Vs Pemimpin Bandit (1)

Pada hari kepulangan Fredrick, Eric telah bersiap. Bersama beberapa bandit yang diutus bersamanya, dia mengamati dengan pasti konvoi-konvoi yang melewati hutan disekitar kota Elbe. Beberapa dari bandit ingin sekali untuk menghadang dan merampas harta mereka. Namun Eric menahannya. Bertindak gegabah hanya akan membawa kekacauan yang tidak diperlukan. Tugas mereka adalah mengidentifikasi rombongan putra keluarga Heisenberg dan menginformasikannya pada pemimpin mereka.

Kalau bisa Eric ingin bekerjasama dengan kepala bandit secara langsung. Namun satu-satunya yang tahu detail mengenai rombongan Fredrick adalah dirinya. Jadi mau bagaimana lagi. Dia harus puas dengan kondisinya yang sekarang.

"Disana! Mereka sudah dekat. Jangan melakukan hal sembrono. Aku akan melaporkan situasinya pada pemimpin kalian." Eric menaiki kudanya dan bergegas menuju pemimpin bandit. Dengan menggunakan mananya, Eric dapat mempertajam penglihatan, pendengaran, dan kesadaran situasinya. Itu yang membuat dia mampu mendeteksi posisi rombongan Fredrick meskipun dari jarak yang jauh.

"Begitu, mereka sudah terlihat. Suruh semua untuk ke posisi yang telah ditentukan." Para bandit mengangguk. Mereka segera mengisi posisi yang telah ditentukan. "Kau terlihat sangat yakin dengan kemampuanmu. Ku harap kau tidak menilai dirimu sendiri terlalu tinggi nak." Eric tersenyum kecut. Dia tidak ingin mendengar hal semacam itu dari orang yang dipecat oleh duke Heisenberg.

"Ya sudah lah. Selama rencana ini berhasil, tidak ada yang salah. Seperti yang kita sepakati, aku akan membayar informasi yang kau berikan setelah misi selesai." Kata sang bandit sembari menyeringai. Tawanya sangat lebar sampai-sampai membuat Eric terganggu. 'Setelah semua masalah ini selesai, Kau adalah orang yang pertama kali aku singkirkan.' Gumam Eric di dalam hatinya.

Beranjak dari posisinya, Eric bergegas menuju titik yang dia tentukan sendiri. Ia ingin melihatnya secara langsung, ketika Fredrick Von Heisenberg, orang yang ia benci, habis di tangan musuh ayahnya. Dia juga masih memiliki tugas untuk memastikan kalau Louise von Manstein dan Rafaela harus selamat.

Begitu kereta kuda dan konvoi yang menemani Fredrick terlihat oleh mata, misi mereka otomatis berjalan.

...****...

Dan begitulah kisah bagaimana Fredrick dan rombongan ksatria yang mengawalnya disergap oleh para bandit. Berkat Eric, kini ksatria yang jumlahnya tidak begitu banyak menjadi semakin sedikit karena menjadi korban. Untunglah mereka telah dipukul mundur. Kini yang harus para ksatria lakukan adalah menguburkan jasad rekan mereka yang gugur. Mustahil untuk membawa mereka kembali.

Fredrick yang duduk di dalam kereta kudanya menatap ke arah luar dengan ekspresi datar. Tidak terlihat adanya jejak rasa takut, sedih, jijik, ataupun shock. Entah mengapa, rasanya dia malah sedang memikirkan sesuatu.

Di tengah lamunannya dan kebingungan Louise dan Rafaela, Fredrick tiba-tiba merangkul pinggang Rafaela dan Louise. Menggunakan teknik penguatan tubuh yang ayahnya ajarkan, ia dengan cepat menarik mereka keluar dari kereta kuda. Karena hanya dalam beberapa detik setelah ketiganya keluar, sesosok tubuh raksasa menghantam kereta kuda ketiganya, membuat kereta tersebut hancur, bersama dengan kuda yang terpental.

"Tch, tenaga yang sangat hebat." Fredrick mendecak singkat. Ditatapnya sosok besar yang menjadi dalang semua kekacauan ini. Tingginya lebih dari dua meter. Otot kuat dan keras memenuhi seluruh bagian tubuhnya. Sebuah bekas luka terukir jelas diwajahnya. Di balik punggungnya, sebuah kapak besar terikat di sana.

"Boleh juga bocah! Padahal aku berniat menghancurkanmu dalam sekali serang! Tapi siapa sangka kau bisa bergerak secepat itu! Kau membuatku semakin bersemangat!!!" Tawanya menggelegar. Auranya yang sangat kuat dengan cepat mengintimidasi lawan-lawannya. Rafela dan Louise secara otomatis saling berpelukan, mereka benar-benar ketakutan. Para ksatria yang tersisa, meskipun mereka berusaha untuk menjaga ketenangan mereka, tetap merasa tertekan dengan aura pria besar itu. Membuat kaki dan tubuh mereka bergetar.

Hanya Fredrick yang tidak begitu terganggu. Dia hanya memandangi sosok besar itu dengan perasaan kesal dan benci, tidak terpengaruh dengan aura intimidasi yang kuat. Hal itu membuat ekspresi pria besar itu berubah. Namun Fredrick tidak peduli.

Pria itu meninju tanah dan membuatnya retak. Retakan itu menjalar menuju posisi Fredrick. Dengan sigap, dia menghindar ke posisi yang lebih aman. Fredrick memahami bahwa lawannya kali ini kuat. Karena itu dia harus bertempur semaksimal mungkin. Namun dengan adanya Rafela dan Louise disana, tidak banyak hal yang bisa ia lakukan.

"Komandan." Kata Fredrick. "Pergi dari sini dan bawa nona Louise serta Rafaela bersamamu. Bawa mereka ke tempat yang lebih aman." Ide Fredrick hampir ditolak oleh komandan ksatria. Tetapi keputusannya tidak berubah. "Tidak banyak yang bisa kalian lakukan di sini. Lakukan perintahku jika kalian tidak ingin kena hukuman."

Berpikir sejenak, komandan ksatria itu mengangguk. Fredrick tahu keselamatan Louise dan Rafaela tidak begitu terjamin meski mereka pergi dari sini. Itu karena para bandit yang mundur tadi akan menyergap mereka. Namun inilah keputusan terbaik yang bisa diambil.

"Tidak akan kubiarkan!" Teriak pria berbadan besar itu. Dia meraih kapak raksasa yang terikat di punggungnya lalu mengayunkannya. Gelombang dari ayunan itu menciptakan tekanan yang cukup kuat untuk melempar Louise dan yang lainnya. Tetapi Fredrick dengan cepat menghadang serangan itu lalu meninjunya dan membuat gelombang serangan itu terhenti.

"Menarik! Kau bisa menghadang serangan itu hanya dengan kekuatan fisik! Lagi-lagi kau membuatku bersemangat!." Pria itu lantas mengangkat kapaknya ke atas kepala dan memutarkannya. Dia terlihat sangat bersemangat. Hanya dengan begitu saja, pertarungan Fredrick dengan pria itu dimulai.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***