaik untukmu namun pada akhirnya Mommy gagal sayang. Maafkan Mommy!" Ucap Revia mencium pipi Arvian.
" Kalau begitu lebih baik Mommy menikah lagi, dengan begitu Mommy tidak perlu capek capek cari uang. Mommy hanya mengurus Arvi dan papa saja di rumah." Ucap Arvian.
" Sayang Mommy tidak berpikir ke arah situ dulu, Mommy tidak mau merasa kehilangan lagi. Mommy harap kamu bisa memahami Mommy sayang." Ucap Revia memeluk Arvian.
" Tapi umur setiap orang berbeda beda Mom, tidak mungkin umur orang yang akan menjadi papa Arvi sama dengan umur papa kandung Arvi Mom. Jika Mommy ikhlas menerima kepergian papa, pasti Mommy tidak akan takut kehilangan lagi. Kata pak guru, dengan ikhlas kita bisa menghadapi semua kesulitan dengan mudah." Ujar Arvian.
Ya... Revia memberitahu Arvian jika ayahnya sudah tiada agar Arvian tidak lagi menanyakan identitas ayah kandungnya yang entah pergi kemana. Revia terlalu malas untuk membahasnya.
" Kau benar sayang, mommy sudah ikhlas menerima kepergian papamu tapi mommy masih takut untuk menjalin hubungan baru. Mommy terlalu takut di tinggalkan lagi." Batin Revia.
" Mommy apa boleh Arvi mengatakan sesuatu?" Tanya Arvian menatap Revia.
" Tentu sayang, apapun untukmu." Sahut Revia.
" Arvi ingin pak guru yang menjadi papa Arvi."
Deg....
Jantung Revia berdetak dengan kencang.
" Pak guru baik Mommy, dia sangat menyayangi Arvi di banding dengan murid lainnya, dia juga sangat tampan. Kalau Arvi lihat lihat, pak guru sangat cocok dengan Mommy." Ujar Arvian.
" Stt.... Jangan katakan ini pada orang lain sayang, atau mereka akan menghujat Mommy. Sekarang belajarlah sendiri dulu! Mommy akan menyelesaikan pekerjaan Mommy dulu." Ucap Revia.
" Apa Arvi boleh menelepon pak guru Mom? Arvi mau meminta pak guru untuk mengajari Arvi." Ujar Arvi.
Revia nampak berpikir.
" Baiklah Mommy tanya pak guru dulu ya, barang kali pak guru juga sibuk seperti Mommy." Ujar Revia.
" Baik Mom." Sahut Arvian.
Revia mengambil ponsel di atas meja , ia segera mengirimkan pesan kepada Zayn.
Di lain tempat saat ini Zayn sedang duduk bersandar pada headboard. Pikirannya melayang entah kemana, bayangan senyuman Revia terus terngiang di dalam pikirannya.
" Shh.. Kenapa aku malah kepikiran sama mommynya Arvi sih. Ya Tuhan... Hilangkan pikiranku tentangnya. Aku tidak boleh memikirkan dia. Sadarlah Zayn siapa kamu dan siapa dia. Kami sangat jauh berbeda, dia bagaikan bulan di atas langit sedangkan aku bagaikan bumi yang tidak akan pernah bisa sejajar dengannya." Monolog Zayn.
Ting...
Ponsel Zayn berdenting tanda pesan masuk. Ia segera membukanya, senyuman mengembang di sudut bibir Zayn saat melihat kontak Revia.
Maaf pak, Arvi mau telepon. Apakah bapak ada waktu?
Zayn segera mengetikkan balasan kepada Revia.
Tentu Bu
Tak lama ponselnya bergetar tanda panggilan video masuk dari Revia, ia segera menerimanya. Nampak wajah cantik Revia di depan kamera. Zayn tersenyum ke arahnya.
" Selamat malam Pak, maaf mengganggu waktu Bapak." Ucap Revia di sebrang sana.
" Tidak apa apa Bu, kebetulan saya lagi senggang. Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya Zayn.
" Arvi mengalami kesulitan dalam belajar Pak, dan seperti biasa saya sedang sibuk dan tidak bisa membantu belajarnya. Bisakah Bapak membantunya?" Revia bertanya lagi.
" Tentu saja bisa Bu." Sahut Zayn.
" Terima kasih Pak." Ucap Revia.
" Sayang ini pak guru mau mengajari kamu, cepat selesaikan pekerjaan rumahmu lalu pergi tidur. Mommy akan menyusul setelah pekerjaan Mommy selesai." Ucap Revia memberikan ponselnya pada Arvian.
" Oke Mom." Sahut Arvian keluar dari ruang kerja Revia.
Arvian masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di meja belajarnya lalu meletakkan ponselnya di depannya.
" Materi apa yang membuatmu kesusahan Arvi?" Tanya Zayn.
" Perkalian ganda pak guru." Sahut Arvian.
" Baiklah,Pak guru akan menjelaskannya. Simak dengan baik ya." Ujar Zayn.
Arvian nampak mendengarkan penjelasan dari Zayn.
Satu jam kemudian, Revia masuk ke dalam kamarnya. Ia menggelengkan kepalanya saat melihat Arvian tertidur sambil duduk di meja belajarnya. Ia mendekati Arvian lalu menatap ponsel yang masih menyala. Ternyata panggilan video sedang berlangsung.
" Maaf Pak, Arvi malah tertidur. Dia benar benar merepotkan Bapak." Ucap Revia.
" Tidak apa apa Bu, silahkan di pindahkan dulu Arvi ke ranjang. Takutnya nanti badannya malah pegel pegel semua." Ujar Zayn.
"Iya Pak, jangan di tutup dulu ada yang ingin saya sampaikan pada Bapak." Ujar Revia.
" Baik Bu, saya akan menunggu." Sahut Zayn.
Revia menggendong Arvian menuju ranjangnya. Ia merebahkan Arvian di atas ranjang lalu menyelimutinya sebatas dada. Tak lupa ia mencium kening putranya.
Revia duduk di meja belajar Arvian meneruskan panggilan videonya kepada Zayn.
" Begini Pak, kalau saya meminta Bapak untuk menjadi guru les privat Arvi gimana? Apa Bapak punya waktu? Berapapun bayarannya saya siap untuk membayarnya." Ujar Revia menatap Zayn melalui kamera ponselnya.
Zayn tersenyum lebar, hatinya merasa berbunga mendengar ucapan Revia. Jangankan di bayar, suka suka saja pasti Zayn akan melakukannya, pikir Zayn.
" Bagaimana Pak?" Tanya Revia saat melihat Zayn hanya diam saja.
" Iya boleh, mau setiap hari atau seminggu sekali, atau bagaimana?" Tanya Zayn.
" Seminggu tiga kali Pak, setiap hari senin, rabu dan sabtu. Soalnya biasanya di hari hari itu saya sedang sibuk sibuknya." Ucap Revia.
" Hari Sabtu juga sibuk Bu?" Tanya Zayn.
" Iya Pak, karena biasanya di hari Sabtu saya melakukan sweeping bersama karyawan saya." Sahut Revia.
" Pantas saja tidak ada waktu untuk anaknya, ternyata pekerjaannya sangat menyita waktunya." Batin Zayn.
" Baiklah Bu saya bisa." Sahut Zayn.
" Bapak tinggal datang ke rumah aja, sekitar jam empat sore nanti sampai sebelum maghrib ya Pak." Ujar Revia.
" Baik Bu, kebetulan juga rumah saya tidak terlalu jauh dari rumah Ibu. Mau mulai kapan lesnya?" Tanya Zayn memastikan.
" Besok juga nggak apa apa Pak." Sahut Revia.
" Baiklah kalau begitu, besok jam empat sore saya akan ke sana." Sahut Zayn.
" Terima kasih atas bantuannya Pak, saya sengaja memilih Bapak sebagai guru les Arvi karena Arvi tidak nyaman bersama orang lain. Sekali lagi maaf merepotkan dan terima kasih." Ucap Revia.
" Sama sama Bu, selamat malam." Ucap Zayn.
" Malam." Sahut Revia mematikan sambungan teleponnya.
" Ternyata alam menginginkan kita dekat, di saat aku ingin menjauh justru alam mendekatkan kita berdua. Semoga ini jalan Tuhan menyatukan kita." Batin Zayn tersenyum senang.
TBC....
Jodoh nggak nih kira kira ya? Jangan lupa tekan like, koment vote dan hadiahnya biar author makin semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Jatmiko Ipunk
jodoh donk thor
2023-06-16
2