Pesta Ulang Tahun Louise (1)

"Lindungi Nona Louise dan tuan muda Fredrick!! Jangan sampai ada anak panah yang mengenai mereka!!!" Teriakan itu berasal dari seorang komandan Ksatria yang berusaha matian-matian melindungi tuannya. Hari itu, sore yang seharusnya menyenangkan, menjadi petang yang berdarah-darah.

Rombongan yang mengawal Fredrick dan Louise secara tiba-tiba disergap oleh serombongan bandit yang sudah bersiap dan menunggu mereka. Mereka kalah jumlah. Tiga banding satu. Tidak dihitung dengan pemanah yang bersembunyi di balik pepohonan rimbun.

'Sial! Kenapa jadi begini!? Kenapa bandit-bandit bajingan itu masih berkeliaran!? Padahal seharusnya mereka telah ditumpas!!' Komandan memaki di dalam pikirannya. Beberapa orang di pihaknya sudah gugur, yang lainnya terluka. Mereka memang berhasil membunuh banyak bandit, tetapi jumlah mereka masih melampaui para ksatria!!

Di saat itulah, ketika perhatian sang komandan teralihkan, dua orang tidak dikenal tiba-tiba berdiri di atap kereta kuda yang membawa Fredrick, pelayan, dan Louise. Tentu sang komandan langsung menyadari hal itu, tetapi perhatiannya terus teralihkan pada bandit yang menyerang dia tanpa ampun.

Dengan penuh penyesalan, sang komandan menggertakan giginya. Dengan frustasi, ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, dua bandit itu menusukan pedang mereka ke atap kereta kuda. Tepat dimana Fredrick duduk.

Namun tidak seperti yang dia bayangkan, sebuah pedang menembus atap itu dari bawah, dengan presisi mengenai jantung bandit itu. Dia mati tanpa sempat pulih dari keterkejutannya. Kawannya juga menyusul ketika pedang kedua menembus lehernya dari bawah.

Dari dalam kereta kuda, suara kekanakkan terdengar, "Jangan mengkhawatirkan kami. Fokuslah melawan para bandit!". Teriakan itu, yang ternyata berasal dari Fredrick, membakar para semangat para ksatria.

Komandan bernafas lega. Dengan cepat, dia memimpin para ksatria menghabisi para bandit yang tersisa. 30 menit kemudian dan para bandit akhirnya mundur. Komandan tidak berniat untuk mengejar mereka. Membawa Fredrick dan rombongannya ke tempat aman adalah prioritas utamanya.

Meski begitu ada yang mengganjal. Siapa orang yang memberitahu detail posisi rombongan Fredrick?

...****...

Mari kembali menuju tiga hari sebelum penyergapan terjadi.

Beberapa minggu berlalu setelah pertarungan pura-pura antara Fredrick dan Eric. Eric sudah sembuh dan ia diizinkan untuk kembali bertugas oleh pemimpin Ksatria. Sementara Fredrick, dia menjalani rutinitasnya seperti biasa. Semakin banyak sesuatu yang dia pelajari setiap harinya. Dia mulai berlatih pertarungan tangan kosong dibawah bimbingan rekan ayahnya, memperkuat kemampuan dan daya tahan fisiknya, juga mempelajari sihir ke tingkat yang lebih lanjut.

Tidak hanya itu, kemampuan akademisnya juga terus meningkat. Kebanyakan dari mereka didorong oleh rasa penasaran besar yang dia miliki. Biasanya ibunya hanya memberikan beberapa petunjuk dasar, sisanya Fredrick yang mengeksplorasinya sendiri. Bahkan Carla menyediakan sebuah bangunan khusus yang digunakan Fredrick untuk bereksperimen demi memuaskan rasa keingintahuannya.

Itu adalah suatu sore yang cukup sejuk ketika Carla memasuki ruangan yang digunakan Fredrick untuk bereksperimen. Ada banyak buku buku yang bertumpuk di atas meja, wadah transparan yang berisi cairan bermalam warna, kertas-kertas dengan berbagai coretan lingkaran, huruf, angka, dan segala yang berkaitan dengan sihir. Juga ada beberapa monster yang diawetkan oleh Fredrick.

"Ah ibu, selamat datang. Maaf aku belum sempat merapihkan ruangan ini." Fredrick yang menyadari kehadiran Carla, berbalik lalu menyapanya dengan lembut. Carla tersenyum menenangkan. Tidak mempermasalahkan ruangan putranya yang berantakan.

Carla memberikan sepucuk surat kepada Fredrick, yang tertempel logo keluarga Manstein. Fredrick dengan mudah menebak. Pasti dari Louise dan kemungkinan besar adalah undangan pesta.

"Kamu mungkin belum tahu, tapi beberapa hari lagi adalah ulang tahun Louise. Kamu harus hadir, Freddie! Dia pasti sangat berharap kamu datang!". Mendengarnya, Fredrick tersenyum tipis, lalu tertawa kecil. Tentu, dia dengan senang hati akan datang. Carla yang melihat respon Fredrick juga ikut senang.

"Kalau begitu persiapkan dirimu. Kamu akan berangkat hari ini. Rafaela akan menemanimu. Dia juga yang akan menyiapkan semua keperluanmu." Carla lalu mencium kening Fredrick dan beranjak. Cepat-cepat Fredrick merapihkan barang-barangnya yang berantakan dan meninggalkan ruangan.

...****...

Sore itu juga, Fredrick berangkat. Hanya dia dan Rafaela beserta satu squad ksatria yang mengawal rombongan mereka. Diperlukan waktu paling cepat tiga hari untuk sampai ke wilayah keluarga Manstein, jika perjalanan mereka aman dan tanpa gangguan.

Sepanjang perjalanan, Rafaela maupun Fredrick lebih banyak diam. Itu memang agak aneh. Bahkan jika Rafela adalah pelayan pribadi Fredrick, mereka berdua jarang sekali bicara panjang lebar. Paling-paling hanya satu dua patah kata. Fredrick meminta atau memerintahkan sesuatu dan Rafaela mengerjakannya.

Pada akhirnya, Fredrick memutuskan untuk menanyakan sesuatu. "Rafaela, kamu sangat dekat dengan Eric, kan? Apa kamu tahu kenapa dia terlihat mencurigakan akhir-akhir ini?". Sepertinya Rafaela tidak menduga pertanyaan itu akan keluar. Terlihat jelas dari raut wajahnya. Tetap dingin, tapi ada ketegangan di sana.

"Saya tidak mengerti dengan apa yang anda maksud, tuan muda. Saya tidak melihat gelagat mencurigakan dari Eric. Dia memang orang yang aneh, tetapi dia bukan orang yang buruk dan jahat.". Begitu kata Rafaela dengan suara yang sedikit bergetar.

Fredrick mengangguk pelan. Pandangannya terlempar ke arah luar jendela. Tidak ada sesuatu yang menarik sama sekali. Dia hanya menghela nafas. Meski begitu, dia tetap memandangi langit dari jendela.

Perjalanan mereka terus berlanjut. Hingga tiga hari kemudian, keduanya mencapai wilayah keluarga Manstein.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***