Seminggu kemudian.
Indra sudah berangkat kerja pukul tujuh pagi, Hanya tinggal wina yang bermalas malasan karena alasan sedang hamil.
"Kita mau kemana bu?" Tanya giana ketika di dandani rapi oleh ibu nya.
"Shutt, Jangan berisik ya." Larang gayatri pelan.
"Tidak ada yang tahu kita akan pergi?" Giana berbisik pelan.
"Tidak! Kita akan pergi dari sini dan memulai hidup baru hanya berdua." Ujar gayatri.
"Mereka tidak ikut kan bu?" Giana memastikan jika ayah dan kakak nya tidak akan ikut.
"Tidak nak! Giana mau kan hidup berdua dengan ibu?" Tanya gayatri.
Giana mengangguk bahagia karena sekarang bisa bebas dari rumah ini dan juga dari cengkeraman ayah nya yang kejam, Tas sudah di gendong yang berisi kan buku dan alat tulis milik nya.
"Ayo nak."
Gayatri mengulur kan tangan nya yang tampak sangat kurus, Ibu dan anak ini melangkah kan kaki meningal kan rumah yang penuh duka ini.
"Duduk yang paling belakang saja mbak." Saran candra sang sopir mobil yang akan membawa mereka kekota.
"Giana tapi mabuk can." Ujar gayatri.
"Ini minum antimo nya dulu, Biar tidak mabuk." Candra mengulur kan antimo.
Setelah penumpang penuh, Mobil kijang milik candra ini pun melaju menuju kota. Gayatri menatap desa yang akan di tinggal kan nya, Bertahun tahun ia tinggal di sini. Walau banyak duka yang ia lewati, Namun terasa sedih juga saat akan pergi.
"Aku ngantuk buk." Ujar giana.
"Sini pangku ibu nak." Gayatri menepuk paha nya.
Elusan lembut membuat giana terlena dalam pangkuan ibu nya, Dalam hati nya ia bersumpah kalau tidak akan kembali lagi kedesa ini.
"Namun bisa kah aku jadi orang sukses? Sedang kan aku tidak punya pendidikan." Batin giana di antara tidur dan sadar nya.
Satu jam telah berlalu, Kini mobil candra sudah tiba di kota dan menuju bandara. Sesuai dengan permintaan nya gayatri.
"Sudah sampai mbak." Ucap candra membuka kan pintu.
"Alhamdulilah, Tidak ketinggalan pesawat." Ujar gayatri.
"Ya enggak lah mbak, Saya kan sengaja tidak mampir mampir tadi." Sahut candra.
"Makasih ya can, Ini ongkos nya." Gayatri memberikan uang seratus lima puluh.
"Aku ambil seratus saja mbak, Itu buat jajan nya giana saja." Candra mengambil uang seratus ribu.
"Makasih ya can, Semoga murah rejeki dan sehat selalu." Ujar gayatri.
Kini mereka sudah berada di dalam pesawat yang menuju seoul incheon korea, Tujuan gayatri adalah kenegara korea.
"Kita pergi jauh kesana mau ngapain buk?" Tanya giana polos.
"Ada teman ibuk di sana, Selama ini ibu menabung uang pada nya. Dan sekarang dia membeli kan toko kecil untuk kita berjualan." Jelas gayatri.
"Waah ibuk hebat." Puji giana sangat senang.
"Kita akan membuka restoran ayam goreng, Giana kan bisa ngomong korea." Ujar gayatri.
Giana termasuk anak yang pintar, Bahasa asing bisa ia kuasai hanya lewat buku dan dan film yang di tonton.
"Nanti aku naik sepeda ngantarin ayam nya ya buk." Ucap giana.
"Iya nak."
Anggukan kepala gayatri membuat giana sudah girang bukan kepalang, Ia membayang kan akan bermain salju dan membuat bola bola.
*****
Sore hari indra pulang dengan tubuh yang lelah, Ia memasuki rumah tanpa mengucap salam. Karena sudah menjadi kebiasaan bagi nya.
"Gayatri.."
Tidak ada sahutan dari istri nya yang biasa sedang bekerja di dapur, Indra pun melongok kekamar yang juga kosong.
"Win, Wina!"
"Apa yah?"
"Ibu kamu kemana?" Tanya indra menatap sekeliling.
"Enggak tahu, Palingan tempak bulek rus atau bude lasmi." Jawab wina.
"Kamu ini di rumah pun tidak tahu ibu nya kemana." Rutuk indra.
Mengira jika sang istri sedang bekerja tempat tetangga, Indra pun kedapur untuk membuat kopi sendiri.
Di lirik nya tempat tidur giana yang juga kosong, Tas kecil yang biasa di gendong nya juga tidak ada.
"Bagus lah kalau bocah itu pergi, Tidak usah kembali bila perlu." Ujar indra yang sangat benci giana.
Setelah kopi nya siap indra pun mandi sebentar, Sementara wina yang kelaparan membuka tutup lauk di atas meja.
"Masak ayam ibu hari ini." Sorak wina langsung mengambil nasi.
Ketika akan mengangkat piring yang berisi ayam sambal, Wina melihat secarik kertas lengkap dengan tulisan.
"*Untuk anak dan suami ku, Ini adalah masakan terakhir ku yang bisa kalian makan. Kini aku akan pergi bersama giana.
Indra, Aku tidak bisa lagi hidup bersama mu yang selalu kau sakiti. Bukan hanya aku saja yang kau lukai, Bahkan anak ku pun sangat kau benci.
Giana adalah anak mu juga walau dia hanya mirip dengan ku, Jangan mencari ku. Biar aku tenang bersama anak ku yang kecil.
Dari gayatri*.
Wina bingung membaca surat yang dari ibu nya, Ada rasa takut dalam hati wanita ini jika benar sang ibu telah pergi bersama giana.
"Ayah!"
"Apa sih win, Berisik sekali mulut mu." Rutuk indra.
"Ini surat dari ibu, Baca lah." Suruh wina panik.
"Lebay banget sih, Cuma pergi gitu saja pakai nulis surat." Cibir indra.
Namun indra sedikit kaget ketika membaca isi surat dari istri nya, Ada rasa tidak percaya juga jika kini anak dan istri nya telah pergi.
"Ayo cari ibu yah." Ajak wina.
"Ngapain pakai di cari segala, Bisa besar kepala nanti dia! Paling juga besok udah pulang lagi, Bisa apa dia tanpa aku." Ucap indra pongah.
"Tapi giana juga di bawa." Lirih wina.
"Bagus lah anak sial itu tidak ada di sini lagi." Sahut indra masuk kamar.
Indra memeriksa semua barang milik istri nya, Baju gayatri masih ada beberapa yang tersisa. Tapi semua tabungan dan celengan boneka pun sudah tidak ada.
"Sialan! Semua uang di bawa nya." Maki indra marah.
Uang milik indra yang ada di dalam lemari pun gayatri bawa, Jika di total mungkin jumblah nya semua ada lima belas juta.
"Ibu kemana sih?" Wina takut jika ibu nya tidak kembali.
"Pergi cari tempat bude lasmi atau bulek rus." Suruh indra.
Wina sedikit berlari keluar dari rumah menuju rumah nya bude lasmi, Biasa nya gayatri bekerja di sana.
"Assalamualaikum bude." Teriak wina.
"Walaikum salam, Ada apa win?" Tanya bude lasmi.
"Ada ibu enggak di sini bude?" Tanya wina tergesa gesa.
"Enggak ada! Dari pagi dia tidak datang." Sahut bude lasmi.
"Aduhh kemana ya ibuk." Panik wina tidak karuan.
"Ada memang nya win?!" Bude lasmi mendekat.
"Ibu nulis surat kata nya mau pergi sama giana." Cerita wina.
"Owalah tri, Rupa nya baru sekarang kamu pergi." Ujar bude lasmi lega.
"Kenapa bude malah senang?" Heran wina.
"Biar saja ibu mu pergi dengam giana, Kasihan dia selalu di hajar dan terus di selingkuhi sama ayah mu." Ucap bude lasmi mendukung gayatri.
Terduduk lemas wina karena sudah pasti ibu nya telag pergi meninggal kan nya, Kini ia hanya tinggal sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Bunda Silvia
kuli bangunan aja songong njirrrr
2025-02-05
0
Ema Mahriana
rasain
2024-12-22
0
Ema Mahriana
rasaih
2024-12-22
0