Chapter 10

Satu bulan berlalu semenjak malam itu Radit benar-benar mengabaikan Mesya dan hanya berbicara seperlunya itu pun menyangkut kerjaan, wajahnya pun selalu datar dan dingin. Mesya sebenarnya merasa lega dengan itu, tapi sudut hatinya merasakan sesak saat melihat Radit yang seolah-olah tidak mengenalnya.

Sebulan ini mereka benar-benar kerja profesional bertegur sapa hanya saat laki-laki itu menanyakan jadwalnya juga saat meminta di buatkan kopi selebihnya Radit lebih banyak mengurung diri di ruangannya berkutat dengan pekerjaan atau menghabiskan waktu seharian di luar kantor bersama teman-temannya yang juga menggeluti bisnis yang sama.

Awalnya Mesya merasa biasa saja namun lama kelamaan rasa kehilangan mulai Mesya rasakan padahal beberapa waktu lalu ini yang dirinya inginkan, tapi sekarang justru Mesya merindukan pria itu.

Di jam makan siang ini seperti biasa bersama Rena, Rini dan Mona, Mesya berada di café seberang kantor. Jika biasanya Mesya akan makan dengan lahap tapi tidak dengan hari ini. perempuan cantik dengan setelan kantor yang cukup santai itu hanya mengaduk-aduk spaghetti di depannya hingga tidak berbentuk lagi. Ketiga temannya sempat bertanya keadaan perempuan cantik itu, namun Mesya hanya menjawab dengan gelengan dan berkata bahwa dirinya baik-baik saja.

Pukul lima sore Mesya sudah siap untuk pulang, berhubung pekerjaannya sudah selesai dan sang bos tidak ada di ruangannya. Selesai merapikan meja kerjanya Mesya keluar dari ruangannya berjalan menuju lift dan memijat tanda panah ke bawah, menunggu pintu besi itu terbuka.

Beberapa detik menunggu akhirnya pintu lift terbuka, tapi Mesya di kejutkan dengan keberadaan Radit di dalam sana. Tatapan dingin laki-laki tampan itu langsung tertuju pada Mesya yang berdiri mematung di tempatnya. Bisa Mesya lihat jelas lingkaran hitam di bawah mata Radit juga wajah tampannya yang kini terlihat kusut, membuat Mesya meringis dan ingin sekali menyentuh wajah itu, memastikan bahwa bos sekaligus mantannya itu baik-baik saja.

Radit melangkah keluar, melewati begitu saja Mesya yang masih berdiri dengan kaku di depan lift. Tapi dengan cepat Mesya menoleh saat suara sepatu yang bertabrakan dengan lantai semakin terdengar menjauh, air matanya menetes begitu saja saat dilihatnya punggung yang biasanya tegap itu sedikit menurun, lesu. Mengabaikan pintu lift sudah kembali tertutup, Mesya akhirnya memilih untuk berlari menghampiri Radit dan memeluk laki-laki itu dari belakang. Jujur saja Mesya sudah tidak sanggup, ia tidak bisa terus-menerus mengabaikan perasaannya, menyiksa hati dan pikirannya. Ia merindukan Didit-nya.

Langkah Radit tertahan oleh pelukan tiba-tiba Mesya, membuat tubuhnya menegang, terkejut, tapi dengan cepat berusaha biasa saja. tidak sama sekali Radit berniat membalikan tubuhnya, tidak juga untuk melepaskan lengan mungil Mesya yang melingkar di perutnya. Radit hanya ingin tahu apa tujuan perempuan itu melakukan ini. Radit tidak ingin cepat menyimpulkan, karena ia masih takut dikecewakan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

“Maafin gue Dit, gue gak tahu kalau semua ini akan buat lo kecewa,”

Terdengar jelas isakan Mesya juga rasa basah di kemeja Radit bagian belakang dimana kepala perempuan itu menempel di punggungnya. Ada rasa hangat juga bahagia yang berdesir di hati Radit, namun dengan cepat ia tepis saat mengingat bahwa wanita yang tengah memeluknya sudah terikat dengan laki-laki lain. Radit hanya tidak ingin berharap kembali pada wanita cantik ini dan membuat dirinya sakit sendiri.

“Tadi saya lihat tunangan kamu sudah menunggu di bawah, sebaiknya kamu pulang.” tangis Mesya terhenti saat mendengar nada dingin yang Radit lontarkan, ada sedih dan juga kecewa saat permintaan maafnya tidak dihiraukan pria itu, padahal dulu Didit-nya tidak pernah seperti ini, seberapapun marahnya pria itu akan langsung memaafkan jika Mesya sudah mengeluarkan air mata. Tapi sekarang laki-laki itu seolah tidak peduli. namun dengan cepat Mesya sadar bahwa semuanya sudah berubah.

Perlahan pelukan Mesya melonggar, tatapan matanya sendu ke arah punggung Radit yang mulai membebaskan diri, melanjutkan langkah menuju ruangannya tanpa sedikit pun menolah ke arah Mesya. Membuat air mata perempuan itu mengalir deras dengan isak tangis kesedihan. Tidak menyangka bahwa Radit akan mengabaikannya padahal Mesya sudah memberanikan diri dan berniat untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi respons yang di berikan laki-laki itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Sakit, tapi Mesya tidak bisa melakukan apa pun untuk saat ini. ia paham dengan kekecewaan yang mantan kekasihnya itu rasakan, karena saat pria itu memutuskan pergi pun Mesya merasakan kecewa yang sama.

Mesya menyeka air matanya dengan kasar, sekali lagi menatap punggung tegap Radit yang berjalan semakin menjauh hingga laki-laki itu menghilang di balik pintu ruangannya. Dengan lesu Mesya berbalik dan melangkah menuju lift kembali. Dengan menunduk ia masuk ke dalam kotak besi tersebut. Pikirannya berkelana pada masa dimana mereka masih bersama, dimulai dengan persahabatan dan di lanjutkan dengan hubungan yang dinamakan pacaran, hingga kemudian Radit memutuskan untuk meninggalkan dan Mesya berusaha melupakan dengan menerima laki-laki lain. Tidak menyangka bahwa ternyata pria yang dirinya anggap tega, kembali dengan perasaan yang masih tersimpan.

Beberapa menit kemudian lift yang dinaikinya berhenti dan pintunya terbuka di loby, dari jarak kurang lebih lima meter Mesya sudah dapat melihat keberadaan Aldrich yang duduk sambil memainkan ponselnya. Menarik dan membuang napas terlebih dulu Mesya berusaha mengembangkan senyumnya seperti biasa, setelah di rasa sedikit lebih baik barulah ia melangkah menghampiri sang tunangan, berharap bahwa laki-laki tampan itu tidak menyadari kondisinya yang kacau saat ini.

“Maaf lama,” ucap Mesya saat sudah berada di depan laki-laki itu. Aldrich dengan cepat segera memasukan ponselnya ke dalam saku celana bahannya. Jas yang laki-laki itu kenakan sudah terlepas dan ia sampirkan di tangan. Bangkit dari duduknya seraya memberikan senyum tampan seperti biasa. Satu kecupan Aldrich berikan pada kening Mesya kemudian mengajak perempuan itu keluar dari loby menuju parkiran dimana mobilnya berada.

“Lelah banget kayaknya?” tanya Aldrich saat mereka baru saja menaiki mobil. Mesya tersenyum kecil dan mengangguk.

“Kerjaan aku lumayan banyak tadi,” jawab Mesya berbohong. Tangan Aldrich terulur mengusak rambut Mesya dengan sayang.

“Ya sudah, aku langsung antar kamu pulang aja ya, biar kamu istirahat,” ucap Aldrich, tangan laki-laki itu menggenggam lengan Mesya dan menyimpan di atas pahanya sesekali ia berikan kecupan meski tatapannya terfokus pada jalanan di depan.

Mesya hanya menjawab lewat anggukan kecil lalu menyandarkan kepalanya pada jendela menatap ke samping memperhatikan jalanan ramai dan langit yang mulai menggelap. Sekarang bukan hanya tentang Radit yang menjadi pikirannya, tapi juga ia merasa bersalah pada laki-laki di sampingnya, selama dua tahun ini laki-laki itu menjadi kekasihnya. Namun terkalahkan oleh laki-laki dari masa lalu yang jelas-jelas sudah meninggalkannya.

Jujur saja Mesya memang mencintai laki-laki yang menjadi tunangannya ini tapi ia tidak tahu bahwa cintanya pada Radit lebih besar hingga mampu menggeser posisi Aldrich yang selama ini sudah baik dan juga pengertian, laki-laki yang selalu ada dan tanpa lelah menunggu meski berkali-kali Mesya layangkan penolakan secara terang-terangan.

Aldrich terlalu baik untuk ia khianati, tapi mau bagaimana lagi jika hatinya kini malah menginginkan Radit, laki-laki dari masa lalunya.

“Sayang, sudah sampai,” ucap Aldrich menyadarkan Mesya dari lamunannya. Perempuan cantik itu menatap sekeliling, kemudian membuka pintu mobil diikuti Aldrich.

“Aku gak bisa mampir, harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini.” Mesya menatap laki-laki di depannya itu dengan alis berkerut.

“Kalau masih ada kerjaan kenapa jemput aku segala sih, Al. Aku bisa naik taksi loh,” ujar Mesya tak enak hati.

“Gak apa-apa sayang, aku juga pengen ketemu kamu, kangen. Aku balik ke kantor, ya, kamu langsung istirahat.” Mesya mengangguk membiarkan laki-laki itu kembali masuk ke dalam mobilnya. Lambaian tangan Mesya berikan hingga sedan hitam itu melaju menjauh.

Langkah lesu Mesya membawanya masuk ke dalam rumah yang hanya di tinggali oleh dirinya dan Rasti. Wanita baya yang masih terlihat cantik itu duduk di sofa mengganti-ganti siaran televisi. Sadar dengan kepulangan sang putri, Rasti langsung bangkit dan menghampiri anak pertamanya yang terlihat murung.

“Kamu kenapa kak?” tanya heran Rasti. Mesya menggeleng pelan kemudian memberikan senyum tipis pada sang bunda.

“Cerita sama Bunda, berantem sama Aldrich?” tanyanya lagi tidak mau menyerah. Lagi Mesya menggelengkan kepalanya. Rasti membawa anaknya itu untuk duduk di sofa. Rasti cukup tahu bagaimana anak-anaknya termasuk Mesya yang memang selalu berada bersamanya.

“Bunda tahu kamu lagi ada masalah, Kak. Cerita sama Bunda, sayang. Siapa tahu Bunda bisa bantu. Jangan memendam bebanmu sendiri, disini Bunda ada untuk mendengar keluh kesah kamu,” ucapan lembut Rasti mampu membuat hati Mesya bergerak.

“Radit kembali, Bun,” ucap Mesya dengan pelan, tapi masih mampu di dengar jelas oleh Rasti yang sempat mengernyitkan keningnya, sampai kemudian sebuah pelukan ia berikan pada sang putri tercinta. Mengerti dengan apa yang di rasakan putrinya sekarang.

“Kamu bertemu dia dimana?” tanya Rasti masih dalam keadaan memeluk anaknya yang sudah mulai terisak.

“Radit boss aku di kantor, dia kembali hampir tiga bulan yang lalu.”

“Kok bisa, kenapa kamu baru cerita sekarang? Gimana kabar dia, apa dia mengenali kamu?” Mesya mengangguk meng’iya’kan semua pertanyaan yang di berikan ibunya.

“Bahkan dia sempat mendekati Sya,” senyum amat tipis Mesya berikan mengiringi kalimatnya. “Sebulan lalu, Sya pergi ke acara ulang tahun malam itu sama Radit dan kebetulan Al juga ada di sana, Sya kenalin mereka berdua dan semenjak itu Radit mulai menjauh. Awalnya itu memang keinginan, Sya, tapi lama kelamaan kenapa Sya malah gak terima kalau Radit menjauh? Hati Sya sakit, Bun,” kepedihan itu Mesya perlihatkan pada Rasti, tidak sanggup terus menyimpan beban dan kebingungan ini sendiri.

Rasti semakin erat memeluk putrinya, menepuk-nepuk pelan punggung yang bergetar karena tangis itu, berusaha untuk menenangkan. Sebagai orang tua yang juga pernah merasakan masa muda, Rasti mengerti dengan apa yang di rasakan anaknya. Sebagai ibu ia merasakan kesedihan yang sama, karena bagaimana pun ia tahu kacaunya Mesya saat di tinggal pergi oleh laki-laki itu.

“Aldrich sudah tahu bahwa Radit itu seseorang yang dulu buat kamu terus nolak dia?” Mesya menggeleng.

“Sya, gak berani bilang, Bun, karena Sya tahu, Al gak akan suka dan pasti nyuruh Sya untuk berhenti bekerja. Sya terlanjur nyaman dengan pekerjaan Sya sekarang.” Lagi Rasti mengangguk paham, lalu mengurai pelukannya, menyeka air mata yang masih menetes membasahi pipi tirus putri cantiknya.

“Ikuti kata hati kamu, ya, Nak. Kamu sudah dewasa, sudah saatnya menentukan pilihan kamu sendiri. Mama hanya akan mendukung apa pun keputusan kamu. Jika sudah siap bicaralah pada Aldrich, dia berhak untuk tahu.”

Mesya tak lantas menjawab, karena ia terlalu bingung bagaimana cara menjelaskan pada tunangannya perihal Radit. Lebih bingung dengan perasaannya sendiri yang kini malah bercabang. Mesya tidak siap mengecewakan Aldrich, dan ia juga tidak siap kecewa dengan keputusannya nanti. Karena Radit dan Aldrich sama-sama berarti dan sama-sama ia cintai. Mesya tidak ingin kehilangan satunya, tidak ingin melepaskan salah satu diantara kedua laki-laki itu, tapi jelas bahwa dirinya tidak bisa memiliki keduanya. Namun untuk kehilangan keduanyanya pun bukan yang Mesya inginkan.

Terpopuler

Comments

Fa Rel

Fa Rel

mesa murahan uda punya tunangan masih ngejar mantan menjijikan

2022-04-08

0

istri_sahnya_suga🤫🥰

istri_sahnya_suga🤫🥰

q skip bcax waktu part mesya meluk radit,rasax kog kurang gimana gtu ya,coba mesya jga ikut ngjauh kan rasa cintax gc bkal tumbuh lg,tpi aplah daya isi hatinya mesya kan trgntung othor

2021-10-12

0

Ilan Irliana

Ilan Irliana

klo AL stia ngapain di sakitin coba...ksian Al atuh mesya...blm tntu radhit lbh baik dr Al...

2021-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!