Mike memijat pelan pangkal hidungnya, baru melakukan perjalanan beberapa menit dengan Aera saja sudah membuatnya pusing, jauh dari prediksinya, gadis itu ternyata cukup boros bicara, berbanding terbalik dengan Mike yang irit kata-kata.
Pulang dari butik, Aera meminta Mike menemaninya untuk membeli beberapa barang, sekalian, mumpung mereka masih di luar, pikir Aera.
"Siang ini aku ada rapat, jadi cepatlah!" ucap Mike, pria itu berjalan di belakang Aera yang tampak bersemangat. Aera menoleh lalu memberikan isyarat oke dengan jarinya. Gadis itu memasuki sebuah toko parfum yang tak jauh dari butik tempat mereka mencoba gaun untuk lamaran tadi. Mike masih setia mengikutinya.
"Daddy nggak mau beli juga?" ucap Aera, membuat Mike melotot ke arahnya, gadis itu cekikikan sambil terus menelusuri rak parfum.
Kurang dari setengah jam, Aera sudah selesai dengan urusan perbelanjaannya, satu hal yang membuat Aera sedikit melayang, karena Mike tiba-tiba saja menyodorkan kartu kreditnya pada kasir untuk membayar semua belajaan Aera.
"Em, terimakasih untuk yang tadi," ucap Aera yang kini berjalan di belakang Mike.
"Ada lagi?" Pria itu masih fokus dengan handphonenya.
"Sebenarnya ada, tapi kelihatannya Daddy sibuk ya hari ini?"
Mike menghela napas pelan, "Stop panggil aku dengan panggilan itu!"
"Tadi Aera tanya, katanya terserah, kok sekarang marah-marah?"
"Ya, ya, terserah kamu saja!" Pria itu kembali melanjutkan langkah besarnya, handphone hitam yang tadi ada di genggamannya sekarang sudah pindah ke saku celana.
Hari itu, pertemuan mereka cukup sampai di situ saja, Mike mengantar Aera pulang dan harus buru-buru kembali ke kantor karena ada meeting penting yang benar-benar tidak bisa ditunda. Meski begitu, Aera rasa ini awal yang cukup baik untuk mereka.
*******
Mendekati hari pertunangan, Aera semakin berdebar, ia masih tidak percaya kalau dia dan Mike akan berjalan menuju jenjang pernikahan, selangkah demi selangkah, semuanya terasa semakin mendebarkan bagi Aera.
Aera yang awalnya masih acuh tak acuh dengan persiapan acara kini mulai terjun untuk ikut memastikan persiapan, tentu saja hal itu membuat kedua orangtuanya merasa bahagia, setidaknya jiwa tanggung jawab pada anak mereka mulai bangkit secara perlahan.
Kaela yang melihat perubahan dalam diri Aera pun ikut merasa bangga. Sayangnya, sampai saat ini Kaela belum memiliki kesempatan untuk bertemu dengan calon Kakak Iparnya secara langsung, Mike juga sedang sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya agar ia memiliki banyak waktu luang untuk kedepannya.
"Dia sibuk banget ya ternyata?" gumam Aera, karena Mike tidak bisa ikut gabung makan siang bersama, padahal Papa Arga juga sudah turun tangan, tapi tetap saja pria itu tidak bisa datang. Sedangkan dua hari lagi acara pertunangan mereka akan dilaksanakan.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Mike menyandarkan tubuhnya, rapat penting dengan salah satu rekan bisnis baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Mike memejamkan mata, rasa lelah tentu menggerogoti tubuhnya sekarang, terlebih lagi tiga hari terakhir ini ia benar-benar kurang istirahat.
"Tuan, makan siang Anda sudah siap!" ucap salah seorang sekretaris Mike. Pria itu hanya membalas dengan anggukan pelan.
"Ma, aku rindu pelukan hangat Mama."
Mike bangkit dari duduknya, ia berjalan dengan langkah yang masih tegap menuju ruang makan.
*********
Malam itu, Aera yang baru selesai membersihkan wajahnya dikagetkan oleh ketukan pintu yang berasal dari pintu kamarnya.
"Masuk."
Seorang asisten rumah tangga tersenyum ramah pada Aera. "Maaf, Nona. Ada yang ingin bertemu dengan Anda."
"Siapa?"
"Saya dilarang memberitahuku, sebaiknya Nona temui langsung di ruang tamu."
Aera berpikir sejenak, siapa yang ingin bertemu dengannya malam-malam seperti ini, terlebih lagi ini sudah jam tidur Aera!
"Apakah Daddy yang datang?" Batin gadis itu, dengan senyuman lebar ia sedikit berlari menuruni anak tangga, saat langkahnya sudah memasuki ruang tamu, senyuman di wajah gadis itu pun kian mengembang.
"Kak Bara!!!" pekiknya, tanpa aba-aba Aera berhamburan mendekati pria yang sudah berdiri dan merentangkan tangan menyambut pelukan hangat dari Aera. Wajah Aera terbenam di dada bidangnya, dada yang selama ini Aera rindukan.
"Kenapa baru pulang sekarang?!" Aera melepas pelukannya, dengan wajah cemberut gadis itu menatap Bara.
"Eum, seharusnya Kakak yang marah ke kamu, kenapa tiba-tiba ngirim undangan?" Bara menatap Aera yang hanya setinggi dadanya.
"Itu, aku, aku kan udah besar, emang salah ya kalau aku mau nikah?"
Bara terpejam. "Gak salah, tapi kenapa tiba-tiba? Kamu udah betul-betul kenal sama cowoknya?"
Melihat Aera yang hanya diam, Bara pun menyentuh ujung dagu gadis itu. "Apakah pernikahan ini terjadi karena kecelakaan?"
"Ish, Kak Bara! Aera nggak serendah itu yaaa!" kesal Aera. Bara terkekeh pelan. Lalu mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Terus? Karena perjodohan?" tebak Bara, tepat sasaran. Aera mengangguk pelan.
"Kenapa kamu nggak bilang ke Kakak dari awal?"
"Kak Bara kan sibuk, bahkan udah dua tahun terakhir ini Kak Bara nggak pernah pulang!"
"Aera, sesibuk apapun, Kakak pasti sempatin buat kamu," ucap Bara lembut. Bara adalah Kakak sepupu Aera, dia adalah cucu kedua di keluarga mereka, Bara dan Aera memang sudah dekat dari kecil, bahkan Bara menganggap Aera sudah seperti adiknya, begitu pun Aera yang menginginkan sosok Kakak laki-laki sejak dulu, tapi apalah daya, dia anak perempuan pertama di keluarganya. Jadilah Bara yang menggantikan posisi itu dalam hidup Aera selama ini.
"Kamu terpaksa?" lirih Bara.
"Enggak," jawab Aera tegas.
"Kamu menyukainya?"
Aera diam, tak memberikan jawaban apapun.
"Mendekatlah!" Bara kembali mendekap tubuh Aera. Dia tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi di antara mereka, sosok yang selama ini ia jaga dan ia perjuangkan kebahagiaannya ternyata harus jatuh ke tangan orang lain, dan sialnya, Bara tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sosok calon suami Aera.
"Kakak akan menjadi orang terdepan jika sampai pria itu menyakitimu!" Sebuah kecupan lembut jatuh di kening Aera, gadis itu terpejam.
"Istirahatlah."
"Kak Bara sendiri?"
"Kakak akan tidur di kamar tamu."
"Terimakasih ya, Kak."
Bara mengangguk pelan. Pria itu menatap tubuh Aera yang berjalan pelan menjauhinya, begitu mendapatkan kabar tentang pertunangan Aera, tanpa pikir panjang Bara langsung membeli tiket penerbangan hari itu juga, bahkan dari Bandara ia langsung menghampiri rumah Aera tanpa pernah menginjakkan kaki terlebih dahulu di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Tini Laesabtini
berhamburan? menghambur kedalam pelukan
berhamburan istilah benda2 yg jatuh berserakan
2023-08-02
1