Target baru

“Hais… sudahlah, aku akan membawanya saja daripada harus membuangnya,” gumam Hendra sambil menghela napas panjang, kemudian melangkah masuk ke dalam mobil barunya yang masih terasa asing baginya.

Suara mesin mendesing halus saat Hendra menyalakan mobil itu, lalu perlahan ia menginjak pedal gas dan melaju menuju kontrakan sederhana yang menjadi tempat tinggal sementaranya. Sambil mengemudi, ia menyandarkan punggungnya dan memutar musik favorit, membiarkan dentuman lagu mengisi kabin mobil.

“Ahh… sungguh nikmat rasanya jika kita punya uang,” bisiknya sambil tersenyum tipis, merasakan sedikit euforia dari perubahan nasibnya yang tiba-tiba.

Sekitar 30 menit berlalu, mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah kontrakan kecil. Hendra memarkirkan kendaraannya dengan hati-hati, menatap sekeliling dengan rasa puas yang samar.

Namun, sebelum ia sempat masuk ke dalam, suara ketus menghentikan langkahnya.

“Mana katanya janji sore hari? Ini sudah malam, kenapa belum juga bayar?” tegur Bu Nadia, pemilik kontrakan yang sudah berdiri dengan tangan bersedekap, jelas-jelas menunggunya.

Hendra tertegun sejenak, lalu mencoba tersenyum kaku. “Iya, Bu… bisa nggak saya kirim lewat aplikasi aja?”

Bu Nadia menghela napas, akhirnya mengangguk. “Yaudah, kirim aja.”

“Bu…” panggil Hendra, ragu.

“Apa lagi?” balas Bu Nadia ketus, matanya memicing.

“Nomornya berapa?” tanya Hendra sambil mengeluarkan ponsel yang layarnya sudah retak.

Dengan malas, Bu Nadia menyebutkan nomornya. Tak lama kemudian, terdengar suara notifikasi dari ponselnya.

Drrrt…

“Anda menerima uang sebesar Rp2.500.000 dari Hendra 009.”

Bu Nadia menatap layar dengan kening berkerut. “Lho, kenapa kamu bayarnya lebih?”

Hendra tersenyum kecil. “Saya cuma ingin berterima kasih, Bu. Waktu itu Ibu mau nerima saya walaupun saya nggak punya uang. Jadi, saya lebihin, anggap aja bonus.”

Mata Bu Nadia melembut. Senyum tulus muncul di wajahnya. “Kalau begitu… makasih, ya.”

Ia pun berlalu dengan senyum sumringah, meninggalkan Hendra yang menghela napas panjang.

“Hais… kenapa ibu-ibu selalu emosian, padahal bisa dibicarakan baik-baik,” keluh Hendra pelan. “Ah sudahlah, aku capek… mending tidur dulu.”

Ia masuk ke kontrakannya yang sempit. Setelah menyalakan lampu redup, ia buru-buru membersihkan diri di kamar mandi, takut badannya gatal-gatal saat tidur.

Namun saat ia bercermin, matanya membelalak. Tubuhnya terlihat berbeda. Lengan yang dulunya kurus kini tampak berotot samar, dan perutnya yang biasa-biasa saja mulai memperlihatkan garis-garis otot tipis.

“Eh? Kenapa tubuhku berubah? Aku nggak pernah olahraga… kemarin juga nggak kayak gini. Apa ini efek dari kecelakaan kemarin? Atau… pil yang dikasih sama sistem itu?” gumamnya bingung.

Sebuah suara dingin namun familiar terdengar di kepalanya.

[Kamu benar. Itu efek dari pil yang aku berikan.]

“Oh… begitu. Kalau gitu, makasih, Sistem,” ucap Hendra singkat lalu melangkah menuju kamar.

Sebelum berbaring, ia membuka statusnya lewat perintah sederhana. “Sistem, cek status.”

Tiba-tiba layar hologram biru muncul di hadapannya.

[STATUS]

Nama: Hendra Wijaya

Usia: 20 tahun

Pekerjaan: Pengangguran

Pasangan: Tidak ada

Saldo: Rp6.200.000

Keterampilan: Bela Diri Kuno

Target:

Lidya: Ketertarikan 50%

Alisa: Ketertarikan 90%

Hendra menatap angka saldo dengan tatapan tak percaya.

Ia tersenyum kecil. “Aku akan beli laptop besok, sekalian ganti handphone. Kacanya udah hancur.”

Melirik jam, ia menguap. “Udah jam 10… lebih baik tidur.”

Ia mematikan ponselnya, lalu menutup mata.

Rumah Alisa

Di waktu yang hampir bersamaan, Alisa sedang merebahkan diri di atas kasurnya. Tang-top tipis membalut tubuhnya saat ia memandang langit-langit sambil menghela napas kesal.

“Oh iya… aku lupa minta nomor handphone Hendra… Aish, kenapa bisa lupa sih? Gimana kalau aku nggak ketemu dia lagi?” gumamnya sambil memukul-mukul bantal.

Ia menutup wajah dengan kedua tangan. “Ya sudahlah… kalau ketemu lagi aku bakal minta.”

Keesokan Paginya

“Hoaaam…” Hendra menguap lebar, mengucek matanya sambil melirik jam ponselnya.

“Jam… 7 pagi?” Wajahnya pucat. “Astaga, aku telat kuliah!”

Dengan panik ia mencari handuk yang biasanya tergantung di balik pintu, tapi tidak menemukannya.

“Mana sih handuknya? Ahh… di jemuran!” serunya, lalu berlari ke belakang rumah dan mengambil handuk yang masih setengah kering.

Namun, begitu ia masuk ke kamar mandi dan membuka keran, air tak mengalir. Hendra menghela napas. “Jangan-jangan aku lupa bayar air? Ah sudahlah, numpang di tetangga aja.”

Ia melangkah ke sebelah dan mengetuk pintu.

Tok tok tok…

“Ya, sebentar!” terdengar suara perempuan dari dalam.

Pintu terbuka… dan mereka saling terdiam. Di hadapannya berdiri seorang wanita muda dengan paras cantik, rambut panjang tergerai, dan tubuh semampai. Namun yang membuat situasi jadi canggung, Hendra masih setengah basah, hanya mengenakan handuk.

“Aaaaaaah!” Wanita itu menjerit pelan sambil menutup wajahnya dengan tangan.

“Tu-tunggu! Jangan salah paham dulu! Aku cuma mau numpang kamar mandi, air di kontrakan aku mati,” jelas Hendra gugup.

Wanita itu mengintip dari sela jarinya. “Kenapa kamu nggak benerin aja dulu?”

Hendra justru terpana sejenak. “Cantik banget… kayaknya aku nggak pernah lihat dia di sini. Baru pindah?”

“Hei! Kenapa diem aja?!” seru wanita itu.

“Ah, iya… saya saya telat kuliah, jadi boleh pinjam sebentar?” pinta Hendra tergopoh-gopoh.

Wanita itu akhirnya mengangguk. “Ya sudah, pakai saja.”

Begitu masuk, suara sistem kembali muncul.

[Target Harem Terdeteksi]

[DATA]

Nama: Layla

Usia: 20 tahun

Pekerjaan: Mahasiswi

Ketertarikan: 20%

Wajah: 99%

Tubuh: 98%

Pinggul: 98%

Dada: 99%

“Kenapa data dadanya tinggi banget, tapi aku lihat biasa aja? Pakaian ketat, ya?” pikir Hendra dalam hati sambil buru-buru mandi.

"Kenapa kamu masih diam saja, kalau tidak jadi aku akan pergi terlebih dahulu" ucap Layla

"baiklah, oh ya apakah kamu Baru disini?" Tanya Hendra

"Ya, aku baru saja pindah karena menurut orang tuaku lebih baik mengontrak di dekat sini karena dekat dengan universitasku" ucap Layla

"kamu kuliah di Universitas mana?" Tanya Hendra yang masuk kedalam

"universitas Serang Raya" ucap Layla

"kalau begitu kita sama satu universitas, apakah kamu akan pergi kuliah juga hari ini?" Tanya Hendra

"ya aku juga sama sepertimu terlambat" ucap Layla

Hendra tak mendengar ucapan Layla, dia masuk kedalam kamar mandi kemudian membersihkan dirinya dengan terburu buru.

10 menit kemudian, Hendra keluar. Layla masih menunggu di depan.

“Kamu belum pergi juga?” tanya Hendra.

“Aku nunggu kamu. Gimana aku bisa kunci pintu? Kalau kamu maling gimana?” balas Layla ketus.

Hendra terdiam sejenak, lalu terkekeh. “Kalau gitu, kita jalan bareng aja.”

Layla setuju, lalu mereka berjalan beriringan. Namun Layla tiba-tiba berseru panik saat Hendra mendekat ke mobil.

“Eh, jangan dekat-dekat! Itu Mercedes-AMG GT, mahal!”

Hendra tanpa bicara membuka pintu mobil. “Ayo naik.”

Layla terpaku. “I-ini punyamu?”

“Iya,” jawab Hendra santai.

Layla memandangnya penuh heran. “Kamu ngontrak di sini tapi punya mobil semahal ini? Aneh banget…”

Hendra hanya tersenyum tipis. “Mungkin sebentar lagi aku pindah.”

Mereka pun melajukan mobil sambil saling berbincang ringan dan bercanda, membuat perjalanan singkat itu terasa hangat dan menyenangkan.

20 menit kemudian mereka sampai, keduanya terburu-buru masuk kelas masing-masing

Terpopuler

Comments

kakek sholeh

kakek sholeh

aku malah tidak pernah ngontrakan 2 jute

2025-04-23

0

xin hao cu

xin hao cu

novel translet pasti ini,,,

2024-03-10

0

Edy Sulaiman

Edy Sulaiman

Mendesing!"...he...he...gk usah ditulis thor hanya saran agak aneh aja ngebaca nya...hhhh, semangat othor.!"

2024-03-08

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 95 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!