Setelah Laras menceritakan semuanya kepada bibi, bibi hanya terdiam, tak mampu mengeluarkan kata-kata. Di dalam hatinya, bibi hanya berkata, "Kasihan sekali kamu, nak. Sudah jatuh tertimpa tangga pula."
Bibi kemudian mulai berpikir lagi dan bertanya dalam hatinya, "Mengapa ayahnya ingin membuangnya?"
Bibi terus memeluk Laras, mencoba menenangkan Laras hingga tak terasa lagi tubuhnya bergetar, menandakan bahwa ia sudah tertidur dalam pelukan bibi. Bibi membenarkan posisi Laras dan menyelimutinya, sambil memandang wajah Laras yang damai namun terlihat raut sedih.
"Semoga musibah ini bisa kamu lalui dengan sabar dan dengan lapang dada nak" kata bibi sambil tersenyum dan mengusap kepala gadis yang sudah tertidur pulas itu
Rayyan merasa iba dan prihatin ketika tanpa sengaja dia mendengar sedikit pembicaraan mereka ketika ingin kekamarnya.
"Kasihan sekali gadis ini, tetapi mengapa keluarganya begitu tega kepadanya, terlebih lagi ayah kandungnya sendiri? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?" pikir Rayyan dalam hatinya.
Dengan hati yang masih penasaran, Rayyan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya untuk mandi. Dalam hati, dia berencana untuk menanyakan hal ini kepada bibi nanti agar dia bisa mendapatkan informasi yang lebih pasti.
Rayyan menyalakan shower dan membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya. Di dalam keheningan kamar mandi, pikirannya terus terbayang pada cerita gadis yang tadi dia dengar.
Dia merasa bahwa ada sesuatu yang sangat tidak beres dengan kehidupan gadis itu, dan rasa prihatin dalam dirinya semakin mendalam, beberapa detik kemudian dia menyadari ada yang salah dengan dirinya, mengapa dia terlalu memikirkan tentang gadis itu, ada apa dengan dirinya, itulah yang sekarang yang menjadi pertanyaan bagi dirinya sendiri
Setelah selesai mandi, Rayyan mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan berjalan keluar dari kamar mandi.
Dikamar Laras, terlihat bibi menyelimuti tubuh Laras yang sudah tertidur, bibi keluar perlahan dari kamar tersebut. ketika sudah menutup pintu kamar dimana Laras berada, barulah dia ingat bahwa dia harus menyiapkan air hangat untuk mandi tuannya.
"Ya allah, aku lupa menyediakan air hangat untuk mandi tuan muda" kata Bibi yang langsung menuju kekamar Rayyan
"Tok... tok... Assalamualaikum, tuan," bibi mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam, bi. Masuk saja, pintu tidak dikunci," jawab Rayyan yang sudah rapi dengan pakaian santainya
"Maafkan bibi, tuan. Bibi lupa menyiapkan air hangat untuk mandi Anda," kata bibi.
"Tidak apa-apa, bi. Saya pun sudah mandi," jawab Rayyan sambil tersenyum.
Terkadang Rayyan menyebut namanya ketika berbicara dengan bibi, padahal dirinya sudah melarang bibi untuk memanggilnya dengan sebutan "tuan". Namun, bibi tetap ingin memanggilnya dengan sebutan tersebut.
"Kalau begitu, Bibi turun ke dapur dulu. Bibi akan menyiapkan makanan untuk makan malam," kata Bibi
"Tunggu sebentar, Bi. Rayyan ingin bertanya," kata Rayyan kepada Bibi.
"Iya tuan, tuan mau bertanya tentang apa?" tanya Bibi kepada Rayyan.
"Em.... Bagaimana keadaan gadis itu, apa dia sudah mendingan?" tanya Rayyan.
"Sudah, dia sudah mendingan dan sudah mau berbicara banyak pada Bibi, tetapi dia masih sedikit trauma dengan kekejaman orang tuanya, dan ada orang yang ingin berbuat tidak baik kepadanya setelah dia diusir dari rumahnya," jelas Bibi.
"Tapi yang membuat Rayyan heran, mengapa ayahnya tega mengusir dan membuangnya?, ayah seperti apa dia itu,?" tanya Rayyan.
"Entahlah, Tuan. Bibi pun tidak tahu, tapi Bibi yakin pasti ada sesuatu yang terjadi," kata Bibi.
"Iya bi, terus lah berbicara kepadanya, tanya kan dengan kelembutan, agar dia mau bercerita tentang kehidupannya" kata Rayyan
"Baik tuan" jawab Bibi
"Jika dia menceritakan tentang keluarganya lagi atau tentang dirinya, beritahu Rayyan, ya, Bi," kata Rayyan.
"Baik, Tuan. Nanti pasti saya ceritakan ke Tuan" kata Bibi
"Terima kasih Bi" kata Rayyan sambil melihat kearah bibi
"Sama-sama tuan, tapi apa Bibi boleh mengatakan satu hal kepada mu?" tanya Bibi
"Boleh, silahkan bi" jawab Rayyan
"Dia sepertinya gadis yang baik, bibi lihat tuan juga sangat perhatian padanya, bibi dapat merasakan itu, Bibi juga sudah nyaman dengannya" kata bibi yang berbicara pada Rayyan yang menghadap ke arah balkon kamarnya
Namun, Rayyan tidak menjawab kata kata Bibi, dia hanya terus menatap ke arah depan
"Kalau begitu, izinkan Bibi ke dapur dulu," pamit Bibi kepada Rayyan.
"Baik, Bi. Silakan," jawab Rayyan.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam saat Rayyan turun ke meja makan. Dari tangga, ia sudah mencium aroma sedap masakan yang menyegarkan.
"Wah... wangi sekali bau masakannya, masak apa Bibi hari ini?" ucap Rayyan dengan suara yang lembut dan melangkah turun dari tangga menuju meja makan
Setelah duduk di meja makan, Rayyan terdiam dan memandang ke atas meja. Di depannya terhampar banyak sekali makanan malam ini, semuanya merupakan makanan kesukaan Rayyan.
Sementara itu, bibi keluar dari dapur berjalan ke arah meja makan dengan membawa makanan lagi di kedua tangannya
"Ah... Tuan sudah turun rupanya, bibi baru ingin memanggil tuan untuk makan, kalau begitu silakan dimakan, tuan," kata bibi.
"Bibi, apakah ini semua bibi yang memasaknya?" tanya Rayan, namun tidak didengar oleh bibi karena bibi langsung masuk ke dapur kembali.
Dengan lahapnya, Rayyan makan sampai menambahkan nasi ke dalam mangkuknya tanpa menghitung berapa sendok yang ia tuangkan. Ketika bibi keluar lagi dari dapur dengan membawa dua piring makanan lagi, Rayyan tidak memperhatikannya dan terus menyantap makanannya.
"Wah... lahap sekali tuan makan malam ini. Jarang-jarang tuan menambahkan nasi," kata bibi.
"Habisnya enak, bi. masakan kali ini yang bibi buat sangat-sangat menggoda Rayyan dan sangat-sangat enak," kata Rayyan.
"Maaf tuan, tapi makanan ini semua tidak saya yang membuatnya," kata bibi.
"Lalu jika makanan ini bukan Bibi yang membuatnya, siapa lagi?" tanya Rayyan sambil terus makan.
"Semua makanan ini dibuat oleh Laras, tuan," jawab bibi.
Mendengar jawaban bibi, Rayyan terkejut dan tersedak.
"Uhuk... uhuk... uhuk!" serunya.
"Apa?, gadis itu yang membuatnya?" tanya nya kepada bibi dengan tidak yakin.
"Iya tuan, Laras yang membuat semua makanan ini sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkannya," kata bibi.
"Lalu ke mana gadis itu? Sejak tadi aku tidak melihatnya keluar dari dapur?" tanya Rayyan.
"Dia tidak berani menemui tuan, jadi dia hanya membuat makanan ini dan masih berada di dapur untuk membersihkan peralatan yang tadi digunakan," jawab bibi.
"Oh, begitu," jawab Rayyan.
"Iya tuan. Jadi, jika boleh, saya ingin kembali ke dapur untuk membantu Laras membersihkan dapur," kata bibi meminta izin kepada Rayyan.
"Iya bi, silakan," jawab Rayyan.
Bibi pun pergi ke dapur kembali dan membantu Laras membersihkan dapur serta alat-alat yang digunakan untuk membuat makan malam tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments