“Goblone, lacak monster terdekat disekitar area pabrik.” Arang memberikan perintah pada goblin yang telah dijinakkan.
Tetapi goblin itu justru diam dengan kebingungan sambil menunjuk dirinya sendiri, seakan makhluk itu bertanya apakah Arang sedang berbicara dengannya.
“Tentu saja aku bicara padamu Goblone. Kau pikir ada goblin lain di sini?.”
Goblin merasa heran kenapa dia dipanggil dengan nama yang terdengar tidak pintar samasekali.
“Kau tahu, karena kau adalah goblin pertama yang menjadi peliharaan Aurelia. Itu sebabnya namamu adalah Goblone kesenjangan dari Goblin One. Sangat bagus bukan?.”
Goblin menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak setuju dengan nama yang diberikan Arang.
“Oh really?,” suasana seketika berubah menjadi mencekam, goblin merasa hidupnya tiba-tiba kembali terancam manakala melihat Arang kembali menarik busurnya.
“Kalau begitu biar aku mencari goblin lain yang mau dipanggil dengan nama Goblone.”
Seriusan, perempuan itu tidak peduli dengan nyawa bawahannya dan tidak segan membunuhnya hanya karena masalah nama panggilan.
Demi keselamatan nyawanya, tidak ada cara yang bisa dilakukan si goblin selain kembali melakukan Dogaza.
“Nama itu memang cocok untukmu bukan?.”
Goblin segera mengangguk dengan cepat sebagai jawaban. Saking cepatnya dia mengangguk-anggukkan kepalan sampai membuat Goblone merasa pusing sendiri.
Ding!
\[Berhasil mengikat kontrak dengan Goblin Goblone\]
Arang tersenyum setelah mendengar suara notifikasi.
\*\*\*
Sebagai makhluk yang berasal dari goa maupun Dungeon, Goblin memiliki kemampuan bawaan yakni Penglihatan Malam (Night Vision).
Karena kemampuan itu Goblone diperintahkan oleh Arang untuk menjadi penunjuk jalan yang membuatnya harus berjalan di depan.
Saat menyusuri hutan yang gelap, tiba-tiba Goblone berhenti sambil memberikan sinyal pada Arang dan yang lain untuk tidak bergerak. Arang pun memerintahkan pasukannya untuk merunduk untuk bersembunyi.
Goblone menunjuk satu arah dimana sepertinya ada monster berada. Melihat ke arah yang ditunjuk, Arang dapat melihat seorang manusia sedang berjalan dengan gontai.
“Aku rasa itu bukan manusia.” ucap Arang yang melihat keanehan dari cara manusia itu berjalan.
Lalu saat diperhatikan lebih seksama ternyata firasatnya benar jika makhluk itu bukanlah manusia.
“Zombie, sungguh monster yang sangat umum.”
Arang pun memerintahkan pada pasukan Archer untuk mengikutinya, sendang Goblone dan para Barbarian tetap ditempat mereka untuk berjaga.
Berhasil berjalan mengendap-endap tanpa ketahuan, Arang dan tiga Archer membidik zombie. Setiap anak panah mengenai target yang membuat monster itu tewas seketika.
“Maaf membuatmu merasakan kematian untuk kedua kalinya.” Arang mendoakan mayat zombie dan berharap arwahnya tenang di alam baka.
Arang kemudian meminta semuanya untuk berkumpul mengelilingi mayat zombie. Goblone merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan gadis berambut pink itu pada mayat busuk.
Menggunakan pedang yang dipinjam dari Barbarian, arang mulai membedah mayat zombie. Bau busuk tercium begitu menyengat hingga Goblone hampir muntah, Arang dan yang lainnya pun demikian, tapi mereka masih bisa bertahan.
“Dapat.” celetuk Arang begitu mengambil sebuah batu berwarna putih kebiruan. Wajah arang terlihat tidak puas saat melihat batu yang ia ambil.
“Sangat buruk. Ya, lagi pula monster lemah seperti zombie menang tidak bisa diharapkan.”
Setelah menyimpan batu monster kedalam tas, Arang bertanya pada semua bawahannya termasuk Goblone,
“Apakah sekarang kalian mengerti bagaimana cara mengambil Monster Stone?.”
Tubuh Goblone bergetar karena dia tidak memperhatikan bagaimana Arang melakukan pembedahan, aroma busuk begitu mengganggunya.
Sementara para Barbarian menggaruk kepala seakan kebingungan, Melihat itu Arang memahami jika tidak bias terlalu berharap dengan kecerdasan para Barbarian.
Lalu pasukan terakhir yakni para Archer menjawab pertanyaan Arang dengan anggukan kepala. Melihat itu Arang begitu senang karena tidak semua pasukan yang diproduksi oleh System Play Store milik Aurelia tidak memiliki otak seperti Barbarian.
“Apa mungkin ini semua karena Archer adalah pasukan tingkat dua sehingga kecerdasan mereka lebih baik dari Barbarian?.”
Arang merasa sangat tertantang untuk melakukan berbagai eksperimen terhadap pasukannya, dia juga penasaran dengan pasukan baru yang akan segera dibuka setelah barak mencapai level 3.
“Untuk sekarang mari kita mencari lebih banyak batu monster untuk Lia.”
“Ouuuuh!.”
Goblin, Archer dan Barbarian berseru dengan begitu semangat.
\*\*\*
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments