Hukuman

"Zahraa! bangun ! ini udah jam 8 ! Kamu gak kerja!" Teriak Bu Nita mengetuk pintu kamar Zahra, Bu Nita hanya menggelengkan kepala, putrinya itu selalu saja bangun kesiangan.

Ia kaget dan melompat dari tempat tidur. "Astaga! " Teriak Zahra melirik jam dinding sudah mengarah pukul 8 pagi, "Aduh! telat nih! "racau Zahra, ia lupa jika hari ini sudah mulai berkerja.Kalau ingat, tak mungkin bangun sesiang ini, ia turun perlahan dari tempat tidur.

Zahra bergegas mengambil handuk. Lalu, dia berlari ke kamar mandi.Biasanya Zahra mandi super duper lama,kali ini mandi mode cepat sekali.Ia takut kembali di omelin bos galak itu

Zahra kelabakan kesana kemari cari sepatu di balkon.Tapi tidak ada, ia mondar-mandir, bolak balik mencari, tidak juga menemukan

Bu Nita tergelitik hatinya untuk bertanya, ia merasa kasihan Zahra bingung sendiri. "Cari apa kamu Ra? " Tanya Bu Nita, siapa tau bisa membantu Zahra dalam mencari barangnya,

"Itu Ma, anu..., " jawab Zahra gelagapan, ia panik dan tak tau harus menjawab apa pada mamanya.Tapi jika tidak memberi tahu, pasti mamanya akan marah padanya, ia melirik jam dinding sudah hampir mengarah ke angka 9

"Anu apa? " Tanya Bu Nita lagi ikut bingung dengan jawaban Zahra yang tak jelas dan terpotong-potong itu saking terlalu paniknya.

" Sepatu Zahra Ma. Yang Zahra jemur di atas balkon " jawab Zahra, ia akhirnya mengakui juga pada mamanya, Zahra berharap semoga mamanya tidak marah karna Zahra hilangkan sepi yang baru di belikan mamanya kemarin sore

"Oh itu, ada di rak sepatu, " kata Bu Nita menunjuk ke arah rak sepatu, dirinya baru ingat kalau mengangkat sepatu itu tanpa sepengetahuan Zahra, karna Zahra tertidur

Zahra balik ke kamarnya mengambil tas dan segera berangkat.Tak lupa,ia ambil sepatunya di rak sepatu, ia pergi tanpa pamitan kepada mamanya.Ia langsung berlari menuju kantor

Zahra harus masuk kantor sebelum Devan datang. Sebuah KTP jatuh dari tas Zahra ketika ia berlari ke ruangannya terlebih dulu, takut ketahuan Devan kalau dirinya terlambat.

Ruangan Zahra bersebelahan dengan Ruang kerja Devan.Apesnya, Zahra terciduk " Kamu baru datang? " tanya Devan, ia melihat Zahra terengah-engah mengatur nafasnya. Devan menduga Zahra terlambat datang ke kantor.

Zahra menoleh ke belakang. " Eh pak Devan, selamat pagi Pak " sapa Zahra nyengir kuda. Ia tak menyangka insting Devan sangatlah tajam bagai silet, tau saja kalau dirinya telat.

Devan mengangkat tangan kirinya, mengecek arloji di tangannya" Zahra, kamu terlambat 30 menit. Sebagai hukumannya, hari ini kamu lembur di kantor, " ujar Devan, ia bisa jadikan ini alasan agar bisa berduaan dengan Zahra, entah kenapa Devan bisa sebegitu tertarik pada Zahra.

"Apa! saya kan baru pertama kerja ,kok udah di suruh lembur " protes zahra pada Devan, pria itu sangat begitu menyebalkan baginya, masak terlambat 30 menit saja suruh lembur. Tidak adil!

"Siapa suruh telat! besok kalau kamu sampai telat lagi, saya suruh kamu nginap di kantor! " tegas Devan. Ia mengomeli Zahra karena wanita itu berani membantah perintahnya.

"Ngapain lagi! sana masuk! " Titah Devan, ia begitu kesal melihat Zahra mencebikkan bibir.Baginya, itu merupakan sesuatu yang di anggap melawan.Devan tidak menyukai itu.

"Iya pak," kata Zahra, ia masuk ke ruangan kerjanya, ia takut kalau Devan mengamuk apalagi sampai memecatnya.Baru kali ini, bosnya yang galak dan dingin itu sukses membuat nyali Zahra mendadak ciut.

"Apa-apaan! masak baru pertama kerja, udah di suruh lembu"omel Zahra, ia bisanya hanya ngedumel sendiri di ruangan sebagai rasa pelampiasan gejolak amarahnya pada Devan.

Devan yang mendengar Zahra ngedumel di ruangannya, tersenyum miring.Ia membuka pintu secara tiba-tiba.Agar Zahra kaget "Masih juga ngomel kamu! " bentak Devan, secara tiba-tiba membuka pintu ruangan.

Zahra Kaget saat Devan masuk ruangannya dan mendengar semua . "Enggak kok pak, ini saya mau bekerja " ujar Zahra sangat gugup, jantungnya hampir serasa mau copot dari badannya, Devan memang suka membuat orang mendadak jadi jantungan.

Devan keluar dari ruangan Zahra. "Untung, pak Devan gak jadi marah " gumam Zahra bernafas lega. Zahra pun mulai melakukan pekerjaannya, ia takut bos misterius itu kembali masuk secara tiba-tiba seperti tadi.

"Mbak Zahra, pak Devan manggil mbak ke ruangannya, " panggil Gino sekertaris Devan, ia sudah lama bekerja di kantor ini, Gino jadi orang kepercayaan Devan setelah Marvin, Asisten pribadi Devan yang lama telah resign.

"Ada apa ya? apa saya berbuat salah? " tanya Zahra. Ia begitu penasaran kenapa Devan memanggilnya, padahal dirinya sama sekali tidak berbuat salah atau apapun pada Devan.

"Saya kurang tau Mbak, lebih baik Mbak tanya saja ke pak Devan " jawab Gino, ia juga tidak tahu alasan Devan memanggil Zahra ke ruang kerjanya, Devan tidak memberitahu apa-apa ke dirinya.

"Baiklah kalau gitu.Oh ya, panggil saya Zahra aja.Jangan panggil saya Mbak," kata Zahra, ia sungkan di panggil mbak oleh Gino, Zahra tau dia dan Gino seumuran, hanya selisih satu bulan. Gino membalasnya dengan senyuman

.

Zahra bergegas menuju ke ruangan Devan, ia mengetuk pintu. "Masuk! " Teriak Devan dari Dalam. Zahra membuka pintu perlahan, dia takut penyakit gila Devan kumat, bisa bahaya nantinya.

"Ada apa pak memanggil saya? " Tanya Zahra, Ia begitu penasaran mengapa Devan panggil dirinya, lututnya gemetar menghadap Devan, dahinya berkeringat, entah kenapa, baru kali ini Zahra merasakan ketakutan yang begitu luar biasa

Devan mengeluarkan KTP, di letakkan di meja kerjanya. "Maaf pak, kalau boleh tau KTPnya siapa itu? " Tanya Zahra penasaran, Zahra bernafas lega karna Devan hanya berikan itu, bukan ingin mengamuk atau mengomelinya. Entahlah! pikirannya terlalu over thinking.

"Milik Zahrana nur Aunita," jawab Devan, Zahra mendelik dan langsung ambil KTP tersebut, ia malu sekaligus takut jika Devan sampai membaca KTP nya.Tapi benda itu sudah di tangan Devan, tak mungkin bila Devan tidak melihatnya. Zahra malu sekali.

"Rupanya, kamu single ya. Dari KTP kamu itu tertulis jika kamu belum menikah " celetuk Devan, ia memang cukup tertarik mencari tahu status Zahra saat mengetahui KTP yang di temukan ya milik Zahra, Devan merasa kagum dan juga tertarik pada gadis cantik itu.

"Ya, emang bapak sendiri sudah menikah? " Tanya Zahra, ia juga ikut penasaran dengan status bosnya yang galak dan dinginnya bak kulkas 7 pintu itu.ia juga penasaran, wanita mana sih yang mampu bersabar menghadapi galak dan super dinginnya pria tampan itu.

"Belum, " jawab Devan singkat. Sebenarnya, dia sudah bertunangan dari tiga tahun lalu.Tapi entah, tunangannya itu keluar negri dan tidak pernah mengabari dirinya lagi.

"Kasihan ya, sudah berumur 35 tahun belum menikah " ledek Zahra.Dugaannya benar, Devan belum menikah.Jangankan menikah, menatap wanita saja tatapannya begitu dingin sekali.

"Kamu meledek saya? " Tanya Devan, ia agak tersinggung dengan perkataan Zahra, Devan memang tidak suka jika ada orang berani meledeknya terlebih lagi seorang wanita.

"Bukan meledek sih pak, saya kasihan saja sama bapak " jawab Zahra, tak berniat untuk menyinggung perasaan bosnya itu.Zahra tau siapapun tak ingin disinggung soal statusnya.

"Sama saja! Cepat kembali ke ruangan kamu! Jangan lupa, siapkan proposal untuk besok! " Pinta Devan, kerjaannya yang begitu numpuk membuatnya tak ada waktu untuk bicara lagi, Devan juga sedang malas berdebat hari ini.

.

Zahra segera keluar dari ruangan bosnya, ia lanjut melangkah masuk ke ruangannya lagi.

"Dasar! mentang-mentang big bos, nyuruh

mendadak! mana harus selesai hari ini lagi! beneran lembur nanti malam " gerutu Zahra

Seharian Zahra berkutat dengan laptopnya hingga jam 5 sore. "Ra, kamu gak pulang?" Tanya gino, ia penasaran Zahra masih saja sibuk dengan pekerjaannya, padahal sudah waktunya jam pulang, begitu rajinnya Zahra.

"Nggak, aku lembur hari ini, " Jawab Zahra, tanpa menoleh ke arah Gino, ia fokus untuk mengerjakan proposal yang membuatnya pusing dan keblinger itu agar cepat selesai

"Kamu bikin masalah lagi ya, sama bos, aku pulang dulu ya! selamat berduaan dengan pak Devan.Makanya, jangan bikin masalah, "pamit Gino, ia mulai berani usilin Zahra, ia berniat untuk mengajak Zahra bercanda, agar tidak terkesan kaku dan menegangkan bagi Zahra.

Zahra terkejut dan mengejar gino."Jadi pak Devan juga lembur malam ini? " Tanya Zahra, dirinya tak menduga Devan juga lembur hari ini di kantor.Dia kira, hanya dia yang lembur hari ini.

"Iya, dia harus mempersiapkan bahan yang di presentasikan untuk meeting besok," jawab Gino. Gino melanjutkan langkahnya keluar ruangan, ia berdecak kagum pada bosnya yang berani membuat nyali dan mental Zahra ciut.

"Astaga, ternyata aku hanya berdua dengan bos kulkas 7 pintu dan perfeksionis itu," Zahra bertanya-tanya dalam hati,ia merasa harinya terlalu sial.Sudah lembur, malah dia sekarang hanya berdua saja dengan bosnya.

Zahra kembali ke ruangan, ia menyerahkan proposalnya dalam bentuk flashdisk kepada Devan."Perbaiki lagi, sesuaikan dengan data," ujar Devan setelah memeriksa proposal itu, Devan menggunakan alasan itu, agar ia lebih lama lagi di kantor dengannya, Devan sangat suka membuat Zahra marah, di mata Devan Zahra terlihat cantik ketika sedang marah.

Zahra keluar dari ruangan Devan dan kembali ke ruangannya. 'Ting', dering ponsel berbunyi dari ponsel zahra. Di rogoh nya tas tersebut untuk mengambil ponsel di dalamnya, ada sebuah pesan masuk di ponselnya, Zahra segera menghidupkan benda pipihnya itu.

[ Zahra, udah malem, kapan kamu pulang? ]

Sebuah pesan singkat dari Mamanya Zahra yang di kirim melalui aplikasi hijau.Sepertinya mamanya khawatir jika Zahra pulang terlalu larut.

[ Zahra ada jadwal lembur mendadak hari ini ma. Ntar kalo selesai Zahra pulang ]

Zahra balas pesan Mamanya.Devan masuk "Ini kopi panas untukmu, cepat di minum keburu dingin " kata Devan sambil letakkan kopi di meja Zahra, ia tahu Zahra sedang pening memikirkan pekerjaan kantor. Makanya, Devan membuatkan kopi untuk Zahra.

Zahra tersenyum, "Makasih, "ucap zahra, ia merasa bingung sekaligus heran melihat sikap bosnya yang suka berubah-ubah. Kadang seperti singa kelaparan, kadang seperti malaikat dan kadang sedingin es, yang dinginnya melebihi kulkas 7 pintu.

Devan segera keluar ruangan Zahra." Zahra menyesap kopi itu,"Wek! pahit banget! " Keluh Zahra, ia sedikit jengkel, Devan sengaja beri kopi pahit untuknya, . Zahra mendelik melihat tulisan dalam gelas kopi itu.

KOPI ITU PAHIT. YANG MANIS ITU ADALAH SENYUMANMU, NIKMATILAH KOPI ITU DENGAN SENYUMAN MANIS, KAMU AKAN MERASAKAN NIKMATNYA KOPI ITU TANPA PEDULIKAN PAHITNYA

"Aneh! Yang manis itu gula. " Gerutu Zahra, ia merasa ditipu oleh bosnya itu.Setelah selesai memperbaiki proposalnya. Zahra serahkan lagi proposal yang di buatnya kepada Devan.

"Bagus, bawa proposal ini besok. Dan satu hal lagi, jangan telat lagi. " Devan ingatkan Zahra, ia juga sudah selesai menyiapkan bahan presentasi untuk meeting besok.

Zahra segera mengemasi barangnya untuk segera pulang. hujan turun sangat deras kondisi jalan sudah basah terguyur air hujan, ia berhenti sejenak di lobi kantor, tak mungkin ia pulang ke rumah dalam keadaan hujan.

Zahra mendekap tubuhnya dengan kedua tangan. Devan membuka jasnya "Pakai ini, cuaca sangat dingin " ujar Devan.Melihat Asistennya itu kedinginan, ia berinisiatif memberikan jasnya agar Zahra sedikit merasa hangat, Devan tak mau Zahra sampai mengidap hipotermia nantinya.

"Pak Devan gak dingin pakai kemeja doang?" Tanya Zahra,ia tertegun bosnya kuat nahan dingin dengan memakai kemeja saja.Zahra takut, jika Devan sampai Demam dan masuk angin.

"Saya sudah kebal dingin, Kamu jangan khawatir " jawab Devan, tak ingin membuat Zahra begitu khawatir tentang dirinya, ia juga sudah Ter biasa dengan hawa dingin seperti itu.

"Pantes, dia sedingin kulkas " batin Zahra menatap Devan.Ia kagum, walau bosnya itu dingin dan galak, tapi memiliki hati nurani yang begitu sangat lembut dan penyayang.

Devan duduk di samping Zahra menunggu hujan reda. Sekitar 15 menit, hujan sudah agak sedikit reda. "Hujan mulai reda, ayo kita cepat pulang, "ajak Devan, ia beranjak berdiri dari duduknya.

Zahra kesulitan berdiri, kakinya kram karna terlalu lama duduk. Devan mengulurkan tangannya membantu Zahra berdiri. Zahra memegang tangan Devan berusaha berdiri.

Devan melangkah menuju mobilnya. "Pak," panggil Zahra berniat menghentikan Devan, rasanya tak enak jika tidak mengucapkan ucapan terima kasih kepada bosnya yang sudah meminjamkan jasnya kepada Zahra.

, pria itu terhenti dan berbalik menatap ke arah Zahra"Ada apa lagi ? " Tanya Devan, ia bingung kenapa Zahra memanggilnya, mungkin membutuhkan bantuan pikirnya.

" Terima kasih jasnya " ucap Zahra. Devan berbalik arah dan melanjutkan langkahnya, dia tersenyum lebar di mobil.Baru kali ini, ia mendengar ucapan terima kasih dari Zahra dengan tulus

Devan masuk mobil dan mengemudikannya pulang. Sedangkan Zahra, pulang ke rumah jalan kaki, ia tetap memantau Zahra dari dalam mobil.Tak tega rasanya jika harus meninggalkan Zahra pulang sendiri.Apalagi, malam semakin larut,

Tak jauh dari kantor, ada sejumlah pemuda mabuk bergerombol di tepi jalanan sepi, mereka biasa kumpul disana mengganggu pejalan kaki yang lewat di jalanan sepi begini.

"Woy, cewek woy! " Teriak seorang pemuda itu kepada temannya, seakan mereka sudah menemukan mangsa di depan mereka.

Salah satu dari pemuda itu menghampiri Zahra." Cantik, kok sendirian malam gini? " Tanya pemuda itu mencubit genit lengan Zahra, berniat menggoda gadis cantik berjilbab itu.

Zahra tak menjawab pertanyaan pemuda itu. Dia mempercepat langkahnya, para pemuda itu semakin antusias untuk mengejar Zahra

"Mau kemana, Ayo ikut Abang aja ya, " ajak pemuda itu memegang lengan Zahra dengan sangat erat, ia mencegah agar Zahra tak lari darinya.

"Lepasin! aku mau pulang aja! " teriak Zahra berusaha memberontak, ia terus berpikir keras agar bisa melepaskan diri dari pemuda yang seperti preman jalanan itu,tangannya terus di cengkram erat.Membuat Zahra tidak berkutik lagi.

"Mau kemana kamu! jalanan sepi gini gak bakal ada yang menolong kamu! " Bentak pemuda itu, kesal pada wanita yang ada di depannya itu selalu berusah selalu saja memberontak. Pemuda itu juga semakin megeratkan cengkeraman tangannya.

"Hey ! Lepasin dia ! " teriak seseorang dengan suara maskulin yang tak asing bagi Zahra, ia menatap nyalang ke semua pemuda nakal itu, pria itu tak membiarkan mereka menyakiti Zahra

"Siapa lo! berani-beraninya ikut campur sama urusan kita! " bentak pemuda itu melawannya Tanpa basa-basi, pemuda itu menyerang, mereka ingin membuat pria yang menolong Zahra babak belur karena sudah berani mengusik mereka.

pria itu membalas serangan dari salah satu pemuda yang menyerangnya 'Dughh!' satu tonjokan saja pemuda itu jatuh tersungkur kesakitan.

Pemuda itu dan gerombolannya lari ngibrit entah kemana, mereka urung melawan lagi

"Pak Devan " panggil Zahra menoleh ke arah orang yang menolongnya, dirinya tidak tahu jika Devan masih ada disini, memantaunya. Lagi-lagi, Zahra kagum Devan menolongnya untuk ke sekian kali.

"Iya, mana mungkin saya biarin kamu jalan kaki di jalanan sepi seperti ini " ujar Devan, dirinya tidak bisa hanya tinggal diam saat Zahra di sakiti pemuda-pemuda nakal itu.

"Terima kasih pak, sudah menolong saya " ucap Zahra, ia begitu beruntung Devan menolongnya.Kalau tidak, entah apa yang akan mereka perbuat kepada Zahra.

"Ayo " Ajak Devan, ia mengaitkan tangannya ke tangan Zahra ingin menemaninya pulang, takut mereka kembali lagi mengganggu Zahra

"Kemana pak? " Tanya Zahra,ia bingung sekali Devan tiba-tiba menggandeng tangannya, apa Devan akan menculiknya, Zahra terlalu berfikir buruk pada Devan

" Katanya pulang " jawab Devan, ia akan mengantar Zahra dan mengawalnya sampai rumah, kalo perlu mengawalnya sampai menjadi kekasih halalnya,Devan kebanyakan menghalu.

"Oh iya pak, lupa " kata Zahra menepuk dahi. Mereka berdua jalan bersamaan menyusuri jalanan yang sudah sangat sepi kendaraan.

"Eh Zahra, udah pulang " sapa Bu Nita senang, putrinya pulang dalam keadaan selamat.Ia sangat khawatir, jika Zahra pulang terlalu larut malam, dan di ganggu beberapa pria nakal yang berkeliaran di ujung jalan sana.

"Iya Ma, "jawab Zahra, ia begitu lega sekali sampai di rumahnya dengan aman dan tanpa gangguan dari mereka lagi, Devan melepas tangan Zahra dan membiarkannya masuk.

"Ini siapa Ra? " Tanya Mama Zahra, melihat pria yang mengantar Zahra pulang, bu Nita mengira pria itu adalah kekasihnya Zahra

"Ini pak Devan, bos aku Ma " jawab Zahra perkenalkan Devan ke mamanya, wanita paruh baya itu melempar senyum ke Devan, tidak tahu jika itu bos di tempat Zahra kerja.

Devan bersalaman dengan Bu Nita "Saya Devan Tante, bosnya Zahra " ucap Devan memperkenalkan dirinya, ia masih menjaga sopan santunnya.Walaupun, di kantor galak dan dingin pada Zahra.

"Saya Anita, mamanya Zahra" Mama Zahra berbalik memperkenalkan diri, dirinya nampak begitu senang putrinya mendapat bos yang baik, sopan-santun dan tidak pandang bulu.

."Ayo masuk " ajak Bu Nita mengajak Devan masuk rumah, lelaki itu pasti kelelahan sudah mengantar putrinya jalan kaki sampai rumah, bu Nita menghormati Devan sebagai bos putrinya itu.

"Maaf tante, saya buru-buru pulang. Udah kemaleman soalnya. Saya pulang dulu ya Tante " pamit Devan tak lupa iya bersalaman dengan bu Nita, tingkahnya seperti menantu yang sedang mengambil hati mertuanya, begitu sopan dan kalem.Tapi, kenyataannya, di kantor terkesan galak dan dingin banget.

"Ya udah, hati-hati ya "Bu Nita, sambil senyum ke Devan, begitu salut dengan kesopanan dan kesantunan pria yang menjadi bos putrinya itu.Andaikan saja Zahra memiliki suami yang seperti dia, tentu dirinya akan merasa tenang.

"Iya Tante " ucap Devan. Devanpun pergi meninggalkan rumah Zahra, langkahnya semakin lama semakin jauh dari rumah Zahra, bu Nita masih terpaku menatapnya.

Zahra, kayaknya pak Devan cocok tuh sama kamu " goda bu Nita, ngisengin Zahra, siapa tau bisa berjodoh sungguhan dengan Devan.

.

"Ck, Mama ada-ada aja deh. Pak Devan kan bos akuGood looking, kaya lagi,mana mau cewek dekil kayak aku. Pasti banyak lah ma, cewek cantik yang suka sama dia " timpal Zahra, ia tak mau berfikir terlalu jauh untuk memiliki seorang kekasih yang seperti Devan, pasti terlalu banyak wanita yang juga ingin memilikinya

"Tumben kamu muji dia, biasanya ngatain kulkas 7 pintu " sindir Mama Zahra. Zahra hanya menggelengkan kepala keheranan. Zahrapun masuk rumah.

"Papa belum pulang Ma ? " Tanya Zahra, Ia mencari papanya karna rumah masih sangat sepi sekali, Zahra berpikir kalau papanya udah pulang sedari tadi siang.

l

" Papa kamu d ke luar kota sama temannya. Jadi, 3 hari gak pulang," jawab Bu Nita. Sejak bisnisnya bangkrut, psuaminya sering keluar kota mencari pinjaman untuk membangun bisnisnya yang baru lagi.

Zahra melewati Mamanya menuju kamar, ia segera mandi dan membersihkan dirinya yang sudah sangat bau dan berkeringat.

Makasih ya udah mampir ke novel baru Author 😊🙏

Terpopuler

Comments

Land19

Land19

itu mah ide jahilnya bos mu Ra .
biar dia Deket terus sama kamu
kayaknya bos mu dah nyaman sama kamu ,

bentarr lagi juga bakalan ada cinta nih
huuy

2025-02-15

0

Dedlik Lik

Dedlik Lik

baru kerja sehari sudah tau kalau bosnya dingin kaya kulkas 7 pintu

2023-08-02

2

LISA

LISA

Ceritanya bagus Kak

2023-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 MENJENGKELKAN
2 Hukuman
3 ANDITA
4 terbongkar
5 KAGUM
6 DIKIRA PACARAN
7 MULAI SUKA
8 Masa lalu
9 DI SURUH NYARI PASANGAN
10 GIMANA CARANYA?
11 Saya mencintaimu Ra,
12 Saya mau pak,
13 Di kibulin
14 bonceng berdua
15 wanita cantik itu siapa?
16 aku harus apa?
17 Jawaban zahra
18 Ancaman
19 kembalinya Dita
20 ketahuan Ara
21 debat dengan Dita
22 rela menderita
23 Kalian pacaran?
24 Celaka
25 pergi dari hidupmu
26 dimana Zahra?
27 sudah berakhir
28 saya beli cafe ini
29 gak kangen saya?
30 Tinggalkan anak saya!
31 balasan setimpal
32 Melamar?
33 Di kira selingkuh
34 Aku cemburu
35 Resmi tunangan,
36 umumkan hubungan
37 sebuah peringatan
38 Ulang tahun membawa fitnah
39 kesempatan kedua
40 melawan preman
41 maaf untuk semuanya
42 Kejutan
43 Masa lalu Devan
44 melanjutkan pendidikan
45 menjaga hati
46 Obsesi Alex
47 kepulangan Devan
48 Melepas rindu
49 Janjiku
50 kebenaran
51 Terpaksa berpisah
52 Terpaksa berpisah part2
53 ikhlas
54 Aku hamil
55 Antusias mantan
56 Kecelakaan
57 kamulah penyebabnya
58 melakukan sedikit perlawanan.
59 Ambisi licik
60 sekarang waktunya.
61 Bawa Dia pak!
62 Rencana Miko
63 mendukung dalam diam
64 Berjauhan
65 harapan
66 Tak ingin menyakiti
67 penculikan Zahra
68 Berusaha lolos
69 Jangan mudah percaya
70 Fakta sebenarnya
71 Selamat dari maut
72 Terima kasih
73 sebuah tragedi
74 Aku titipkan Dia,
75 Maafkan ibu
76 berjuanglah demi dia
77 menutupi kebenaran
78 Berbohong
79 menemani berjuang
80 drop
81 kebahagiaan di balik kesedihan
82 pernikahan
83 the power of Zahra
84 Bersyukur
85 Balas Budi
86 Terluka
87 memilih sendiri
88 Menghindar
89 Dia belum menikah Ra
90 kan selalu terkenang
91 surat dari Devan
92 Devan kecil
93 Bertemu Lia
94 Pernikahan kedua
95 Woro-Woro
96 karya baru
Episodes

Updated 96 Episodes

1
MENJENGKELKAN
2
Hukuman
3
ANDITA
4
terbongkar
5
KAGUM
6
DIKIRA PACARAN
7
MULAI SUKA
8
Masa lalu
9
DI SURUH NYARI PASANGAN
10
GIMANA CARANYA?
11
Saya mencintaimu Ra,
12
Saya mau pak,
13
Di kibulin
14
bonceng berdua
15
wanita cantik itu siapa?
16
aku harus apa?
17
Jawaban zahra
18
Ancaman
19
kembalinya Dita
20
ketahuan Ara
21
debat dengan Dita
22
rela menderita
23
Kalian pacaran?
24
Celaka
25
pergi dari hidupmu
26
dimana Zahra?
27
sudah berakhir
28
saya beli cafe ini
29
gak kangen saya?
30
Tinggalkan anak saya!
31
balasan setimpal
32
Melamar?
33
Di kira selingkuh
34
Aku cemburu
35
Resmi tunangan,
36
umumkan hubungan
37
sebuah peringatan
38
Ulang tahun membawa fitnah
39
kesempatan kedua
40
melawan preman
41
maaf untuk semuanya
42
Kejutan
43
Masa lalu Devan
44
melanjutkan pendidikan
45
menjaga hati
46
Obsesi Alex
47
kepulangan Devan
48
Melepas rindu
49
Janjiku
50
kebenaran
51
Terpaksa berpisah
52
Terpaksa berpisah part2
53
ikhlas
54
Aku hamil
55
Antusias mantan
56
Kecelakaan
57
kamulah penyebabnya
58
melakukan sedikit perlawanan.
59
Ambisi licik
60
sekarang waktunya.
61
Bawa Dia pak!
62
Rencana Miko
63
mendukung dalam diam
64
Berjauhan
65
harapan
66
Tak ingin menyakiti
67
penculikan Zahra
68
Berusaha lolos
69
Jangan mudah percaya
70
Fakta sebenarnya
71
Selamat dari maut
72
Terima kasih
73
sebuah tragedi
74
Aku titipkan Dia,
75
Maafkan ibu
76
berjuanglah demi dia
77
menutupi kebenaran
78
Berbohong
79
menemani berjuang
80
drop
81
kebahagiaan di balik kesedihan
82
pernikahan
83
the power of Zahra
84
Bersyukur
85
Balas Budi
86
Terluka
87
memilih sendiri
88
Menghindar
89
Dia belum menikah Ra
90
kan selalu terkenang
91
surat dari Devan
92
Devan kecil
93
Bertemu Lia
94
Pernikahan kedua
95
Woro-Woro
96
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!