Part 7

"Benar ini rumahnya Dean?" sebisa mungkin Ara menyembunyikan ekspersi terkejutnya. Pasalnya di depannya adalah seorang wanita yang selama ini digosipkan memiliki hubungan istimewa dengan Dean, gosip yang sudah ada sebelum ia menikah dengan laki-laki tersebut.

"I-iya" Ara sedikit ragu menjawabnya, mengingat selama ini belum ada teman ataupun kenalan Dean yang pernah datang kerumah ini sejak ia menikah dengan Dean.

"Dean-nya ada?" masih di depan pintu, perempuan tersebut kembali bertanya.

"Mas Dean belum pulang mbak" jawab Ara. Dean memang belum pulang, entah masih berada di kantor atau di tempat lain, Ara sudah coba menghubungi namun tidak diangkat, pesan yang ia kirim juga belum dibalas, dibacapun tidak. Ara mendapat nomor Dean sebulan yang lalu dari salah satu sahabat Dean yang pernah datang ke pernikahan mereka.

"Nanti kalo Dean udah pulang tolong bilangin dia, Relin nyariin ya mbak" tanpa menunggu jawaban dari Ara perempuan yang bernama Relin tersebut pergi begitu saja

Ara tidak tau hubungan antara Dean dengan Relin seperti apa namun ia sering mendengar saat Relin berkunjung di perusahaan padahal perempuan tersebut tidak bekerja di sana,bahkan sampai sekarang perempuan tersebut kadang-kadang datang.

Apa mungkin alasan Dean membencinya adalah karena dia menganggap bahwa Ara menjadi pemisah antara Dean dan Relin? Tapi jika memang demikian mengapa tidak dari awal Dean menolak pernikahan ini dan mengatakan bahwa dia sudah memiliki kekasih. Dengan begitu mereka tidak akan sama-sama terjebak dalam pernikahan ini.

Entah sudah berapa lama Ara tenggelam dalam fikirannya hingga suara mobil Dean menyadarkannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam

Dean sudah tidak terkejut lagi mendapati Ara menunggunya di ruang tengah, itu sudah menjadi kebiasaan perempuan itu saat ia pulang larut.

Perempuan itu seperti hendak mengatakan sesuatu tapi ragu "tadi ada yang nyariin kamu, namanya Relin" ucap Ara

Seketika langkah Dean berhenti "dia bilang apa?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Ara.

"enggak ada cuman disuruh bilang kalo dia nyariin kamu" setelah mendengar itu Dean tidak mengatakan apa-apa lagi dan hendak melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Relin siapanya kamu?" pertanyaan dari Ara tak hanya membuat Dean mengurungkan langkahnya tapi juga membuatnya menoleh kepada wanita tersebut.

Mendapat tatapan tajam dari Dean, Ara hanya bisa menggulum bibir, sepertinya dia salah bertanya tentang hal itu.

Dean mendekat lalu mencengkram kedua rahang Ara membuatnya sedikit mendongak "itu bukan urusan kamu!" ucapnya tepat di depan wajah Ara

"satu lagi. Berhenti memprovokasi saya atau kamu akan tau akibatnya!" setelah mengatakan itu ia menghempaskan cengkramannya begitu saya sehingga Ara sedikit terhuyung.

Bagian mana lagi yang Dean anggap memprovokasi? Setaunya Ara tidak pernah berbuat sesuatu yang menyinggung laki-laki tersebut. Ara hanya berharap hubungan mereka tidak semakin memburuk. Meski tidak ada kemajuan setidaknya Dean jangan sampai semakin membencinya.

Memang belum ada perasaan apa-apa untuk Dean namun entah kenapa rasanya begitu menyedihkan diperlakukan dengan buruk oleh laki-laki tersebut.

Seperti malam sebelumnya, malam ini Ara juga tertidur dengan perasaan sedih. ia hanya berharap saat bangun besok perasaannya sudah lebih baik.

***

Ara terlonjak kaget saat Dean membuka pintu kamar dengan begitu kasar, ia hendak membaringakan diri di sofa berniat untuk tidur.

Dengan gerakan cepat Dean segera menuju ke arah Ara dan meraih kerah piyamanya,matanya penuh kilat kemarahan.

"saya sudah pernah peringatkan untuk jangan pernah memprovokasi saya!" ucapnya kemudian menjambak rambut Ara lalu melilitkannya di tangan kirinya.

"sakittt. Aku nggak ngerti maksud kamu apa?" ucap Ara dengan suara tertahan, kulit kepalanya seperti akan lepas. Tangannya berusaha menahan tangan Dean untuk tidak semakin menarik rambutnya.

"akan saya buat kamu mengerti" Setelah mengatakan itu satu tamparan mendarat di pipi kanan Ara, keras sekali telinganya sampai berdengung ditambah tarikan Dean pada rambutnya yang semakin mengencang.

"masih belum mengerti?" Ara menggeleng entah untuk menjawab Dean atau apa, air matanya sudah mengalir di kedua sisi wajahnya.

"saya sepertinya sudah terlalu baik sama kamu selama ini" ucap Dean seraya menyeret Ara ke kamar mandi.

"sakitt, tolong lepasin" suara tangisan Ara tak dihiraukan Dean tarikannya pada rambut Ara semakin kuat.

Begitu sampai kamar mandi Dean langsung menghempaskan tubuh Ara hingga terbentur lantai kamar mandi.

"saya tidak tau perempuan yang dibesarkan di keluarga baik-baik bisa serendah kamu" hardik Dean sambil menyalakan air kemudian mengarahkannya ke arah Ara.

"mungkin kamu mengira saya selama ini diam karna saya tidak tau yang kamu dan ayana rencanakan di belakang saya." Ara sudah sepenuhnya basah, dan Dean masih belum menghentikan guyurannya.

"akan saya tunjukan siapa saya dan siapa kamu!" setelah mengatakan itu Dean keluar dari kamar mandi. Terdengar suara kunci diputar dari luar. Ara segera beranjak untuk memeriksa dan benar saja kamar mandinya dikunci dari luar oleh Dean.

"Mass" panggil Ara seraya memutar kenop pintu kamar mandi

"Mas Dean! Buka masss!" panggil Ara dengan suara yang lebih keras namun tak ada jawaban. Setelah beberapa menit Ara mencoba memanggil dan memukul pintu akhirnya ia menyerah Dean memang berniat menguncinya di dalam kamar mandi ini.

Ara hanya terduduk bersandar di samping pintu sambil memeluk lutut. Pipinya masih terasa panas bahkan setelah diguyur air oleh Dean, terasa panas dan sepertinya sedikit bengkak. Kulit kepalanya juga sangat sakit. Ara berusaha mengingat-ngingat apa ia berbuat sesuatu yang tanpa sengaja menyinggung Dean. Barangkali ia keliru akan sesuatu hal.

Namun tak ada satu hal pun yang terlintas di kepala Ara, ia selalu menjaga jarak dengan Dean, selalu hati-hati pada hal-hal yang berhubungan dengan Dean. Lalu bagian mana yang menjadi kesalahan Ara?

Semakin memikirkannya semakin membuat air mata Ara menggenang. Dingin sekali, sekujur tubuhnya menggigil kedinginan. Kamar mandi selalu menjadi tempat yang menyakitkan dan menakutkan untuk Ara, baik saat ia kecil maupun sekarang.

Ara hanya bisa menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Ia hanya berharap besok segera datang dan rasa dingin ini segera menghilang. Atau ia saja yang menghilang.

Terpopuler

Comments

SRI HANDAYANI

SRI HANDAYANI

kok seperti manusia sikopat 😡😡😡😡😡

2024-04-25

0

Whi Tut

Whi Tut

cewek bego

2024-05-04

0

Nenti Malau

Nenti Malau

😭😭😭😭😭😭😭

2024-04-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!