Chapter 17

Sinar matahari masuk dari jendela yang sengaja tidak ditutupi gorden, membangunkan Radit dan Mesya yang tertidur saling memeluk. Mesya yang lebih dulu membuka matanya menggerakkan tubuhnya sedikit kesusahan akibat tangan yang melingkar erat di pinggangnya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Radit yang begitu damai. Pemandangan yang selama empat tahun tidak dirinya nikmati karena jarak yang memisahkan dan hubungan yang tidak lagi mengikat.

“Bangun, Dit udah siang,” Mesya menepuk-nepuk pipi tirus yang mulai di tumbuhi bulu-bulu halus.

“Eugh.” Lenguhan kecil keluar dari bibir tipis Radit, laki-laki itu bukannya bangun, malah semakin menyerukan wajahnya dilipatan leher Mesya, bersembunyi dari sinar matahari yang menerobos masuk, memberi rasa hangat.

“Bangun Dit ini udah siang. Aku lapar nih,” lagi Mesya membangunkan.

“Jam berapa sekarang?” gumaman Radit berhasil membuat Mesya merinding karena napas pria itu berada tepat di lehernya.

“Udah jam sembilan, aku udah lapar.”

Radit akhirnya menurut, keluar dari persembunyian nyamannya, lalu melepaskan pelukan di pinggang Mesya seraya mengubah posisinya menjadi duduk, diikuti Mesya.

“Morning kiss,” Radit langsung mendaratkan kecupan di bibir Mesya. “Enak banget tidur hari ini, di temenin bidadari,” lanjut Radit tersenyum manis dan memberikan pelukan gemas pada perempuan cantik itu.

“Lepas Radit! Aku lapar nih,” rajuk Mesya berontak dari pelukan Radit.

“Udah diam, kita pesan layanan kamar aja. Aku masih males ke luar, pengennya berduaan terus sama kamu kayak gini,” bisik Radit tepat di telinga Mesya yang kini kegelian akibat kepala laki-laki itu yang mengendus-endus di lehernya.

“Ya udah, cepetan pesan, aku gak mau cacing-cacing di perut aku mati gara-gara kelaparan.”

Radit tertawa mendengar itu, kemudian langsung menghubungi layanan kamar tanpa menjawab rengekan lapar Mesya. Memesan beberapa macam makanan untuk sarapan yang sebenarnya sudah sangat terlewat untuk mereka dan tak lupa juga kopi untuk dirinya sendiri.

Hari ini adalah hari terakhir mereka berada di jepang, karena besok pagi sudah harus kembali ke tanah air. Sebenarnya sudah tidak ada pertemuan lagi hari ini, Radit sengaja mengosongkan satu hari dimana bisa ia gunakan untuk berjalan-jalan bersama wanita tercintanya itu, hitung-hitung liburan di tengah pekerjaan.

Musim semi memang sangat indah, karena bunga-bunga bermekaran di sepanjang mata memandang. Mesya berdiri di depan jendela besar, menatap keluar yang langitnya cerah, dan dia pun bisa melihat dari atas sini lebatnya bunga sakura bermekaran.

“Cantik,” Mesya bergumam melihat pemandangan di luar jendela.

“Perempuan di depanku lebih cantik dari pada bunga itu,” Radit menyahuti seraya melingkarkan tangannya di pinggang Mesya yang masih mengenakan pakaian yang sama seperti semalam. Malas mandi adalah kebiasaan Mesya disaat tidak ada jadwal yang mengharuskannya pergi.

“Gombal!” dengus Mesya namun tak urung ia tersenyum.

Teng nong …

Radit hendak mendaratkan kecupan di bibir tebal Mesya namun suara bell lebih dulu mengcaukannya, membuat dengusan keluar dan Radit melangkah menuju pintu, membiarkan seorang pelayan membawa masuk makanan pesanannya.

Mesya menikmati makanan itu dengan lahap, benar-benar merasa kelaparan, sementara Radit lebih banyak menyaksikan, dan sesekali akan membersihkan sudut bibir perempuan itu dari saus yang menempel.

“Mau ke mana hari ini?” tanya Radit ketika mereka selesai sarapan. Dan hanya duduk-duduk di sofa sambil di temani tayangan di televisi yang tidak sepenuhnya mereka tonton.

“Gak tahu, aku malas ke mana-mana hari ini,” jawab Mesya mengedikkan bahunya.

“Bilang aja malas mandi,” cibir Radit menjawil hidung mancung Mesya yang terkekeh karena tebakan pria itu memang benar. “Masih aja gak berubah. Dasar!” bukan hanya menjawil hidung tapi kini Radit sudah menggelitik pinggang Mesya yang sudah tertawa kegelian akibat ulah laki-laki tampan itu.

Tidak peduli dengan tawa juga teriakan Mesya yang meminta ampun, Radit masih enggan menghentikan gelitikannya di pinggang perempuan cantik itu. Sampai posisi mereka kini sudah tidak lagi duduk. Mesya sudah berbaring di atas sofa bad yang awalnya diduduki, dan Radit sedikit menindih tubuh ramping itu. Saat sadar posisinya, Radit segera menghentikan aksinya. Begitu juga dengan Mesya yang ikut menghentikan tawanya. Mata keduanya bertubrukan dan saling mengunci. Lama mereka terdiam dalam posisi itu sampai kemudian Radit mendaratkan ciuman di bibir Mesya yang tiga hari belakangan ini sering dirinya nikmati.

“Doyan banget cium-cium aku,” delik Mesya dengan napas terengah.

“Ya gimana dong, abisnya enak,” cengir Radit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Empat tahu loh, Sya aku gak cium kamu. Bahkan saat itu ciuman perpisahan aja gak aku dapatkan.”

“Aku sengaja gak antar kamu hari itu, takut gak bisa lepas kamu pergi. Lagi pula ciuman perpisahan terlalu menyakitkan untuk kita, Dit. Tanpa itu aja kita udah tersiksa,”

Radit membenarkan dalam hati, lalu menarik perempuan itu ke dalam pelukannya dan beberapa kecupan didaratkannya di puncak kepala Mesya.

Terpopuler

Comments

Nurul Aini

Nurul Aini

up

2021-07-26

0

Viea

Viea

hmmm blm apa² kog udh tdur bareng c 🤔

2021-07-15

0

Keyvania Eleanor

Keyvania Eleanor

JGN SMPE NTIX PLAKOR TMN TDUR RADIT DR JERMAN MINCUL & MULAI MENGGOYAHKN HUBUNGAN MREKA,BISA JDI NTI ADA YG NGAKU D HAMILIN SAAT RADIT MSIH D JERMN

2021-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!