Chapter 13

Pagi-pagi sekali Radit sudah duduk di ruangannya, membaca satu per satu berkas yang menumpuk di mejanya kemudian membubuhkan tandatangan, tapi tidak semua dari tumpukan berkas itu lolos karena banyak juga yang membuat Radit berdecak kesal, tidak puas dengan hasil yang di kerjakan karyawannya.

Tok … tok … tok.

“Masuk.”

Ditengah kesibukannya Radit menghentikan sejenak pekerjaannya saat melihat siapa yang datang ke ruangannya pagi-pagi seperti ini. Senyum manis laki-laki itu berikan saat sosok perempuan cantik melangkah masuk dengan cangkir di tangannya yang dapat ia tebak bahwa itu adalah kopi, tercium jelas dari aromanya.

“Selamat pagi Pak Boss,” sapa Mesya melempar senyum ke arah laki-laki yang sedang duduk tersenyum di kursi kebesarannya.

“Pagi juga cantik,” balas Radit mengedipkan sebelah matanya genit.

“Udah sibuk aja kayaknya pagi-pagi kayak gini?” tanya Mesya setelah meletakan cangkir yang di bawanya. Radit menjawab dengan senyuman dan anggukan kecil.

“Apa aja jadwal aku hari ini?” Radit bertanya.

Mesya membuka catatan kecil yang memang dibawanya sebelum masuk ke ruangan sang boss, membacakan satu per satu jadwal laki-laki tampan itu dengan sangat jelas dan tanpa terlewatkan satu pun.

“Tiketnya apa sudah kamu pesan?” tanya Radit saat Mesya selesai membacakan jadwalnya hari ini.

“Belum Pak, saya baru akan memesannya saat ini,” jawab Mesya yang sudah mulai berubah formal.

“Pesan kan dua tiket dan kamu pulang, bersiap untuk keberangkatan kita.” Kata Radit yang membuat Mesya menaikan sebelah alisnya bingung.

“Maksud Bapak?”

“Kamu ikut saya ke Jepang, Bara gak bisa ikut karena sedang saya tugaskan ke Singapura.” Mesya membelalakkan matanya, enam bulan menjadi sekertaris bos besar dan baru kali ini ia di ajak ke luar negeri untuk menemani perjalanan bisnis sang bos. Biasanya Bara, asisten pribadi Radit yang akan menemani laki-laki itu.

“Kenapa bengong?” tanya Radit yang melihat keterdiaman sekretarisnya itu.

Mesya menggeleng. “Yakin Pak ajak saya?” tanya Mesya tak percaya.

“Ya, terus saya harus bawa siapa lagi kalau bukan kamu?” memutarkan bola matanya malas Radit menatap Mesya yang masih tetap berdiri di tempatnya. “Pulang Sya, siap-siap, sekalian siapkan keperluanku juga, setelah aku selesai meeting kita langsung berangkat ke bandara. Apa kamu paham Mesya?” kata Radit menekankan pada ucapan terakhirnya. Mesya buru-buru mengangguk dan pamit undur diri. Meraih tasnya yang ada di atas meja ruang kerjanya lalu kembali mematikan komputer yang baru beberapa menit lalu ia nyalakan dan bergegas untuk kembali ke rumah.

“Loh, kok, kamu pulang lagi, Kak?” tanya Rasti yang tengah duduk santai di ruang tegah sembari menonton televisi.

“Sya mau siap-siap, Bun, di ajak ke Jepang sama Radit,” jawab Mesya seraya duduk di samping sang bunda.

“Ngapain? Berapa hari?”

“Ada perjalanan bisnis, Bun. Cuma tiga hari kok.” Rasti mengangguk mengerti.

“Ya sudah, kamu segera siap-siap. Jangan lupa kabari Aldrich, minta izin sama dia,” ucap Rasti pada putrinya. Mesya meringis, kembali duduk dan menatap sang bunda.

“Sebenarnya Sya udah mengakhiri hubungan sama Aldrich, Bun. Maaf,” Rasti tentu saja terkejut mendengar pengakuan anaknya itu. Keningnya mengerut, jelas terlihat kebingungan dan seperti ada tanda tanya di sana. Mesya yang paham pun, menghembuskan napasnya terlebih dulu sebelum menjelaskan semua yang terjadi tempo hari.

Bertambahlah keterkejutan Rasti yang langsung memeluk anak pertamanya itu untuk memberi kekuatan. Sebagai ibu, Rasti tahu bahwa ada luka tak kasat mata yang anaknya itu rasakan meskipun tak ada air mata yang menetes.

“Bunda gak perlu khawatir, Sya sudah menerimanya dengan lapang dada. Setidaknya dengan kejadian itu membuat Sya tahu bahwa memang bukan Aldrich jodoh yang Tuhan siapkan untuk Sya,” Mesya memberikan senyum manisnya pada sang bunda, mengatakan lewat senyuman itu bahwa dirinya baik-baik saja.

Rasti balas tersenyum kemudian mengelus sayang puncak kepala sang putri. “Biar nanti Bunda bicarakan dengan Ayah kamu, agar dia tidak lagi menanyakan tentang pernikahan kalian.” Mesya mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih sebelun naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.

Selesai memasukan beberapa baju juga make up dan keperluan lainnya ke dalam koper kecil, Mesya segera keluar dari kamar, pamit pada sang bunda dan menaiki mobilnya untuk segera ke rumah Radit dan menyiapkan keperluan laki-laki itu.

Riana, housekeeper di rumah Radit sempat bertanya kedatangannya, beberapa menit mereka berbasa basi kemudian Mesya naik menuju kamar Radit, meraih koper hitam yang tidak terlalu besar kemudian memasukan beberapa kemeja, celana bahan, jas, juga dasi dan keperluan lain yang pasti di butuhkannya. Tidak lupa juga paspor ia masukan ke dalam tas tangan yang di bawanya.

Setelah semua siap, Mesya turun kembali ke lantai bawah dengan menarik koper di belakangnya dan meletakannya di ruang depan agar tidak terlupakan. Mesya melangkah menuju dapur, membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa bahan untuk masakannya.

Keberangkatan pesawat yang akan menjadi transportasi mereka hingga ke Jepang pukul tiga sore nanti, jadi masih ada waktu untuk mereka makan siang terlebih dulu, mengingat ini baru tiba jam makan siang.

Suara mesin mobil yang sudah sangat Mesya hapal terdengar berhenti di depan meyakinkan Mesya bahwa sang pemilik rumah yang datang. Dan tebakannya di benarkan dengan keberadaan Radit yang langsung mendudukan diri di kursi meja makan, meneguk segelas air putih yang tersedia di sana.

“Mau masak apa?” tanya Radit pada perempuan yang tengah mengiris bawang.

“Ayam kecap,” jawab singkat Mesya tanpa menoleh pada sang lawan bicara.

Tak lagi ada obrolan, Mesya sibuk dengan masakannya dan Radit yang masih duduk di tempat semula, sudah disibukkan dengan pekerjaan di tablet yang berada di tangannya.

Setelah masakannya matang, Mesya menata di meja makan dan itu berhasil mengalihkan Radit dari pekerjaannya. Mata laki-laki itu berbinar saat ayam kecap yang masih menampakan asap mengepul juga perkedel kentang dan cah kangkung berada di depannya. Masakan rumahan yang sederhana itu berhasil membangkitkan rasa lapar Radit.

Mesya mengambil piring di depan Radit, mengisinya dengan nasi dan lauk yang tersedia kemudian memberikannya pada laki-laki itu, setelahnya barulah Mesya mengisi piringnya sendiri.

“Sejak kapan sih kamu bisa masak, Sya? Aku masih ingat loh kalau dulu kamu boro-boro masak beginian, goreng telur aja gosong,” ucap Radit mengingat.

“Sejak tunangan sama Aldrich,” jawab Mesya seadanya.

“Andai dulu aku gak pergi mungkin aku masih memiliki kamu hingga saat ini.”

Suapan yang hendak masuk ke dalam mulut Mesya terhenti mendengan kalimat pelan Radit. Terlihat senyum miris dari bibir laki-laki di depannya membuat Mesya tanpa sadar mengembangkan senyum.

Tanpa membalas yang di ucapkan Radit, Mesya kembali menyuapkan makanannya hingga tandas, meneguk air putih yang semula ia tuangkan dan bangkit dari duduknya untuk meletakan piring kotor bekas mereka kenakan di wastafel.

“Berangkat sekarang yuk, Dit. Jalanan macet takutnya nanti kita telat.” Radit mengangguk dan bangkit dari duduknya.

Sebelumnya ia menghampiri housekeeper-nya mengatkan padanya untuk tidak harus datang tiga hari ini, selama dirinya tidak ada di rumah.

Setelahnya Radit menghampiri Mesya yang duduk di sofa, meraih koper hitam yang di yakini bahwa itu miliknya dan membawanya ke luar rumah diikuti Mesya dari belakang.

“Koper aku di bagasi, Dit,” ucap Mesya saat laki-laki itu memasukan koper miliknya ke dalam bagasi mobil yang digunakan untuk mengantar mereka ke bandara. Pak Danang, supir Radit lah yang mengantarkan mereka.

Jalanan cukup macet siang ini mengingat bahwa sekarang adalah jamnya makan siang. Jarak rumah Radit dan bandara memang cukup jauh dan itu memakan waktu hingga satu jam lebih bahkan hampir dua jam.

Pak Danang membantu mengambil koper milik Mesya dan Radit mengantarkannya hingga masuk bandara dan setelahnya laki-laki paruh baya itu pamit undur diri.

Radit dan Mesya sudah duduk di kursi dalam pesawat menyamankan posisi masing-masing agar tidak merasa lelah dengan perjalanan udara yang memakan waktu tujuh jam ini. Pesawat baru saja lepas landas dan kini berada di tas langit cerah di sore hari ini. Radit menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya, menggenggam tangan mungil itu dan membawa ke pipinya.

“Udah izin sama tunangan kamu?” tanya Radit tanpa menatap yang di ajak bicara.

“Aku gak punya tunangan,” jawaban Mesya berhasil mengalihkan Radit yang semula menatap ke arah depan. Kerutan di keningnya menyembul dan tatapan bertanya jelas terlihat. Mesya tersenyum kecil lalu mengelus wajah laki-laki di sampingnya dengan ibu jari sebelum memalingkan kembali wajahnya ke depan.

“Hubungan aku sudah berakhir sama Aldrich,” lanjut Mesya dengan suara pelan. Radit menarik wajah cantik itu agar melihat kearahnya, mencari kebohongan di kedua mata almon Mesya yang sayangnya tidak ia dapatkan. Hanya ada gurat sedih dan kecewa di sana.

“Kenapa?” tanya Radit benar-benar penasaran, ia takut perpisahan yang Mesya alami karena ulahnya. Meskipun berat mengikhlaskan Mesya, Radit tetap tidak ingin menjadi alasan hancurnya kebahagiaan perempuan itu.

“Sudah gak ada kecocokan aja,” jawab Mesya berbohong. Tidak mungkin ia memberitahukan yang sebenarnya pada laki-laki itu karena Mesya sudah bisa menebak apa yang selanjutnya akan Radit lakukan jika mengetahui apa yang terjadi.

“Aku gak tahu harus bahagia atau sedih mendengar ini,” ucap Radit membuat Mesya mengerutkan keningnya. “Apa hubungan kamu berpisah karena aku?” tanya Radit.

Mesya terkekeh geli, melepaskan tangannya dari wajah tampan itu kemudian menjawab, “percaya diri sekali anda Bapak CEO!” Mesya memutar bola matanya. “Hubungan aku sama di berakhir karena memang ada sesuatu yang mengharuskan kami berpisah. Gak ada sangkut pautnya sama kamu.” Lanjut Mesya masih dalam tawa gelinya, sementara Radit menggaruk tengkuknya salah tingkah.

Terpopuler

Comments

Estiti Kadam

Estiti Kadam

aq bingung sedih apa senang Mesya putus dr aldrich...yg pasti ada peluang besar buat Radit and

2021-07-03

0

Iyona Joviani

Iyona Joviani

dengar aja laper😭😭

2021-06-30

2

Taty AB

Taty AB

jodoh ditangan author 😁

2021-06-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!