Chapter 9

Sesuai janji, malam ini Mesya sudah cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna hitam yang membalut tubuh langsingnya, menampilkan lekuk tubuh Mesya yang terlihat pas. Riasan make up sederhana juga tas kecil yang di pegangnya dan heels setinggi 7cm menyempurnakan penampilan Mesya malam ini. Sudah pukul enam sore, Mesya bergegas keluar dari kamarnya, menuruni satu per satu anak tangga dengan hati-hati.

“Kamu mau ke mana, Kak?” tanya Rasti yang sedang duduk di sofa ruang tengah membolak-balik majalah fashion.

“Sya mau ke acara ulang tahun, Bun,” Rasti mengangguk kemudian bangkit dari duduknya, merapikan sedikit rambut Mesya yang hari ini sedikit wanita itu buat bergelombang.

“Sama Aldrich?” tanya Rasti lagi.

Mesya menggeleng. “Bukan Bun, ini acara dari kantor, ulang tahun perusahaannya teman bos, Sya.” Rasti mengangguk paham kemudian mengikuti sang putri berjalan keluar dari rumah.

“Sya pamit, ya, Bun,” ucapnya seraya mengecup pipi Rasti singkat. Wanita baya itu mengangguk melambaikan tangannya dan tidak lupa mengucapkan hati-hati sebelum mobil Mesya melaju menjauh.

Sore tadi Radit mengingatkan Mesya pada acara malam ini dan mau tidak mau membuatnya kembali teringat bahwa tadi pagi Mesya sudah menyetujui ajakan boss-nya itu. Tidak lupa juga laki-laki tampan itu memberi tahu alamat hotel tempat acara akan di selenggarakan.

Satu jam kemudian Mesya sampai di depan hotel, memarkirkan lebih dulu mobilnya kemudian turun dan langsung di sambut oleh Radit yang sudah berdiri di depan pintu masuk. Laki-laki itu malam ini terlihat begitu tampan dengan stelan jas hitam, celana bahan hitam juga kemeja hitam sebagai ********** tidak lupa juga dasi hitam bergaris putih yang dikenakan laki-laki itu.

Memang tema malam ini adalah hitam, itu alasannya kenapa Mesya menggunakan gaun hitam. Bukan hanya mereka karena semua yang menghadiri acara ini pun menggunakan pakaian dengan warna yanga senada.

Mesya menaikan sebelah alisnya saat laki-laki di sampingnya itu menekuk tangannya di perut, matanya bergerak-gerak menatap tangannya dan Mesya bergantian. Beberapa detik kemudian Mesya baru paham dengan yang di maksud laki-laki itu. Ragu Mesya mengaitkan lengannya, kemudian laki-laki itu sedikit menarik tangan Mesya agar melingkar sempurna di lengannya.

Dada Mesya berdebar lebih kencang, ada letupan-letupan bahagia di dalam sana juga desiran hangat yang mengalir dalam dadanya. Senyum manis Radit berikan sebelum mereka melanjutkan langkah menuju ballroom yang berada di lantai sepuluh hotel mewah ini.

Acara privasi yang di selenggarakan terkesan meriah dan mewah, banyak kalangan atas dan pengusaha-pengusaha terkenal yang datang dan asyik bercengkrama. Mesya menatap sekeliling, memperhatikan orang-orang yang sama sekali tidak Mesya kenal. Kemudian matanya menangkap sosok yang begitu amat dikenalnya. Seketika senyum Mesya terbit kemudian menoleh pada Radit yang berada di sampingnya tengah mengobrol bersama salah satu rekan bisnis pria itu.

“Saya ke sana sebentar gak apa ‘kan Pak? Ada seseorang yang harus saya temui,” bisik Mesya tepat di telinga Radit. Laki-laki itu menaikan sebelah alisnya kemudian mengangguk pelan. Mesya tersenyum sopan pada pria paruh baya yang mengobrol dengan Radit kemudian pamit.

Radit yang penasaran siapa kira-kira yang ingin di temui Mesya matanya mengikuti ke mana perempuan itu pergi, hingga sosoknya berhenti tepat di dekat meja yang menyediakan berbagai minuman, bukan untuk mengambil minuman melainkan menghampiri seorang laki-laki yang tengah mengembangkan senyumnya.

Rahang Radit mengeras tak kala ia mengingat bahwa laki-laki bule itu adalah yang tempo hari Radit lihat di loby kantornya. Tangannya sudah mengepal dan tatapan tidak suka jelas terlihat jelas, bersamaan dengan wajah yang menahan amarah. Radit pamit pada laki-laki paruh baya di depannya kemudian menghampiri Mesya, ia sangat penasaran siapa laki-laki yang bersama perempuan itu.

“Sya,” panggil Radit pelan saat sudah berada di belakang wanita cantik itu. Yang di panggil menoleh dan melayangkan senyum manisnya. Laki-laki yang berada bersama Mesya mengernyit melihat Radit yang menatapnya datar dan dingin.

“Oh iya Pak, maaf saya keasyikan ngobrol,” ucap Mesya sedikit tak enak hati.

“Dia siapa, Beib?” tanya laki-laki yang bersama Mesya, yang tak lain adalah Aldrich sang tunangan. Lagi Mesya mengulas senyumnya, berpikir bahwa mungkin ini waktu yang tepat untuk mengenalkan keduanya mengingat Aldrich sangatlah sibuk dan jarang memiliki waktu.

“Ah iya, kenalkan, Al, ini Pak Radit, boss aku. Dan Pak Radit kenalkan, ini Aldrich tunangan saya,”

Seolah ada yang menghantam tepat pada dadanya kini Radit merasakan sesak yang amat luar biasa. Radit tidak pernah menyangka bahwa ternyata perempuan yang selama ini ia rindukan sudah memiliki tunangan.

Menutupi rasa kecewanya dalam wajah datar, Radit menerima uluran tangan pria di depannya yang tengah melayangkan senyum ramah. Sekilas Radit menoleh pada Mesya, dan senyum yang terukir di wajah cantik itu tidak sama sekali membuat Radit senang justru dadanya semakin sesak. Kekasihnya yang dulu ia tinggalkan ternyata kini sudah menemukan kebahagiannya, tidak seperti dirinya yang larut dalam cinta lama yang masih ia harapkan.

“Al, aku temani Pak Radit dulu ya, nanti kalau mau pulang aku kabarin,” ucap Mesya pada tunangannya. Aldrich mengangguk kecil seraya melayangkan kecupan di kening Mesya yang membuat perempuan itu tersipu malu, sedangkan Radit semakin mengeraskan rahang juga kepalan tangannya, menahan cemburu.

Sepanjang acara Radit tidak banyak bicara walau banyak teman-temannya yang mengajak ngobrol, hanya sekedar ucapan selamat pada sang pemilik acara lalu kemudian diam dan meneguk minuman yang ada di depannya. Mesya yang heran hanya menggerutkan keningnya, tidak berani untuk bertanya dan lebih memilih mengobrol dengan seseorang yang juga satu propesi dengannya sebagai sekertaris.

Saat jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Radit mengajak perempuan itu untuk pulang, masih tanpa kata mereka berjalan berdampingan, tidak bergandengan seperti saat datang tadi. Mesya semakin heran dan memberanikan diri untuk bertanya.

“Pak Radit gak apa-apa? Saya perhatikan dari tadi diam terus,” tanya Mesya hati-hati.

Radit menoleh pada wanita di sampingnya, mereka tengah berada di dalam lift yang kosong hanya mereka berdua yang mengisi kotak besi itu. Perlahan Radit mendekat, sedangkan Mesya mundur menjauh, hingga tubuh rampingnya membentur dinding dingin di belakangnya. Jarak wajah Mesya dan Radit hanya beberapa centi dan itu membuat Mesya menahan napasnya susah payah. Napas Radit yang beraroma mint terasa hangat di wajah Mesya, membuatnya tegang dan juga dadanya berdebar begitu kencang.

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di bibir tebal Mesya. Perempuan cantik dalam balutan dres hitam itu terkejut dan matanya membulat sempurna. Sadar dengan apa yang terjadi Mesya dengan cepat mendorong tubuh besar Radit agar laki-laki itu menjauh. Wajah Mesya memerah, marah, ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu akan berani menciumnya padahal tahu bahwa Mesya sudah memiliki tunangan.

“Apa yang Pak Radit lakukan?!” tanya Mesya marah.

“Gue terkejut Sya saat tahu bahwa lo udah tunangan.

Selama empat tahun gue tersiksa dengan ketidak beradaan lo, setiap hari gak pernah sedetik pun gue melupakan lo. Gue mati-matian belajar demi menyelesaikan kuliah secepat mungkin agar gue bisa cepat juga bertemu sama lo. Gue gak tahu kalau ternyata perempuan yang masih gue harapkan sudah terikat dengan laki-laki lain. Apa gue terlalu lama pergi, Sya?”

Mesya diam menatap tepat pada manik mata Radit yang memancarkan kesedihan juga kecewa. Beberapa detik setelahnya laki-laki tampan itu tersenyum, miris, kemudian tertawa hambar.

“Salah gue memang, gue terlalu pengecut untuk mempertahankan hubungan kita. Dulu gue hanya takut mengecewakan lo, makanya gue memilih mengakhiri hubungan kita. Gue gak tahu kalau akhirnya gue akan menyesal. Gue sakit, tahu kenyataan bahwa lo bukan lagi milik gue,” senyum miris laki-laki itu berikan, bertepatan dengan pintu lift yang terbuka. Mesya masih mematung di tempatnya sebelum sebuah tangan menariknya untuk keluar.

“Tunangan lo udah nunggu, gue duluan, Sya.”

Terpopuler

Comments

Nabil Az Zahra

Nabil Az Zahra

seneng nih,,kali" cwek yg pnya gndengan duluan gak mlulu nunggu dlm ktidkpastian.gliran ktmu si cwo dh pnya tunangan,,👍

2023-04-29

0

fidivrotary

fidivrotary

ih nyesek...asli😭

2021-12-07

0

Agustin

Agustin

Duh, gmn nanti ya.. Penasaran
Tp aq sabar membaca setiap part nya

2021-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!