TERJERAT CINTA WALI MURIDKU
Maaf Pak hari ini anak anak pulang jam berapa ya? Apa ada pelajaran tambahan atau tidak?
Itulah yang Revia ketikkan kepada wali kelas putranya yang bernama Zayn Saputra.
" Chat pak Zayn lagi?" Tanya Sonia sahabat sekaligus sekretaris Revia.
" Hmm." Gumam Revia.
" Kamu itu terlalu sibuk memimpin perusahaan ini, sampai sampai jadwal sekolah anak kamu sendiri saja kamu tidak tahu Re." Ujar Sonia duduk di sofa yang ada di ruangan Revia.
" Maklumlah San, aku single parent yang harus melakukan apa apa sendiri. Memikirkan pekerjaan saja sudah pusing, di tambah lagi mengurus Arvian. Kadang aku lupa jadwal kesehariannya karena terlalu banyak hal yang harus aku ingat." Sahut Revia.
" Makanya menikah Re. Biar ada yang membantu kamu memimpin perusahaan ini." Ujar Sonia.
" Nggak kepikiran ke sana San, kalau aku bisa sendiri ngapain aku punya pasangan. Lagian semua laki laki sama saja, sama sama kurang bersyukur dan sama sama tidak bisa mencintai satu wanita." Sahut Revia.
Revia Anggara seorang janda muda berusia dua puluh lima tahun yang di tinggalkan sang suami karena tergoda dengan wanita lain di saat perusahaannya di ambang kebangkrutan. Hal itu membuat Revia trauma dengan yang namanya pernikahan. Beruntung Revia bisa memulihkan kondisi perusahaannya hingga kini perusahaannya menjadi perusahaan terbesar nomer satu di negara ini.
Banyak pria yang ingin menjadikan Revia sebagai istrinya, namun Revia selalu menolaknya karena ia merasa tidak membutuhkan yang namanya sosok suami.
Revia membesarkan Arvian sang putra tercinta sendirian, tanpa adanya bantuan dari seorang babby sister sekalipun. Ia menjadi wanita tangguh selama hampir tujuh tahun ini dengan menjadi seorang mahasiswa dan ibu sekaligus saat itu hingga ia berhasil mendapat gelar S2nya. Ia meluapkan semua kasih sayangnya kepada sang putra tercinta hingga Arvian tumbuh menjadi anak yang cerdas.
" Re." Sonia mengguncang bahu Revia membuat Revia sadar dari lamunannya.
" Maaf jika ucapanku membuatmu sedih begini." Ucap Sonia merasa bersalah.
"Its ok. Tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Aku baik baik saja." Sahut Revia.
" Ya sudah cepat selesaikan pekerjaannya, aku harus segera menjemput Arvi." Sambung Revia.
Ting...
Ponsel Revia berdenting tanda pesan masuk. Ia segera membukanya karena itu pesan dari Zayn.
Anak anak pulang jam sepuluh Bu
Revia menatap jam yang ada di layar ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh menit. Itu artinya kepulangan putranya dua puluh menit lagi.
Baik Pak terima kasih
Revia mengetikkan balasan untuk Zayn. Tak lama ia mendapatkan balasan dari Zayn.
Sama sama
Revia segera melanjutkan pekerjaannya.
Jam sepuluh kurang lima menit, Revia keluar dari kantornya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju sekolah Arvian yang lumayan jauh dari sana.
Sampai di sekolah, Arvian nampak duduk di pos satpam menunggunya bersama wali kelasnya. Revia segera turun dari mobil menghampiri mereka berdua.
" Pagi menjelang siang Pak." Sapa Revia menatap Zayn. Pria tampan berusia dua puluh delapan tahun namun belum ada niatan untuk menikah.
" Siang Bu." Sahut Zayn menatap Revia dengan jantung yang berdebar debar.
" Ayo sayang kita pulang!" Ajak Revia.
" Mom Arvi mau jalan jalan ke mall, tapi Arvi ingin mengajak pak guru." Ucap Arvian.
Revia menatap Zayn begitupun sebaliknya.
" I'm sorry sayang, Mommy tidak bisa. Hari ini jadwal Mommy padat sekali. Lain kali saja ya kita jalan sama aunti Sonia." Ujar Revia.
" Tidak mau, Arvi maunya sekarang Mom." Rengek Arvian seperti anak kecil pada umumnya.
Bukan tanpa alasan Revia menolaknya, ia tidak nyaman jika harus berjalan bersama Zayn yang notabene nya bukan siapa siapa.
" Sayang, pak guru juga nampak sibuk. Mungkin pak guru tidak bisa ikut dengan kita, bukan begitu pak guru?" Tanya Revia menatap Zayn.
" Iya Arvi, pak guru ada...
" Pak guru bohong, tadi bilangnya tidak sibuk. Pak guru jadwalnya pulang kan jam segini. Arvi ingin sekali kali jalan sama pak guru dan mommy." Sahut Arvi.
" Mau ya Mom? Please Arvi mohon!" Arvian menarik narik tangan Revia sambil menampilkan wajah puppy eyesnya. Kalau sudah seperti ini, Revia tidak bisa menolaknya.
Revia menghela nafasnya dalam dalam.
" Baiklah kita jalan." Sahut Revia.
" Tapi tanyakan dulu sama pak guru, apa pak guru bisa ikut atau tidak." Sambung Revia.
" Pak guru bisa ikut kan? Arvi mohon, please!" Arvian menatap Zayn.
" Kalau mommymu tidak keberatan, Pak guru akan menemani kalian." Sahut Zayn.
" Gimana Mom?" Tanya Arvi menatap Revia dengan memelas.
" Baiklah ikut saja." Sahut Revia.
" Yeiii." Sorak Arvian.
Arvian menggandeng tangan Revia dan Zayn seperti anak lain menggandeng orang tuanya. Revia menggelengkan kepala sambil tersenyum melihatnya. Zayn yang melihat senyuman itu, mendadak merasakan keteduhan di dalam hatinya.
" Ya Tuhan senyumannya begitu meneduhkan hati. Andai saja aku punya kesempatan untuk melihat senyumannya setiap hari, pasti aku sangat bahagia." Batin Zayn.
Sampai di depan mobil Revia.
" Pak guru depan." Revia memberikan kunci mobilnya kepada Zayn.
" Baiklah." Sahut Zayn.
Zayn duduk di kursi kemudi, sedangkan Revia duduk di sampingnya. Berbeda dengan Arvian, ia memilih duduk di kursi belakang.
Zayn melajukan mobilnya menuju mall ternama di kota itu. Entah apa yang Arvian cari di sana, keduanya hanya menuruti kemauan Arvian saja agar Arvian bahagia.
Sampai di mall xx, mereka bertiga segera turun dari mobil. Arvian membawa mereka ke wahana permainan untuk bermain sesuatu di sana.
" Pak guru ayo kita bermain bola basket!" Ajak Arvian.
" Oke siapa takut, Pak guru ingin tahu bagaimana permainanmu. Kalau bagus besok pak guru ikutkan lomba." Ucap Zayn.
" Oke." Sahut Arvian.
Arvian dan Zayn bermain memasukkan bola basket ke dalam ring. Sedangkan Revia duduk di kursi yang ada pojokan sambil memainkan ponselnya.
" Mom, Arvi haus." Teriak Arvian.
" Akan Mommy belikan." Ujar Revia.
Revia pergi membeli makanan ringan dan air mineral. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia kembali menghampiri keduanya yang nampak sedang asyik bermain.
" Sayang ini minumnya." Ucap Revia memberikan sebotol air mineral yang sudah ia buka kepada Arvian.
" Ini untuk Bapak." Revia juga memberikan barang yang sama kepada Zayn.
" Terima kasih." Ucap Zayn di balas anggukkan kepala oleh Revia.
Revia membantu Arvian minum, sambil mengusap keringat yang menetes di kening Arvian.
" Anak Mommy sampai keringetan begini, memangnya mainnya menguras tenaga ya?" Ujar Revia.
" Iya Mom, kata pak guru kalau kita keluar keringat itu tandanya kita sehat." Sahut Arvian.
" Iya kamu benar, pintar sekali anak Mommy." Revia mengecup pipi putranya.
Entah mengapa semua itu terlihat indah di mata Zayn. Ia merasa kagum dengan Revia yang mampu membesarkan dan mendidik anak sendirian.
" Ayo Pak kita main lagi!" Ajak Arvian.
" No." Ucap Revia.
" Sekarang saatnya makan siang, Mommy juga harus kembali ke kantor karena peker... "
" Pekerjaan lagi, Mommy selalu begitu. Selalu pekerjaan pekerjaan dan pekerjaan yang mommy pikirkan. Mommy.. "
" Stop it Arvi!" Ucap Revia dengan nada tinggi. Ia paling tidak suka jika putranya memotong pembicaraan.
" I'm sorry Mom." Ucap Arvian menundukkan kepalanya.
" Mommy maafkan, tapi lain kali jangan kamu ulangi lagi. Tidak sopan memotong pembicaraan orang. Apa kamu mengerti?" Revia menatap Arvian.
" Yes Mom." Sahut Arvian.
" Kalau begitu ayo kita cari makan!" Ajak Revia. Arvian menganggukkan kepalanya.
Arvian berjalan sambil menggandeng tangan Zayn tanpa menggandeng Revia. Revia hanya bisa menghela nafasnya saja, ia tahu jika Arvian sedang kesal dengannya.
Sampai di resto yang ada di mall itu, mereka segera memesan makanan sesuai selera mereka. Setelah makanan datang, mereka mulai memakannya dengan khidmat.
" Sini sayang Pak guru suapin." Ucap Zayn menatap Arvin yang hanya diam saja.
" Tidak perlu Pak, biarkan Arvi makan sendiri." Ucap Revia.
" Maaf Bu, bukannya saya mau ikut campur. Tapi untuk anak seusia Arvi tidak boleh mendidiknya untuk terlalu mandiri. Di usianya sekarang ini dia masih membutuhkan kasih sayang untuk bermanja manja dengan orang orang di sekitarnya. Jangan didik dia untuk menjadi pribadi yang tidak membutuhkan orang lain. Atau dia akan kesusahan saat dia dewasa nanti. Dan kesempatan untuk menyalurkan kasih sayang terbesar adalah saat anak anak makan." Ujar Zayn.
Revia menatap Arvian, benar kata Zayn. Selama ini ia memang menyayangi Arvian tapi ia juga mendidiknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
" Baiklah lakukan saja." Sahut Revia pada akhirnya.
Arvian nampak senang mendengar ucapan ibunya.
" Pak guru ayo suapi Arvi, selama ini Arvi selalu ingin tahu bagaimana rasanya di suapi oleh seorang ayah karena Arvi tidak punya ayah." Ucapan Arvi membuat hati Revia mencelos.
" Baiklah, sekarang anggap saja pak guru adalah ayah Arvi. Ayo buka mulutmu! Pesawat akan masuk ke dalam terowongan." Zayn menyuapi Arvi sebagaimana ia menyuapi anak berusia dua tahunan yang tidak mau makan. Arvi nampak bahagia, sesekali ia tertawa lepas bersama Zayn.
" Apakah sebegitu rindunya kamu dengan sosok ayah sayang? Maafkan mommy yang tidak bisa mempertemukanmu dengan pria brengsek itu yang sayangnya adalah papamu." Batin Revia.
TBC
Hai hai author datang dengan membawa cerita baru. Jangan lupa tetap dukung author dari awal sampai akhir seperti biasa... Tapi kali ini sedikit slow aja ya, biar kedekatan antara mereka terjalin dengan sempurna..
Terima kasih...
Miss U All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
LISA
Aq mampir Kak
2023-06-17
2
Erchapram
Thor boleh koreksi dikit gak? Revia skrg umur 23thn sudah lulus S2, trus anaknya umur 7 thn. Berarti nikah umur 16thn apa gak kemudaan ya? Normalnya kan lulus SMA umur 18/19 thn kuliah S1 4 thn berarti lulus umur 22/23 thn dan S2nya umur 25 thn. Meskipun akselerasi dan menikah muda rasa2nya kurang pas aja Thor kalo umur Revia skrg masih 23 thn. Hanya masukan dari penggemar setiamu. Semoga diterima.
2023-06-10
2