"Daddy senang mendengarnya, kalau Valen dapat merubah sifatnya kamu boleh memikirkan untuk kembali dengan Valen," ucap Opa Gerald.
"Iya Dad," jawab William.
"Bagaimana Edward, apakah masih ada yang sakit?" tanya William dengan wajah kuatir.
"Sudah mendingan Dad." jawab Edward.
"Syukurlah." jawab William.
"Oh iya Dad, besok Daddy bisa kan ke perusahaan karena Edward masih terluka." pinta Edward.
"Tentu bisa, apakah ada masalah di perusahaan?" tanya William.
"Ada Dad, laporan keuangan perusahaan mengalami masalah nanti Daddy di bantu sama sekretaris Edward." ucap Edward.
"Ok," jawab William singkat.
Mereka pun mengobrol hingga akhirnya satu persatu pergi meninggalkan ruang perawatan dan hanya menyisakan Edward dan William.
xxxxxxxxxxxx
Satu Bulan Kemudian
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya, Edward kini sudah sehat dan bisa beraktifitas kembali seperti biasanya sedangkan William sibuk dengan perusahaan miliknya yang berada di luar negri.
Edward sangat bahagia karena ternyata istrinya masih hidup, istrinya kembali atas permintaan William karena Edward tidak ada semangat untuk hidup.
xxxxxxxxxx Flash Back On xxxxxxxxxx
"Edward, kenapa wajahmu seperti orang tidak semangat hidup?" Tanya William ketika mereka berada di mansion milik William.
"Edward sangat merindukan Alona, Dad." Jawab Edward dengan mata berkaca-kaca.
"Jika seandainya Alona masih hidup, apakah Kamu akan menyakiti hati dan fisiknya?" Tanya William.
"Tidak Dad, Edward tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Jawab Edward dengan nada penuh keyakinan.
Tanpa menjawab ucapan Edward, William menjentikkan jarinya dan tidak berapa lama datang orang tua William dan Alona istri dari Edward.
"Alona." Panggil Edward sambil berjalan ke arah Alona.
"Iya Kak." Jawab Alona.
Grep
"Aku sangat merindukanmu." Ucap Edward.
"Aku juga." Jawab Alona sambil membalas pelukan suaminya.
Setelah beberapa saat mereka melepaskan pelukannya kemudian Edward menatap William, Opa dan Oma Monika secara bergantian.
"Oma, Opa dan Daddy, kenapa menyembunyikan Alona?" Tanya Edward penasaran.
"Oma sengaja menyembunyikan Alona karena Kamu dan Mommymu dan keluarga Alona sering menyiksa baik fisik maupun hatinya." Ucap Oma Monika menjelaskan.
"Jika Kamu mengulangi kesalahan yang sama maka Alona akan Opa jodohkan dengan anak rekan bisnis Opa." Ucap Opa Gerald dengan nada mengancam.
"Jangan Opa, Edward janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." Janji Edward.
"Opa percaya sama Kamu dan Opa harap untuk sementara jangan Kamu kenalkan Alona dengan Mommymu." Pinta Opa Gerald.
"Tenang saja Opa." Jawab Edward dengan nada penuh keyakinan.
Sejak saat itu Edward benar-benar berubah, tidak lagi menyiksa ataupun menghina istrinya. Alona sangat bahagia melihat suaminya sudah mulai berubah.
xxxxxxxxxx Flash Back Off xxxxxxxxxx
Hingga suatu ketika terjadi keributan di mansion milik Valen di mana Valen kedatangan tamu yaitu Arsene adik iparnya Valen bersama Edward putra sulungnya Valen dengan William.
Mereka ingin menemui istrinya yang bernama Ririn sekaligus adik kandungnya Valen bersama putra mereka yang bernama Vincent untuk mengucapkan selamat berpisah karena Arsene sudah mantap untuk menceraikan istrinya.
Ceklek
Edward membuka pintu dan masuk ke dalam dengan diikuti oleh Arsene. Arsene melihat Valen, Ririn dan Vincent yang sedang asyik mengobrol tanpa menyadari kalau Arsene berada di belakang Edward.
"Edward," panggil Valen dan Ririn bersamaan.
"Ada yang ingin bertemu dengan Tante," ucap Edward sambil menggeser kan tubuhnya ke arah samping tanpa menjawab panggilan Valen dan Ririn.
"Kak Arsene?" tanya Ririn dengan wajah terkejut sekaligus bahagia karena bisa bertemu dengan pria yang dicintainya.
"Apa kabar Ririn?" tanya Arsene basa basi.
"Seperti yang Kak Arsene lihat, ke dua kakiku lumpuh dan putra kita buta," Jawab Ririn dengan wajah sedih.
"Ini semua gara-gara kamu Arsene, adikku jadi seperti ini,'' ucap Valen dengan wajah kesal.
Arsene menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian menatap Valen dengan tatapan kesal.
"Salahku? seharusnya sebelum bicara mikir dulu jangan menyalahkan orang lain," ucap Arsene dengan wajah kesal.
"Cih ... Mentang-mentang ada perempuan yang tidak tahu diri itu kamu jadi berani!" teriak Valen.
"Cukup! Jangan pernah menjelekkan Angel karena Angel lebih baik dari Adikmu!" teriak Arsene sambil menatap tajam ke arah Valen.
"Dasar kurang aj*r!" bentak Valen sambil mengangkat tangannya ke atas.
"Jangan pernah mencoba menyentuhku," ucap Arsene yang tidak kalah keras suaranya sambil menahan tangan Valen.
"Ini sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Angel?" tanya Ririn dengan wajah bingung.
"Angel calon istriku dan aku ingin kamu menandatangani surat perceraian kita," jawab Arsene dengan nada tegas dan dingin sambil melepaskan tangan Valen.
"Tidak, aku tidak mau kita bercerai. Apa kamu tidak kasihan melihatku lumpuh dan putra kita buta?" tanya Ririn sambil menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
"Maaf, kakak akan tetap menceraikan mu karena perbuatan mu membuat Kakak jadi gi*a dan masuk rumah sakit jiwa dan untunglah Angel menyelamatkan aku dari keterpurukan," jawab Arsene yang sudah sangat kecewa dengan Valen terlebih dengan istrinya yang bernama Ririn.
"Aku tidak percaya, ini pasti hanya ide gi*a dari wanita murahan itu," ucap Valen dengan nada sarkas.
Grep
'Apakah Nyonya Valen ingin aku bongkar rahasia masa lalu Nyonya di depan putra Nyonya Valen, adik kandung Nyonya dan ponakan Nyonya kalau Nyonya Valen menjebak seorang pria agar bisa dinikahi,' bisik Arsene sambil menarik tangan Valen agar dekat dengan dirinya.
Arsene yang awalnya memanggil Valen dengan sebutan Kakak kini berubah menjadi Nyonya karena dirinya sudah tidak menganggap Valen sebagai Kakak iparnya.
"Kamu ..." ucapan Valen terpotong oleh Arsene.
'Atau Nyonya ingin aku umumkan ke dunia kalau Vincent bukan putra kandungku? Aku ingin tahu bagaimana perasaan Vincent ketika mengetahui kalau aku bukan Ayah kandungnya,' bisik Arsene sambil tersenyum menyeringai.
"Kamu ..." ucapan Valen terpotong lagi oleh Arsene.
'Nyonya dan Ririn sudah bekerjasama menghancurkan mansion ku dan mengambil asuransi mansion milikku di tambah asuransi jiwa milik Ririn dan Vincent karena mereka berdua dinyatakan meninggal dunia. Aku tidak akan segan-segan melapor ke polisi kalau kalian sudah melakukan tindakan penipuan. Apakah kalian siap masuk penjara?' tanya Arsene sambil masih berbisik.
"Suruh Adik kesayanganmu tanda tangani surat perceraian kalau tidak maka aku tidak segan-segan melakukan apa yang barusan aku katakan," ucap Arsene sambil menatap Valen yang wajahnya mulai pucat pasi.
"Ririn, tanda tangani surat perceraian, cepat!" Perintah Valen.
"Tapi Kak ..." ucapan Ririn terpotong oleh Valen.
"Tidak ada tapi-tapian, lakukan atau Kakak akan bunuh diri," ancam Valen yang tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
Arsene berjalan ke arah Ririn kemudian menyerahkan selembar kertas surat perceraian.
"Daddy, aku buta kenapa Daddy dan Mommy bercerai?" tanya Vincent dengan wajah penuh kecewa.
"Maafkan Daddy, ini semua gara-gara ulah Tante dan Mommy mu yang membuat Daddy terpaksa melakukan ini," ucap Arsene yang tidak tega dengan Vincent karena bagaimanapun dirinya ikut andil merawat Vincent sejak kecil.
"Apa karena wanita yang tidak punya malu itu maka Daddy ingin bercerai dengan Mommy?" tanya Vincent sambil menahan amarahnya.
"Jangan pernah menyalahkan Angel tapi salahkan Tante dan Mommymu yang membohongi Daddy dengan berpura-pura kalau kalian meninggal," ucap Arsene sambil menahan kesal terhadap putra tirinya.
Arsene sangat tidak suka ketika ada yang menjelekkan Angel karena bagi Arsene kalau Angel adalah seorang malaikat yang tidak bersayap di mana saat itu Angel menyelamatkan hidup Arsene dari kegelapan.
"Kami memang salah, tapi apakah tidak ada kesempatan ke dua untukku?" tanya Ririn yang tidak ingin dirinya bercerai.
"Kakak sudah menerima dirimu apa adanya itu sudah kesempatan ke dua tapi apa yang aku dapatkan? Kalian membohongi diriku dengan pura-pura kalian berdua meninggal dunia membuatku menjadi gi*a," jawab Arsene dengan nada dingin dan berwajah datar.
"Kalau begitu kesempatan ketiga," pinta Ririn berusaha agar tidak bercerai.
"Kesempatan ke tiga waktu aku sangat sedih kehilangan kalian tapi kalian malah jalan-jalan ke luar negri dan bersenang-senang. Jadi kesempatan itu sudah tidak ada lagi," jawab Arsene dengan tegas.
"Tanda tangani surat perceraian," Sambung Arsene.
"Tidak," jawab Ririn dengan tegas.
"Kalau begitu kakak akan laporkan kamu dan Kakak mu kalau kalian berdua telah menipu pihak asuransi dan bisa terancam di penjara," ucap Arsene dengan nada tegas dan tidak punya rasa empati sedikitpun.
"Kakak tega melakukan itu padaku?" tanya Ririn dengan wajah terkejut.
''Kenapa tidak tega? Sekarang tanda tangani atau kita bertemu di pengadilan," ancam Arsene yang tidak memperdulikan perasaan Ririn.
"Tante Ririn, lebih baik tanda tangani surat perceraian Tante dan Paman," ucap Edward yang sejak tadi diam menyaksikan Valen dan Arsene berdebat.
Sebenarnya Edward tidak tega melihat kondisi Tante Ririn yang sedang lumpuh namun kesalahan Tante Ririn terlalu fatal karena itulah Edward tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Edward, Tante sangat mencintai Kak Arsene dan tidak ingin bercerai," ucap Ririn dan tidak berapa lama air matanya keluar.
"Edward tahu, tapi perbuatan Tante di masa lalu membuat Paman Arsene tidak bisa memaafkan kesalahan Tante jadi lepaskan Paman Arsene dan memulai hidup baru," jawab Edward dengan kata bijaknya.
"Arsene, apakah kamu tega melihat Adikku menangis?" tanya Valen dengan nada memohon untuk ke dua kalinya.
Pertama ketika Valen memohon sambil berlutut di depan Arsene agar mau menikah dengan Adik kandungnya karena Adik kesayangannya ingin bunuh diri terlebih saat itu adik kandungnya sedang hamil bersama pria lain.
"Aku sudah berapa kali mengalah tapi kalian berdua sangat egois. Kalian tidak pernah tahu bagaimana waktu itu aku sangat sedih kehilangan istri dan putraku hingga membuatku gi*a terlebih Nyonya. Nyonya yang sudah tahu .. eh bukan tepatnya kalian bersekongkol kalau ternyata istri dan anak kami masih hidup tapi masih saja datang ke rumah orang tuaku dan menyalahkan aku membuatku semakin bertambah bersalah. Aku tidak bisa memaafkan kalian lagi karena kesalahan kalian sangat fatal." ucap Arsene sambil meletakkan dokumen perceraian di meja dekat ranjang.
"Terserah kamu tanda tangani atau tidak karena yang pasti jika dalam dua hari surat perceraian itu tidak aku terima maka kita bertemu di pengadilan," ucap Arsene sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
"Kak Arsene!" teriak Ririn.
Arsene tetap melangkahkan ke dua kakinya tanpa memperdulikan teriakan Ririn hingga Arsene menghilang dari pandangan mereka.
"Akhhhhhhhh.... Aku benci Kakak, gara-gara Kakak rumah tanggaku hancur!!" teriak Ririn.
Plak
"Jangan berteriak dan jangan salahkan Kakak!!" teriak Valen kemudian menampar Ririn untuk pertama kalinya.
"Apa kamu lupa kalau kamu punya ide untuk menghancurkan rumah kalian dan membuat kalian pura-pura meninggal supaya mendapatkan uang yang sangat banyak dari pihak asuransi?" tanya Valen yang tidak ingin disalahkan.
"Tapi seharusnya Kakak sebagai orang yang dituakan itu, jika adiknya melakukan kesalahan di kasih tahu bukannya di dukung," ucap Ririn dengan nada naik satu oktaf sambil memegangi pipinya yang perih.
"Cape ngomong sama kamu,'' ucap Valen yang merasa dirinya sangat yakin tidak bersalah sedikitpun.
Valen pergi meninggalkan putranya yang bernama Edward, adiknya yang bernama Ririn dan ponakannya yang bernama Vincent menuju ke arah kamar Valen sambil memijat keningnya yang pusing.
"Edward, tolong bantu Tante dan putraku Vincent agar bisa pergi dari sini," Mohon Ririn.
"Kalau begitu ikut Edward ke mansion milik Edward," ucap Edward yang tidak tega melihat Tante Ririn sedih begitu pula dengan ponakannya.
"Terima kasih Edward. Jujur dengan kejadian ini Tante sangat menyesal karena dulu suka menghina dan memarahi Alona dan kini Tante sadar kalau Tante sudah mendapatkan karma. Seandainya Alona masih hidup Tante ingin memeluk Alona untuk meminta maaf atas kesalahan ku selama ini," ucap Ririn bersungguh-sungguh.
"Alona sebenarnya masih hidup dan sekarang ada di mansion milik Edward kalau Tante mau bertemu dengannya silahkan," ucap Edward.
"Apa? Alona masih hidup?" tanya Ririn dengan wajah terkejut.
"Ya masih hidup," jawab Edward.
"Kalau begitu antar kan Tante untuk bertemu dengan Alona," pinta Ririn.
"Baik, Edward akan panggilkan pelayan untuk mendorong kursi roda," ucap Edward.
Edward menghubungi kepala pelayan untuk datang ke kamar Ririn dan tidak berapa lama pintu kamar Ririn di ketuk dan Edward memintanya untuk masuk ke dalam. Edward mengangkat tubuh Ririn ke arah kursi roda kemudian berlanjut menggendong Vincent untuk diletakkan ke kursi roda.
"Dorong kursi roda ponakan ku!" perintah Edward.
"Baik Tuan," jawab kepala pelayan.
Kepala pelayan mendorong kursi roda Vincent sedangkan Edward mendorong kursi roda milik Ririn kemudian mereka keluar dari kamar Ririn.
Kepala pelayan dan Edward mendorong kursi roda hingga sampai di pintu utama mereka berhenti karena Valen memanggil Edward dan Ririn.
"Edward, Ririn mau kemana?" tanya Valen.
"Mulai sekarang dan seterusnya aku dan putraku tidak akan menginjakkan kaki di mansion ini karena aku sangat membencimu, Kak," jawab Ririn.
"Ririn!!" bentak Valen.
"Ayo Edward kita pergi dari sini," ucap Ririn tidak perduli dengan bentakan Valen.
"Edward," panggil Valen.
"Maaf Mom, gara-gara Mommy rumah tanggaku berantakan. Seharusnya sebagai orang tua membimbing kami agar rumah tangganya selalu rukun bukan seperti ini. Mommy sangat egois gara-gara Mommy dendam dengan keluarga Alona, Mommy memisahkan Edward dengan Alona," ucap Edward dengan wajah penuh kecewa.
"Rumah tangga Edward nyaris berantakan di tambah adiknya Mommy rumah tangganya juga ikut berantakan. Mommy ikut andil merusak rumah tanggaku dan juga rumah tangga adiknya Mommy jadi mulai sekarang dan seterusnya Edward tidak akan menginjakkan kaki ke mansion ini." Sambung Edward.
Selesai mengatakan hal itu Edward mendorong kursi roda Ririn dan keluar dari mansion megah tersebut dengan diikuti oleh kepala pelayan.
"Akhhhhhhhh... Kenapa jadi seperti ini?" tanya Valen sambil berteriak histeris.
"Hahahaha... semua pergi meninggalkan aku, suamiku, putra kesayanganku Edward, Ririn dan ponakanku Vincent." ucap Valen sambil tertawa seperti orang gi*a.
Valen tertawa sendiri sambil membalikkan badannya dan berjalan ke arah tangga menuju ke kamar Valen.
"Mansion semegah ini .... Hahahaha ... hanya aku tinggal sendiri ... Hahahaha ... kalian pergilah karena aku ingin tinggal di sini sendirian," ucap Valen sambil masih tertawa.
Satu demi satu Valen menaiki anak tangga dan entah kenapa ketika hampir sampai di lantai dua salah satu kakinya tepatnya kaki kanan Valen tiba-tiba keseleo membuat Valen jatuh kemudian tubuhnya terguling - guling.
"Akhhhhhhhh...." teriak Valen ketika tubuhnya terguling - guling di lantai.
Bruk
Tubuh Valen berhenti terguling ketika tubuhnya berada di lantai satu. Darah segar keluar dari mulut, hidung, kepala dan kening hingga Valen melihat dan mendengar samar-samar orang berjalan ke arah dirinya sambil berteriak histeris.
"Bagaimana ini?" tanya pelayan dengan wajah bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments