Senior Cantik Incaranku

Senior Cantik Incaranku

Siapa sebenarnya Ayuna?

Pov. Danu Narendra

Senin pagi, aku sudah terburu-buru berangkat ke kantor mengetahui jika ini adalah hari pertamaku dipindahkan dari kantor cabang yang ada di Bogor ke kantor pusat di Jakarta.

Aku melajukan mobil Honda Jazz berwarna merah milikku dengan kecepatan sedang, karena jalan di Ibu kota masih terpantau lengang. Bahkan aku berfikir jika aku terlalu pagi ke kantor. Padahal jarak Apartementku tidak begitu jauh, hanya berkisar enam kilo meter saja.

Ternyata begini rasanya, meski sudah berpengalaman selama dua tahun di kantor cabang tetap saja aku merasa deg-degan. Aku merasa seperti anak baru, tapi memang begitulah kenyataannya. Aku memang anak baru di sini, aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan dan orang-orang di dalamnya.

Yah tak apa, setidaknya dengan pemindahan di Jakarta aku bisa lebih dekat dengan keluargaku dan yang pasti gajiku naik. Lumayanlah untuk biaya melamar Fathin Khairunissa.

Ya, Fathin dia adalah kekasihku. Sudah dua tahun aku dan dia menjalin hubungan baik. Tapi, Fathin saat ini sedang fokus berkuliah. Dia mengambil jurusan yang lumayan bagus menurutku, setidaknya nanti dia akan menjadi Guru dan mudah-mudahan bisa melahirkan murid-murid yang baik dan pintar. Tugas yang mulia untuk Fathinku.

Tidak sepertiku, yang hanya menjadi seorang karyawan kantor swasta. Tapi setidaknya aku memiliki penghasilan dan bukan pengangguran atau penikmat harta orang tua. Bagiku, lelaki sejati adalah lelaki yang pekerja keras dan bertanggung jawab. Sungguh beruntung wanita yang akan menjadi istriku nanti.

Aku memang begitu percaya diri, atau bahasa kerennya sekarang itu PEDE. Yang penting jangan over pede saja.

Kepercayaan diriku inilah yang membuat atasanku, Pak Ruslan. Ia merekomendasikan agar diriku di pindahkan ke kantor pusat yang infonya kekurangan orang.

Aku sudah tiba di kantor Pusat, kutarik nafasku panjang lalu menghembuskannya perlahan. Aku harap nanti di dalam sana tidak ada perasaan gundah atau gerogi dalam diri ini. Aku juga tidak ingin membuat kesan pertamaku masuk kerja menjadi jelek.

Dan akhirnya, aku bertemu dengan seorang pria maskulin dengan buku dan bulpoin ditangannya.

"Apakah anda Danu Narendra?" Tanya pria itu padaku.

"Ya, saya Danu Narendra." Aku menjawab dengan tegas. Menumpaskan perasaan gerogiku saat ini.

"Mari ikut saya ke ruangan Pak Robert," pintanya padaku.

Aku hanya mengangguk pelan, ku ikuti langkahnya dari belakang. Hingga akhirnya kami pun sampai di sebuah ruangan yang lumayan luas. Namanya juga ruangan Boss.

"Selamat datang, Danu," sapa pak Robert kepadaku.

"Terimakasih pak Robert, senang bertemu Bapak."

Aku tak ingin berbasa-basi lebih banyak, karena menurut informasi dari Pak Ruslan, Pak Robert orangnya begitu dingin dan tak ingin berbasa-basi. Dia juga tak suka bercanda.

"Satria, antar Danu ke ruangan divisi baru, dan serahkan dia pada Ayuna."

"Baik pak."

Aku dan pria yang bernama Satria itu pun melangkah menuju ke ruangan lain. Aku tidak tahu akan diserahkan kepada siapa, yang jelas saat pak Robert tadi berkata dia menyebutkan nama seorang wanita.

Mungkin wanita itu nanti yang akan memimpinku, entahlah aku belum berpengalaman jika dipimpin seorang wanita. Mudah-mudahan wanita itu tua renta dan tidak galak, aku sempat terkikik jika membayangkannya.

Setelah Satria dan aku berbelok ke sebuah ruangan yang berisi sekitar tiga orang, Satria menyapa semua penghuni yang isinya hanyalah wanita.

Busyet! Di sini aku merasa paling tampan diantara penghuni lainnya.

"Pagi semua," sapa Satria dengan senyum semangat.

"Pagi Mas!" Jawab semua serentak, seperti mendapat sapaan pagi dari guru saja fikirku. Namun, satu orang berkacamata itu tidak ikut menjawab.

"Teman-teman, kita kehadiran anggota baru," jelas Satria memeperkenalkan.

Semua orang menatap ke arahku, seakan tatapan haus. Aku hanya bisa menelan salivaku menerima tatapan mereka semua. Mereka yang melihatku terkagum-kagum, kuakui diriku memang memiliki tampang lumayan. Tapi setidaknya jangan menatapku lapar seperti ini, itu semua bisa membuatku mati kutu.

"Wauuu ..." Ucap salah satu wanita putih dengan rambut pinknya yang terus menatapku. Aku geli melihat rambutnya itu, tampangnya malah seperti anak punk.

Sementara disebelahnya ada seorang wanita cantik yang terlihat kalem memandangku tanpa berkedip disertai senyuman yang begitu manis.

Namun aku heran, ada satu orang wanita yang menjadi pusat perhatianku, dia duduk di pojok sana seperti tak menganggap kehadiranku. Dia terlihat sibuk dengan terus menatap komputer, serta tangannya yang menari-nari di atas keyboard.

"Yuna," panggil Satria.

"Langsung perkenalkan diri saja!" Ucap wanita yang di pojok sana tanpa memalingkan wajahnya.

"Ayuna Maharani, kau memang pekerja keras. Tapi setidaknya sambutlah dulu anggota baru di timmu!"

"Satria Dwi Sasongko, apa kau akan bertanggung jawab jika pak Robert memecatku?"

Wanita yang dipanggil Yuna itu berbicara, namun matanya masih tak berpaling dari layar komputer didepannya. Aneh, baru kali ini aku menemukan orang seperti dia.

"Oh, lanjutkan saja pekerjaanmu itu, Nona Ayuna."

Satria tak lagi berkomentar setelah menerima jawaban dari Yuna. Ia pun meminta diriku untjk segera memperkenalkan diri.

"Ayo, Danu. Perkenalkan diri,"

"Hai semua, aku Danu Narendra. Mohon bimbingannya," Aku perkenalkan diriku sesingkat mungkin dengan bonus senyuman ramah.

"Panggil aja Danu," ucap seorang wanita dengan rambut pink itu.

"Panggil aku Gita," lanjut wanita itu melambaikan tangan lentiknya.

"Aku Syifa," wanita yang kalem itu pun bersuara dan terus memberi tatapan hangat padaku.

"Hai, senang bertemu dengan kalian," ucapku menjawab sapaan Gita dan Syifa.

"Baiklah, untuk pertanyaan lain nanti saja ya sambil berjalannya waktu. Mungkin kalian akan ngobrol-ngobrol sedikit," Satria meminta diriku untuk duduk di sebuah kursi yang berada dekat dengan posisi wanita yang bernama Yuna itu.

"Ayuna, ajarin dia. Apa aja tugasnya, apa yang mesti jadi tanggung jawabnya, jangan dikacangin mulu!" kali ini Satria berbicara santai dengan Yuna.

"Ish, tenang aja. Aku bakal kasih didikan militer sama dia, Sat,"

"Jangan kecantol, dia berondong!" Satria terkikik.

"Yee, kamu tu ya kalo ngomong asal! Minta dikepret!" Yuna memukul lengan Satria dengan sebuah buku agenda berwarna hitam.

"Kekerasan kamu mah, lembut dikit napa, Yuna? Jangan galak-galak!" Satria mengusap lengannya perlahan merasa sakit akibat pukulan dari Yuna.

"Pergi sekarang, kamu buang-buang waktu aku aja!" Yuna kini mengusir Satria.

"Iya, iya." Satria pun pergi menuju ke luar ruangan.

"Eh Danu, ati-ati ya dia galak kayak singa. Bisa-bisa kamu diterkam!" Satria pun pergi keluar dengan langkah sedikit cepat diiringi tawanya karena telah berhasil menjahili Ayuna.

Tak ada tanggapan apapun dari Yuna. Hanya Gita dan Syifa yang sesekali terlihat mengulum senyum karena perkataan Satria. Untuk diriku sendiri, aku masih dalam keadaan aman. Tak ingin terlalu ikut campur dalam keakraban mereka.

"Oke, silahkan duduk," pinta Yuna padaku.

"Baik, Bu," aku duduk di kursi tepat bersebelahan dengannya. Dan aku terus menatap wanita berpenampilan simpel, berkacamata bulat, namun terkesan cuek ini. Aku menunggunya mengeluarkan kata-kata, namun sudah lima menit benar kata Satria, aku dikacangin.

"Bu, Yuna?" Tanyaku mencoba memberinya sebuah alarm jika aku masih hidup dan tidak harus didiamkan terus seperti ini.

Yuna memutar kursinya dan tepat mengarahku. Sejenak ia menatapku, mungkin hanya tiga detik setelah itu ia kembali menatap layar komputernya.

"Yuna, jangan dicuekin dong. Danu kan bakalan bantuin kamu," ucap Gita dari tempat duduknya.

"Kamu nggak mau 'kan kalo terus-terusan kerja dauble?" sambung Gita lagi.

"Mba, Yuna itu sebenarnya nggak cuek, dia cuma lagi mikir mau kasih tugas apa sama Danu," sahut Syifa memberi pembelaan.

"Berisik! Selesain aja kerjaan kalian, atau kalian yang mau ngajarin dia?" Yuna pun mengeluarkan suara dengan nada sedikit tinggi.

Menurutku, Yuna terkesan cuek dan sensitif. Aku belum mengenalnya, tapi aku sudah bisa menilainya.

"Aku udah print semua tugas-tugas kamu," Yuna meraih beberapa lembar kertas yang baru saja keluar dari mesin printer di dekat mejanya. Dia pun menyerahkan kertas-kertas itu padaku.

"Aku liat kamu nggak bawa buku, mungkin ini bisa ngebantu kamu buat nginget. Kalo ada yang kurang jelas, bisa tanya lagi ke aku. Hari ini kamu belajar aja dulu,"

Yuna pun melanjutkan pekerjaannya kembali. Namun disatu sisi, aku kagum padanya. Meski terkesan cuek, dia ternyata seorang yang peduli. Benar, aku tak membawa buku catatan. Sungguh aku sangat kalap hingga melupakannya, untung saja Yuna memberiku ampun kali ini.

"Apa ada yang nggak paham?" Yuna kembali bertanya kepadaku, namun matanya masih tak menatapku.

"Untuk materinya aku sudah paham, Bu, cuma alangkah baiknya kalo belajar sambil praktek."

Tak ingin berlama-lama, aku lebih suka langsung bekerja daripada harus bersantai untuk belajar di hari pertama.

"Okey," Yuna beranjak dari duduknya, ia berjalan cepat ke arah mejaku.

Yuna mengajariku hal apa saja yang harus aku kerjakan, data apa saja yang harus aku laporkan, serta poin-poin apa saja yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan Pak Robert, pemimpin perusahaan tempat kami bekerja.

Aku menerima penjelasan Yuna dengan baik, ternyata dia juga pandai dalam berbicara hingga membuat aku bisa dengan mudah mengerti.

Sedikit informasi, aku dan Yuna bekerja di perusahaan periklanan. Yuna adalah seorang Copywriter atau lebih dikenal dengan penulis naskah yang akan dipersiapkan untuk iklan. Sedangkan aku saat ini mengemban tugas sebagai Graphic Designer. Tidak ada atasan atau bawahan antara kami, tetapi aku menganggap jika Ayuna adalah Seniorku.

Untuk hari ini, Yuna amat membantuku meski terkadang masih bersikap dingin. Aku juga tak berani jika harus sok kenal sok dekat dengannya. Aku lebih memilih cari aman saja, daripada nanti akan dimarahi olehnya.

Melihatnya memarahi Satria dan disegani oleh Gita juga Syifa sudah membuatku tahu jika wanita ini benar-benar kaku dan emosional. Ya sudahlah, untuk hari ini aku cukup menerima saja apa yang diajarkan Yuna.

Waktu istirahat pun tiba. Gita dan Syifa mengajakku untuk pergi ke cafetaria kantor. Namun aku menolaknya dengan dalih ingin ke toilet lebih dulu.

Gita dan Syifa pun meninggalkan ruangan, yang tertinggal di sini hanyalah aku dan Yuna.

Ingin sekali aku menyapa senior baruku itu, tapi kulihat sepertinya ini waktu yang tidak tepat. Karena sebelum mulutku terbuka, Yuna sudah menempelkan ponsel ditelinganya. Sepertinya saat ini ia sedang menerima panggilan penting.

"Ya benar, saya sendiri."

"Apa?!!!"

Dapat aku lihat dengan jelas guratan kekhawatiran pada wajahnya, sampai helaan nafasnya yang tak teratur pun dapat terdengar ditelingaku. Matanya yang kini mulai memerah dan berkaca-kaca pun sudah terlihat. Entah apa masalah yang ia hadapi kali ini, namun sepertinya sebuah beban berat saat ini sedang menimpa dirinya.

Setelah itu, Yuna pun segera mengambil tasnya. Ia beringsut pergi dengan tergesa-gesa tanpa mempedulikan jika masih ada aku di sini.

"Bu, Yuna," panggilku, namun Yuna tetap saja berlari tanpa menghiraukanku.

Ingin sekali aku mengejar dan bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Namun, lagi-lagi aku sadar diri jika aku tidak harus ikut campur masalah orang lain. Apalagi dia adalah Seniorku yang baru.

Sejauh ini, hatiku terus bertanya-tanya. Siapa sebenarnya Ayuna??

Siap baca kelanjutannya???

Nih!! Othor kasih Visualnya. Biar bacanya makin semangat!!

Ini hanya pandangan Othor semata, kalau readers punya pandangan atau khayalan lain, boleh² saja 😀

Jangan lupa tinggalkan jejak...

LIKE, KOMENT, VOTE dan GIFTnya....

Visual Ayuna Maharani.

Visual Danu Narendra.

Terpopuler

Comments

Tetik Saputri

Tetik Saputri

semangat kak

2023-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Siapa sebenarnya Ayuna?
2 Kebohongan yang terbongkar
3 Kehilangan (Cobaan terberat)
4 Mengapa Nasibku begini?
5 Ingin lebih dekat
6 Semakin dipandang, semakin Cantik!
7 Robert Davidson
8 TALAK
9 Status baru
10 Sebuah kesepakatan
11 Misteri dalam diri
12 Perasaan takut
13 A Film take By ....
14 Prioritas otak dan hati
15 Ayuna, BUKAN Maharani
16 Wanita Es
17 Wanita kutub utara
18 Wanita sekeras batu
19 Ayuna, I'am Sorry
20 Ada aku di sini
21 Ada aku di sini 2
22 Ada aku di sini 3
23 Calon atau Mangsa?
24 Tak bisa menolak
25 Life must goes on
26 Are you okay, Danu?
27 Bukan gebetan Boss
28 Sadar diri, Danu!
29 Antara Gengsi dan jual mahal
30 Antara Gengsi dan jual mahal 2
31 Kali kedua
32 Ada apa antara Danu dan Hana?
33 Seperti kerupuk yang disiram Air
34 Pemendam perasaan
35 Besi berkarat yang rapuh
36 Besi berkarat yang rapuh (2)
37 Pembelaan Danu
38 You are everything
39 You are everything (2)
40 Kali ketiga
41 Rasa yang berbeda
42 Bukan tandinganku!
43 Lima menit, Danu!!!
44 Balas budi semata
45 Aku ingin memilikinya!
46 Lima belas ribu rupiah
47 Lima belas ribu rupiah (2)
48 Obat nyamuk
49 Ungkapan perasaan
50 Satu tujuan
51 Satu tujuan (2)
52 Satu tujuan, satu hati
53 Sebuah harapan
54 Perlakuan lebih
55 Perlakuan lebih (2)
56 Perlakuan lebih (3)
57 Hanya Ayuna
58 Kenyamanan
59 Danu, kamu apakan aku?
60 Pulang atau tetap bersama?
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Siapa sebenarnya Ayuna?
2
Kebohongan yang terbongkar
3
Kehilangan (Cobaan terberat)
4
Mengapa Nasibku begini?
5
Ingin lebih dekat
6
Semakin dipandang, semakin Cantik!
7
Robert Davidson
8
TALAK
9
Status baru
10
Sebuah kesepakatan
11
Misteri dalam diri
12
Perasaan takut
13
A Film take By ....
14
Prioritas otak dan hati
15
Ayuna, BUKAN Maharani
16
Wanita Es
17
Wanita kutub utara
18
Wanita sekeras batu
19
Ayuna, I'am Sorry
20
Ada aku di sini
21
Ada aku di sini 2
22
Ada aku di sini 3
23
Calon atau Mangsa?
24
Tak bisa menolak
25
Life must goes on
26
Are you okay, Danu?
27
Bukan gebetan Boss
28
Sadar diri, Danu!
29
Antara Gengsi dan jual mahal
30
Antara Gengsi dan jual mahal 2
31
Kali kedua
32
Ada apa antara Danu dan Hana?
33
Seperti kerupuk yang disiram Air
34
Pemendam perasaan
35
Besi berkarat yang rapuh
36
Besi berkarat yang rapuh (2)
37
Pembelaan Danu
38
You are everything
39
You are everything (2)
40
Kali ketiga
41
Rasa yang berbeda
42
Bukan tandinganku!
43
Lima menit, Danu!!!
44
Balas budi semata
45
Aku ingin memilikinya!
46
Lima belas ribu rupiah
47
Lima belas ribu rupiah (2)
48
Obat nyamuk
49
Ungkapan perasaan
50
Satu tujuan
51
Satu tujuan (2)
52
Satu tujuan, satu hati
53
Sebuah harapan
54
Perlakuan lebih
55
Perlakuan lebih (2)
56
Perlakuan lebih (3)
57
Hanya Ayuna
58
Kenyamanan
59
Danu, kamu apakan aku?
60
Pulang atau tetap bersama?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!