Part 4

Ara dan Dean akhirnya sampai ke tempat tujuan. Rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka mulai hari ini.

Setelah menurunkan barang-barangnya dari mobil yaitu dua koper berukuran besar Ara segera menyusul Dean masuk ke dalam rumah

Rumah ini tidak sebesar rumah milik Om Josh, rumah ini hanya bangunan berlantai dua yang tidak seluas rumah Papa Ara, namun cukup luas jika hanya mereka berdua yang menempati.

Desain rumah ini juga terkesan cukup minimalis, namun kesannya begitu dingin, sama seperti pemiliknya.

Sesampainya di ruang tengah Ara dibuat kebingungan Dean tidak menunjukkan di mana kamar mereka atau di mana ia harus menyimpan barang-barangnya

Sedangkan Dean sendiri sudah masuk ke sebuah ruangan yang Ara yakini adalah ruang kerja suaminya tanpa mengatakan apapun.

Karna sang suami tidak mengatakan apa-apa Ara mau tidak mau harus bertanya, ia kemudian menyusul Dean ke ruangannya.

"mass" seru Ara setelah mengetok pintu beberapa kali namun tak ada jawaban

"mass aku masuk yaa" tanpa menunggu lagi tanggapan dari Dean, Ara membuka pintu di depannya lalu masuk

Tatapan tajam dari Dean lah yang menyambut Ara saat membuka pintu tersebut.

"Jangan pernah sekali-kali kamu berani masuk ke sini!" ucapan tegas dari Dean sedikit membuat Ara tertegun

"Maaf mas, aku cuma mau nanya kamar kita di mana?" tanya Ara menyampaikan maksudnya

"sepertinya saya harus menjelaskan beberapa hal sama kamu" ucap Dean sambil melipat tangannya di atas meja.

"kamu sepertinya perlu tau kalau pernikahan ini tidak berarti apa-apa bagi saya" Ara mengerutkan keningnya mendengar itu

"maksud mas?"

"seperti yang kamu tau, pernikahan ini terjadi atas kehendak orang tua saya dan orang tua kamu" Dean dengan santai bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Ara

"dan tentu saja saya tidak tau apa yang kamu dan Ayana rencanakan" seketika Ara tercengang

Apa maksud dari ucapan suaminya barusan? Lalu apa tadi, Ayana? Ayana mertuanya? Ara hanya mengenal seorang bernama Ayana dan itu adalah mertuanya.

"aku nggak ngerti maksud mas apa" kebingungan terlihat jelas di wajah Ara

"Berhenti. Memanggi. Saya. Mas." ucap Dean penuh penekanan

"saya hanya ingin memberikan batasan antara kamu dan saya, jangan pernah bermimpi kamu bisa masuk ke dalam kehidupan saya! Apapun yang kamu dan Ayana rencanakan saya pastikan tidak akan pernah berhasil!" lanjut Dean sambil mencengkram kedua rahang Ara dan menghempaskannya.

Ara sedikit mundur kebelakang, punggungnya menyentuh pintu.

"di rumah ini tidak ada tempat untuk kamu. kalau kamu bisa bertahan, bertahanlah. kalau tidak? silahkan pergi" ucap Dean sambil mendorong tubuh Ara ke samping kemudian ia membuka pintu di belakang Ara dan meninggalkan Ara dengan perasaan campur aduk, bingung dan tentu saja Ara sangat terkejut dengan semua ini.

Tak tinggal diam Ara segera menyusul Dean keluar dari ruangan tersebut.

"maksud mas apa sih?" ucap Ara seraya mencegat langkah Dean

"berhenti memanggil saya mas! saya jijik" seru Dean penuh penekanan

Mata Dean dipenuhi kilat marah, entah apa sebenarnya yang membuatnya marah "saya tidak akan segan bersikap lebih kasar lagi, jadi jaga sikap kamu!"

Setelah mengatakan itu Dean langsung pergi meninggalkan rumah. Ara yang ditinggal sendiri semakin dibuat kebingungan, apa salahnya Dean tinggal memberitahunya di mana kamarnya.

Akhirnya Ara memilih mencari tahu sendiri. Ia mengecek semua kamar di rumah tersebut. Terdapat tiga kamar, satu kamar Ara yakini adalah kamar suaminya sedangkan dua kamar lainnya terkunci.

Lalu ia harus bagaimana sekarang? di mana ia akan tidur dan menyimpan barang-barangnya?

Merasa lelah berkeliling rumah Ara memilih untuk duduk di ruang tamu, memandangi kedua kopernya yang masih berada di tengah ruangan.

sebenarnya kesalahpahaman apa yang sedang terjadi di sini? dia sama sekali tidak mengerti semua ini.

Setelah berfikir sebentar Ara memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Dean, untuk membersihkan diri dan menyimpan kopernya di sana, tidak ada pilihan lain hanya kamar tersebut yang terbuka.

Kamar Dean di dominasi warna putih dan abu-abu, cukup luas, terdapat walk in closet juga kamar mandi. Mungkin Ara terlihat sedikit lancang namun apa boleh buat jika dia hanya berdiam diri dan menunggu Dean pulang entah kapan ia rasa itu bukan ide yang bagus.

Bagaimanapun ia harus bertahan di rumah ini. Ia sudah menikah dan apa pun yang bisa ia lakukan akan dilakukan untuk mempertahankan pernikahan ini yang bahkan baru sehari.

Di antara mereka memang belum ada perasaan apa-apa, namun pernikahan bukanlah sesuatu hal yang dapat dipermainkan, yang bisa Ara lakukan hanyalah berusaha. moga-moga saja ia dapat merubah keadaan menjadi lebih baik.

...****************...

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam Dean belum juga kembali dari siang, karna sudah merasa kelaparan Ara pergi ke dapur untuk melihat apakah ada bahan makanan yang bisa ia masak, dari pada terus menunggu suaminya yang belum tentu akan pulang.

Untung saja kulkas di dapur ini dipenuhi bahan makanan dan masih segar semua, sepertinya baru diisi.

Segera Ara memilah bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak ia hanya akan membuat sup supaya lebih cepat, karna ia sudah merasa kelaparan.

Di tengah kesibukan Ara memasak akhirnya Dean pulang, ia sedikit mengernyit saat menyadari keberadaan Ara di dapur, namun dia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengambil minum dan melewati Ara begitu saja. Ara sedikit merasa tidak enak, jadi Ara memutuskan untuk bertanya pada suaminya itu "kamu udah makan?" tanya Ara sebelum Dean menghilang di balik tembok

Langkah Dean terhenti namun dia tidak menanggapi, setelah menoleh sebentar ke arah Ara kemudian ia melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan apa-apa.

Karna sudah diabaikan begitu Ara tidak ambil pusing sudah bagus pria itu tidak marah lagi padanya. Ara makan dengan tenang, sedang Dean di kamar sedang membersihkan diri, laki-laki itu tadi melihat koper Ara di samping pintu di dalam kamarnya. Ia memang sengaja menutup semua kamar di rumah ini. Ia tidak berniat berbaik hati pada perempuan yang sudah jelas berniat buruk padanya.

Kehidupan Dean sudah cukup rumit, ditambah kedatangan perempuan itu mungkin akan menambah masalah di kehidupannya. Jadi untuk mengantisipasi hal tersebut ia harus membuat batasan dari awal.

Dengan tidak memberikan ruang gerak wanita itu di rumahnya menjadi salah satu cara untuk membuat wanita itu pergi dengan sendirinya.

Setelah selesai membersihkan diri Dean meninggalkan kamar dan pergi ke ruang kerjanya, ia tidak melihat Ara sama sekali, kemana perempuan itu? tak ambil pusing Dean melanjutkan langkahnya masuk ke ruang kerjanya melanjutkan pekerjaan yang tertunda akibat disibukkan oleh pernikahan. karna meski dilaksanakan secara sederhana namun acara pernikahan tersebut cukup menyita waktu, Dean jadi harus menunda beberapa meeting dan banyak pekerjaan lainnya yang tertunda.

Setelah cukup lama berkutat dengan pekerjaannya Dean meregangkan otot yang tegang akibat cukup lama duduk, matanya melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima belas menit, dia sudah mulai mengantuk, padahal biasanya dia bisa bergadang sampai pagi, tapi sekarang ia sudah mengantuk, mungkin akibat terlalu lelah beberapa hari ini.

Saat hendak kembali ke kamar Dean mendapati Ara sedang berada di ruang tengah sedang duduk di karpet dengan laptop menyala di depan, sepertinya perempuan tersebut juga mengalami hal yang sama dengannya.

Tanpa memerdulikan Ara Dean melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar, mematikan lampu, menyisakan lampu tidur dan kemudian ia segera memejamkan mata.

Tak lama setelah ia memejamkan mata Dean merasa ada yang membuka pintu, tanpa perlu membuka mata sudah dipastikan Ara lah yang datang.

Perempuan itu terlihat mengendap-endap mungkin takut membangunkan Dean, lama tak merasakan pergerakan Ara, Dean memilih membuka mata mencari tahu apa yang dilakukan perempuan itu.

"Kamu sedang apa?" tanya Dean sedikit mengagetkan Ara

"kamu belum tidur?" Ara memilih kembali bertanya, dia cukup kaget. Padahal dia sudah mengendap-ngendap demi tidak berbuat kebisingan agar tidak membangunkan Dean.

Tanpa menjawab pertanyaan Ara, Dean kemudian bangun dari tidurnya dan berjalan ke luar, sesaat kemudian ia muncul dengan membawa selimut di tangannya.

Kemudian melemparkan selimut tersebut ke arah Ara "kamu bisa tidur di sofa itu" katanya sambil menunjuk ke arah sofa panjang di samping jendela kamar "atau kamu mau tidur di lantai atau di luar? itu jauh lebih baik" lanjut Dean sambil kembali merebahkan diri di atas ranjang

Ara menerima selimut tersebut, sudah untung Dean mau memberinya selimut "terima kasih, aku tidur di sofa saja" jawab Ara kemudian berjalan ke arah sofa untuk merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah, besok ia harus kembali bekerja ia hanya mengambil cuti tiga hari dan hari ini hari terakhir cutinya. Bekerja sepertinya bisa mengalihkan pikirannya dari masalah pernikahannya yang masih abu-abu ini, apa yang akan terjadi kedepannya masih menjadi rahasia, akankah pernikahan ini berhasil atau kandas di tengah jalan. Ara hanya berharap yang terbaik dari sang Tuhan, agar tidak melukai siapa pun dia maupun laki-laki di depannya yang sedang terlelap dengan tenang.

Terpopuler

Comments

Mayyuzira

Mayyuzira

yg sabar ara

2024-04-03

0

sumihayatikimia sma6

sumihayatikimia sma6

karya pertama tapi sudah sebagus ini, penyusunan kalimat nya bagus, lanjut Thor, semangat 💪💪

2024-02-08

8

Dadah Frey

Dadah Frey

penyusunan bagus Thor, enak bacanya.

2023-12-29

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!