Sebagai seorang utusan Dewa, Arang telah mengikuti ribuan pertempuran, menyelamatkan ribuan dunia yang menjadikan sebagai utusan terkuat.
Dia telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk memenuhi perintah Dewa, hingga di suatu titik Arang merasa kerinduan akan kedamaian.
Arang berpikir betapa menyenangkan menjadi orang biasa, hidup dengan tenang tanpa memikirkan pertempuran dan rasa takut akan kematian yang bisa datang setiap saat.
Hari dimana akhirnya dia terbunuh di dalam medan perang, untuk sesaat Arang merasakan kedamaian yang sangat dia inginkan.
Tidak ada lagi perintah Dewa, tidak ada lagi tugas yang harus dia penuhi. Semuanya melebur menjadi kesunyian, begitu hening dan tenang.
Tetapi semua kedamaian yang Arang rasakan hanya bertahan sementara.
Dengan dalih memberikan hadiah karena telah banyak menyelesaikan tugas dari para Dewa, Arang diberikan dua pilihan.
Pilihan pertama Arang akan mendapatkan kesempatan Reinkarnasi. Memulai kehidupan baru dari awal dengan ingatan yang sepenuhnya dihapus.
Kemudian pilihan kedua menjadi Support System, Arang masih memiliki ingatan dan sebagian kecil kekuatannya, namun dia membutuhkan tubuh inang untuk bertahan hidup.
‘Lalu mereka memilih aku sebagai inang mu?.’
Aurelia bertanya setelah mendengar cerita dari Arang.
{Sepertinya begitu} Arang menjawab singkat.
‘Tapi kenapa mereka melakukan itu?. Menempatkan mu bersamaku yang tengah sekarat seperti ini. Bukankah banyak orang dengan keadaan lebih baik dariku, mereka lebih dari mampu mewujudkan kehidupan damai seperti yang kau inginkan!.’
Aurelia begitu emosi, dia merasa para Dewa telah bertindak tidak adil pada Arang.
‘Bagaimana mereka bisa melakukan hal keji seperti itu, seakan para Dewa memang sengaja ingin menyingkirkan mu.’
{Mungkin kau benar. Pertempuran yang aku lewati membuatku semakin kuat, hingga kekuatan itu hampir menyaingi Dewa. Itu membuat rasa takut memakan mereka secara perlahan}
Kekuatan Arang begitu besar, meskipun melewati reinkarnasi Arang tetapi masih terlalu kuat. Jika ingatannya dihapus, Arang mungkin akan menjalani kehidupan yang sama sebagai Utusan Dewa.
Karena itu Arang memilih untuk menjadi Support System.
***
Waktu terus berlalu, Aurelia mulai merasa rasa sakit di seluruh tubuhnya. Hanya tersisa sepuluh menit hingga efek penyembuhan dari meteor sepenuhnya lenyap.
‘Jika kau memiliki kesempatan kedua, kehidupan seperti apa yang kau inginkan Arang?.’
{Aku selalu ingin berkebun}
‘Berkebun?. Terdengar menyenang... Uhuk!’
Aurelia mulai batuk darah, tubuhnya tidak lagi dapat menahan himpitan beton. Arang terlihat begitu khawatir, namun tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu Aurelia.
Ditengah rasa sakit Aurelia mencoba untuk tenang, dia tahu semuanya akan berakhir sebentar lagi. Rasa sakit ditubuhnya akan lenyap, begitu pula dengan Arang yang akan menghilang karena kematian inangnya.
Tetapi apakah menang semuanya harus berakhir seperti ini?.
Bukankah ini tidak adil untuknya?.
Ratusan tahun bertempur, melayani Dewa. Aku tidak bisa membayangkan betapa rindunya ia dengan kedamaian.
Hingga kematian yang merupakan hal paling menakutkan bagi makhluk hidup, menjadi satu-satunya jalan untuknya meraih kedamaian yang Arang inginkan.
Aku ingin membantunya...
“Arang, aku ingin membuat kontrak dengan mu.”
Aurelia menggunakan seluruh tenaga yang masih tersisa untuk berbicara dengan mulutnya. Mata Arang terbelalak seakan begitu terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar.
{Jangan mencoba menambah penderitaan hanya karena kau merasa kasihan padaku}
Arang menatap Aurelia dengan wajah serius. Sebagai balasannya Aurelia hanya tertawa kecil.
‘Aku tidak mungkin bisa beristirahat dengan tenang jika membiarkanmu seperti itu.’ ucapnya dalam pikiran.
{Sudah ku katakan jika aku tidak ingin belas kasihan darimu}
Kontrak yang akan Arang berikan akan sangat membebani Aurelia, dia tidak ingin gadis itu mengambilnya hanya karena rasa kasihan.
‘Kau salah Arang,’ suara Aurelia mulai melemah.
‘Sebenarnya aku merasa takut,' Air mata Aurelia kembali mengalir. 'Begitu banyak hal yang ingin aku lakukan, Aku belum siap untuk mati.’
Pada akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi, ketakutan akan kematian yang selama ini Aurelia sembunyikan kini mengalir bersama air matanya.
Dalam waktu singkat Aurelia mengeluarkan seluruh harapan dan mimpi yang dia kubur dalam-dalam karena berpikir jika tidak mungkin dirinya bisa mendapatkan semua itu.
Namun disaat kematian mendekat, Aurelia merasakan penyesalan begitu dalam. Kenapa dia tidak mengejar apa yang dia inginkan, seandainya saja dia mau berusaha lebih keras bukan tidak mungkin mimpinya akan terwujud.
“Arang, kumohon berikan aku kesempatan kedua.” Aurelia meminta dengan putus asa.
Arang bangkit dari tempatnya duduk, dia lalu berdiri dibelakang kepala Aurelia, menatap gadis itu saat berusaha menyentuh kepalanya.
{Kau akan kehilangan kemanusiaan mu}
Ucapnya sembari mengusap air mata Aurelia, namun tentu dia tidak bisa melakukannya dengan tubuh astral.
Arang berusaha memberikan peringatan akan efek dari kontrak.
‘Jika menjadi manusia hanya memberikan penderita padaku, maka dengan senang hati aku akan membuang kemanusiaan di dalam diriku’
Melihat Aurelia sudah begitu bertekad, membuat Arang tidak dapat menolak. Topeng Leak kembali Arang kenakan, melihatnya kembali Aurelia merasa topeng itu tidak lagi terlihat menyeramkan seperti sebelumnya.
Arang terus mengucapkan mantra yang tidak Aurelia mengerti, darah gadis itu diambil lalu dioleskan pada wajahnya.
Waktu hanya tersisa dua menit, Aurelia merasakan rasa sakit mulai meningkat hingga penglihatannya semakin buram.
Suara Arang yang tidak berhenti mengucapkan mantra membuatnya merasa kantuk hingga akhir Aurelia tertidur.
{Bagus, ini berjalan dengan baik. Beruntung mantra itu berhasil aku selesaikan cepat waktu}
Suara Arang terdengar puas melihat Aurelia yang tertidur. Tangan dengan jari-jari hitam penuh noda yang terlihat mengerikan menyentuh kepala Aurelia.
Kali ini tangan itu berhasil menyentuhnya.
{Ini akan sedikit sakit}
Arang menarik kepala Aurelia kuat-kuat hingga terlepas dari tubuhnya yang tergencet beton.
Wajah Aurelia berubah seakan merasakan sakit, tetapi itu hanya sesaat karena lagu Nina Bobo yang Arang nyanyikan kembali mengantar Aurelia kedalam dunia mimpi.
{Tidurlah yang nyenyak sayang, karena mulai besok kehidupan baru kita akan dimulai}
Arang dengan hati-hati menggendong kepala Aurelia dalam pelukannya, seakan dia sedang menggendong seorang bayi.
Suara nyanyiannya yang begitu mistis terdengar di area sekitar reruntuhan pabrik hingga fajar menyingsing.
***
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments