"Rose, mau ngapain Ayah dan Bundamu kemari?" Rina memperhatikan Martin dan Marlina yang berjalan di parkiran menuju ruang kepala sekolah.
Rose ikut mengintip dari jendela kelasnya yang ada dilantai dua sekolah mereka. "Nggak tahu. Ayah sama Bunda nggak ada bilang-bilang kok ke Rose kalau mau ke sekolah," ucapnya merasa bingung.
"Jangan-jangan kau tidak naik kelas Rose, tuh lihat, Paman dan Bibi menuju ruang kepala sekolah," Norsa ikut bergumam di.samping telinga sepupunya itu.
Plak!
Buku tulis Rose seketika mendarat tepat di kepala Norsa tanpa kekuatan tenaga. "Enak saja, biar gini aku pasti naik kelas lah Sa, aku gak bodoh-bodoh amat, liat aja nanti," ucapnya tidak terima. Norsa yang menerima pukulan buku di kepalanya oleh Rose hanya menunjukan cengiran tidak bersalahnya.
"Rina! Rose! Norsa!"
Ketiganya tersentak kaget, lalu buru-buru kembali ke kursinya masing-masing ketika melihat ibu Mira, sang wali kelas memasuki kelas dengan membawa setumpuk raport dalam pelukannya.
"Kalian sedang mengintip apa?" tanya ibu Mira lagi, menatap ketiga muridnya yang merasa.malu karena mendapat sorakan dari teman-teman sekelasnya.
"Kami melihat kedua orang tua Rose yang datang ke ruang bapak kepala sekolah Bu," sahut Rina mewakili Rose dan Norsa.
"Sudah! Diam!" sentak ibu Mira ketika masih terdengar keributan siswa-siswinya.
"Baik, semuanya tertib, jangan ada yang ribut. Sebentar lagi Ibu mau membagikan raport kalian. Mulai besok kita akan libur sampai pertengahan Juli. Gunakan waktu liburan kalian sebaik mungkin. Yang berprestasi sebisa mungkin di pertahankan di kelas 12 nanti, yang nilainya kurang ditingkatkan belajarnya, yang tinggal kelas?" wali kelas sengaja menjedah ucapannya, menatap semua siswanya yang diam menegang.
"Semuanya naik kelas!" seru sang wali kelas dengan senyum lebarnya.
"HORE!!!" Seketika gemuruh tempik sorak semua siswa membuat kegaduhan didalam kelas.
...⚘️⚘️⚘️...
Di ruang Kepala Sekolah.
"Selamat pagi," ucap Martin memasuki ruang kepala sekolah bersama Marlina isterinya.
"Selamat pagi juga pak Martin dan ibu Marlina. Mari silahkan duduk," Hartanto Widjaya, sang kepala sekolah SMU Negeri Tangga Arang mempersilahkan kedua tamunya masuk.
"Maaf, sepertinya kami datang terlambat," ucap Martin berbasa-basi, melihat Reyn dan kedua orang tuanya sudah lebih dulu ada disana.
"Tidak pak Martin, sesuai janji kita bertemu jam 10 pagi," ucap Hartanto sembari memperhatikan jam dinding di ruangannya.
"Baiklah, karena kita semua sudah berkumpul silahkan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu menyampaikan apa yang menjadi dasar pertemuan kita pagi ini," ucapnya mempersilahkan.
Reyn lebih dulu membuka suaranya sebagai kata pengantar dari pembicaraan penting mereka, sebelum orang tuanya dan kedua orang tua Rose berbicara. Wajah Hartanto sedikit demi sedikit terlihat menegang mendengar penuturan Reyn yang sudah menjadi anggota guru selama tiga tahun di sekolah itu.
Kemudian berlanjut pada Martin. Hartanto semakin menyimak dengan baik, sesekali ia harus memperbaiki posisi duduknya begitu pula dengan kaca matanya yang sering naik turun akibat rasa tegangnya.
"Apa Rose tahu masalah ini?" selidik Hartanto, karena gadis yang menjadi pusat pembicaraan mereka tidak turut hadir dalam pertemuan penting mereka pagi itu.
"Belum pak Kepala Sekolah," sahut Martin.
Hartanto terlihat menganggukan kepalnya pelan, dirinya terlihat sedang menimbang hal apa yang paling tepat ia katakan dalam forum ini.
"Pak Martin, Anda adalah ayahnya Rose, dan Anda juga berkerja sebagai seorang kepala Dinas di instansi pemerintah kota kabupaten kita ini, tentu Anda sangat tahu tentang undang-undang terbaru di negara kita tahun 2019, bila seorang wanita baru boleh menikah dan sah secara negara bila sudah genap berusia 19 tahun. Dan Rose, dia masih berusia 18 tahun kelas 11." Urai Hartanto.
"Iya, saya tahu tentang peraturan perundangan-undangan pernikahan itu Pak, dan dua hari lagi Rose sudah berusia 19 tahun." jelas Martin.
"Lalu bagaimana kalau Rose nantinya mengandung? Sedangkan ditahun ajaran baru nanti dia masih di kelas 12," Hartanto menatap masing-masing tamunya satu persatu termasuk Reyn yang menjadi anggota guru pengajar di sekolah yang ia pimpin.
Martin dan Marlina melirik pada Reyn begitu pula dengan Haswan dan Sarina, kedua orang tua Reyn.
"Saya bisa menjamin, Rose tidak akan mengandung sampai dia menyelesaikan pendidikannya di SMU ini Pak," ucap Reyn yakin.
"Anda yakin pak Reyn?" Hartanto sekali lagi memastikan.
"Saya yakin Pak," tegasnya.
Hartanto kembali menganggukan kepalanya pelan. Baginya sangat sulit mengambil kebijakan dalam pembicaraan penting mereka pagi itu.
"Selama saya menjadi kepala sekola SMU ini, baru kali ini saya menghadapi masalah seperti ini." ungkap Hartanto datar.
"Sebenarnya saya keberatan dengan rencana ini, karena sangat sensitif. Saya tidak bisa menyetujui, juga tidak bisa melarang, mengingat alasan yang telah disampaikan kedua belah pihak keluarga mengapa keputusan pernikahan Reyn dan Rose ini harus dilakukan." Hartanto berusaha menyampaikan apa yang ada dalam benaknya.
"Jadi saya harap, ini menjadi tanggung jawab kedua belah pihak keluarga, termasuk Anda pak Reyn." Hartanto menatap wajah Reyn yang juga sedang memandang kearahnya.
"Jadikan apa yang Anda jamin tadi, kalau Rose tidak akan mengandung selama masih menjadi siswi SMU sekolah ini sebagai catatan yang harus kita tanda-tangani bersama, kemudian pernikahan ini harus menjadi rahasia khusus untuk sekolah kita, karena saya tidak ingin ini akan menjadi contoh bagi siswa yang lain,"
"Dan saya juga harap, pak Reyn tetap harus adil dalam memberikan nilai pelajaran pada Rose sama seperti pada siswa lainnya, walau ia adalah isteri dari pak Reyn nanti." ucap Hartanto lagi.
...⚘️⚘️⚘️...
Tin! Tin!
"Bunda lihat 'kan Steven tetap berusaha menemui putri kita, padahal kemarin Bunda sudah cerita apa yang dikatakan ibunya pada kita," ucap Martin lalu menghentikan mobilnya didekat terminal bus sekolah.
"Jadi keputusan kita untuk menikahkan Rose dengan Reyn adalah langkah yang tepat. Ayah curiga, ibunya Steven hanya bicara seperti itu pada kita tapi tidak pada anaknya," duga Martin.
Rose menoleh, ia melihat mobil ayahnya berhenti didekatnya, begitu pula mobil orang tua Reyn yang dikemudikan oleh Reyn juga berhenti dibelakang mobil ayahnya.
"Maaf Kak, aku tidak bisa ikut kak Steven lagi. Permisi," Rose bergegas, ia takut ayahnya akan marah bila dirinya tidak segera naik ke mobil.
Steven terpaku dimotornya, pemuda itu hanya bisa melihat Rose masuk kemobil ayahnya dengan perasaan sedih, sudah tiga hari ini hatinya begitu kacau memikirkan hubungannya dengan Rose yang kian merenggang.
"Norsa! Ayo naik! Paman antar!" panggil Martin.
"Iya Paman," Norsa buru-buru naik sambil menarik pergelangan tangan Rina untuk mengikutinya.
"Ayo!" paksa Norsa karena Rina berusaha menolak.
"Ayo Rina, Om antar," Martin menawarkan.
"Terima kasih Om, Rina naik bus saja, lagipula rute kerumah Rina berlawanan arah," ucap Rina.
"Oh iya Om lupa," ucap Martin sambil tertawa. "Kalau begitu kami duluan ya?"
"Iya Om," Rina melambaikan tangannya saat mobil ayah Rose perlahan meninggalkannya, begitu pula mobil yang dikemudikan Reyn dibelakangnya.
Setelah mobil itu menjauh Rina mendekati Steven yang masih menatap mobil ayah Rose dikejauhan.
"Kak Steven," suara Rina dibuat selembut mungkin.
Tidak ada sahutan, Steven masih pokus pada apa yang dilihatnya.
"Kak Steven," kali ini bukan hanya mulutnya yang berbicara, tapi tangan Rina menyentuh lengan Steven untuk menyadarkan lamunan lelaki itu.
Berhasil. Steven menoleh dengan wajah datarnya.
"Aku boleh ikut kak Steven? Rumah kita searah," ucapnya sambil tersenyum semanis mungkin.
"Maaf, saya sibuk,"
Drum. Drum. Drum.
Begitu mesin motornya hidup, Steven bergegas meninggalkan Rina tanpa pamit, membuat gadis itu menyentakan kakinya diaspal hingga beberapa kali dengan raut kesal.
Suara cekikikan dan bisik-bisik tidak jelas terdengar disegala penjuru terminal bus sekolah, membuat Rina mendelikan matanya menatap wajah-wajah yang mengeluarkan suara yang semakin mengesalkan hatinya.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sena judifa
rose taukh mw dinikahkn
2023-10-25
1
auliasiamatir
hummm rina mo jadi orngkgianat
2023-10-20
1
Teteh Lia
hai Kaka...
aq mampir lagi nih...
🌹
2023-10-18
1