Chapter 8

“Maaf Pak jam sebelas nanti ada meeting bersama klien dari Singapura, lalu jam tiga sore nanti ada meeting dengan PT. Prahaja Abadi di Resto Adamich.” Mesya menyebutkan satu per satu jadwal Radit hari ini yang sebelumnya sudah ia atur ulang. Laki-laki tampan yang tengah sibuk dengan laptop dan tumpukan berkas itu menganggukkan kepala tanpa menoleh sedikitpun.

“Tolong buatkan saya kopi, Sya,” Mesya mengangguk kemudian pamit undur diri.

Selang beberapa menit kemudian Mesya kembali dengan nampan kecil berisi segelas kopi untuk Radit. Setelah meletakan cangkir tersebut di tengah meja yang penuh dengan tumpukan berkas. Mesya kembali mundur dan pamit untuk kembali ke meja kerjanya. Namun belum sampai pada ambang pintu suara Radit menghentikan langkahnya.

“Nanti malam ada acara gak?” tanya Radit mengulang pertanyaannya.

“Enggak kayaknya Pak, kenapa?”

“Temani ke acara ulang tahun perusahaan teman saya, bisa?” Mesya berpikir sejenak menimbang-nimbang ajakan Radit yang bisa di bilang mendadak.

“Bagaimana? Saya janji gak akan lama,” ucap Radit yang kemudian mendapat jawaban lewat sebuah anggukan kecil dari Mesya.

“Nanti gue jemput pukul enam sore. Rumah lo masih di tempat yang dulu kan?” tanya Radit yang kini menghilangkan ucapan formalnya.

“Janjian di tempat acaranya saja Pak, nanti saya temui Bapak di depan hotelnya,” Radit sempat keberatan, tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa memaksa karena kini wanita itu bukan siapa-siapanya selain dalam urusan pekerjaan. Akhirnya Radit mengangguk meski dengan berat hati.

Mesya kembali berkutat dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Radit yang sesekali menoleh ke arah depan dimana ruangan Mesya yang hanya terhalang dinding kaca, memperhatikan perempuan cantik itu yang tengah serius bekerja. Kerutan di keningnya membuat Radit terkekeh kecil karena terlihat menggemaskan di mata Radit. Ia tidak menyangka gadis kecilnya dulu kini menjelma menjadi perempuan dewasa yang sangat memesona. Ingin rasanya mengulang masa putih abu-abu, dimana saat itu mereka masih menjalin kasih, tapi Radit tahu bahwa ia tidak bisa mengembalikan waktu.

Merasa di perhatikan, Mesya menoleh dan mendapati Radit yang tidak berkedip memandangnya, sesekali laki-laki itu tersenyum tapi beberapa detik kemudian mengalihkan tatapannya dengan salah tingkah saat matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata almond Mesya. Menggelengkan kepala beberapa kali Mesya kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Tok … tok … tok.

“Masuk!”

“Maaf Pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak,” ucap Mesya dengan hormat.

“Siapa?” tanya Radit tanpa mendongakkan kepalanya.

“Gue,” ucap seseorang di belakang Mesya. Radit segera mendongak dan melihat siapa yang datang, senyum laki-laki tampan itu terbit dan berdiri dari duduknya.

“Long time no see brother,” ucap Radit seraya berjalan menghampiri tamunya. Tanpa di minta sebelumnya Mesya keluar dari ruangan Radit meninggalkan kedua orang itu dan menutup pintu kembali.

Tak lama setelah itu telepon yang berada di meja berbunyi. “Sya tolong buatkan kopi tanpa gula untuk teman saya,”

“Baik Pak, segera saya buatkan.” Mesya kembali meletakan telpon tersebut setelah boss-nya mengakhiri. Melirik sekilas ke dalam ruangan lewat dinding kaca dan melihat Radit yang tertawa bersama teman laki-lakinya yang baru pertama kali ini Mesya lihat kemudian segera pergi menuju pantry untuk membuatkan secangkir kopi sesuai yang di pesan.

“Bikin kopi untuk siapa Sya?” tanya Rena salah satu teman baru Mesya di tempat kerja.

“Teman bos,” jawab Mesya singkat. Rena mengangguk seraya kembali meneguk teh di tangannya.

“Cowok?” tanya Rena lagi. Mesya mengangguk kemudian menuangkan air panas ke dalam cangkir yang sebelumnya ia masuki bubuk kopi.

“Nanti istirahat gue tunggu di lobi, kita makan enak hari ini. Ada café steak baru buka di depan sana.” Mesya mengacungkan ibu jarinya sebagai jawaban, lalu berjalan meninggalkan Rena yang masih betah di pantry seorang diri.

Lebih dulu Mesya mengetuk pintu dan baru masuk saat sudah ada sahutan dari pemilik ruangan. Perlahan ia meletakan cangkir kopi itu ke atas meja, kemudian mempersilahkan teman Radit untuk meminum.

“Kenalin, Sya ini Adam Albahkri teman gue waktu di jerman dulu,” ucap Radit memperkenalkan temannya. Mesya mengangguk dan tersenyum kecil seraya menerima uluran tangan laki-laki bernama Adam tersebut dan menyebutkan nama masing-masing.

Niatnya setelah itu Mesya akan kembali ke ruangannya, tapi Radit menahan dan memintanya untuk ikut duduk. Awalnya Mesya ingin menolak tapi tidak enak hati mengingat dirinya adalah seorang karyawan. Rasanya kurang pantas jika menolak atasan di depan orang lain. Namun keputusannya menerima dengan cepat Mesya sesali saat sahabat dari bosnya itu terus menatap dan sesekali melayangkan kedipan genit yang membuatnya tidak nyaman. Radit yang menyadari itu pun segera meraih tubuh ramping Mesya dan menarik wanita itu agar menempel padanya.

“Mesya ini pacar gue yang waktu itu sempat gue ceritain sama lo, Dam,” ucap Radit dengan ringan, mengalihkan tatapan Adam yang sejak tadi berusaha menggoda Mesya. Sedangkan Mesya sendiri menoleh pada laki-laki yang merangkulnya itu, keningnya berkerut menuntut penjelasan.

“Ah jadi ini, pantas aja lo ngebet banget pengen pulang ke Indo, padahal di sana udah di tawarin kerjaan bagus.” Kedua laki-laki itu tertawa, sedangkan Mesya hanya mampu memaksakan senyum dengan ketidak nyamanan.

Obrolan berlanjut hingga jam setengah sebelas siang. Mungkin jika Mesya tidak mengingatkan akan meeting-nya, Radit sudah pasti melupakan meeting penting bersama klien-nya. Adam pamit dan menjanjikan untuk bertemu di acara malam nanti. Kini Mesya bisa bernapas lega, kemudian meloloskan diri dari rangkulan Radit yang lama kelamaan membuat Mesya nyaman. Raut kecewa dapat Mesya tangkap dari wajah Radit, tapi sebisa mungkin Mesya pura-pura tidak menyadari. Ia harus ingat bahwa kini ada hati yang harus ia jaga.

Mesya keluar dari ruangannya saat jam makan siang tiba, berjalan menuju loby dimana Rena menunggu. Radit tadi berangkat meeting seorang diri dan hingga sekarang belum kembali.

“Lama banget si lo,” dengus Rena.

“Ya maaf, gue kan nyelesein dulu kerjaan biar nanti bisa pulang awal.” Jawab Mesya memberi alasan. Dengusan Rena keluarkan sebelum akhirnya menggandeng temannya itu untuk menuju café yang berada di seberang jalan sana. Mereka tidak berdua karena sesampainya di café Rini dan Mona sudah menunggu. Mereka berdua adalah resepsionis, sedangkan Rena sendiri sebagai sekertaris manager. Entah bagaimana awalnya hingga mereka berempat bisa berteman seperti sekarang ini.

Rena dan Mesya duduk di kursi kosong dan mulai menyebutkan pesanan mereka masing-masing saat seorang waiters datang.

“Sya, boss ganteng ke mana hari ini?” tanya Rini mencondongkan wajahnya mendekat pada Mesya.

“Tadi pergi meeting sama klien dari Singapura,” jawab Mesya seadanya.

“Lo kok gak ikut, bukannya sekertaris harus ikut kemanapun bosnya pergi, ya?” kini giliran Mona yang bertanya.

“Ya, gak harus juga kali, Mon. Kalau kita memang gak di butuhin dalam meeting itu ya ngapain ikut. Lagi pula tidak semua meeting yang bos hadiri itu penting karena kadang mereka cuma pengen ketemu untuk ngobrol-ngobrol ringan aja meskipun masih menyangkut dalam pekerjaan.” Rena menjelaskan. Kedua orang itu mengangguk paham sedangkan Mesya sendiri memainkan sedotan di gelas minumannya yang baru saja diantarkan.

Tak lama makanan datang, keempat perempuan cantik itu makan dengan diselingi obrolan-obrolan ringan. Mesya yang memang terbilang baru diantara mereka lebih banyak menyimak saat keempat orang itu bergosip. Dari mereka Mesya tahu status Radit yang ternyata masih single, dan dari mereka juga Mesya tahu bahwa banyak karyawan perempuan yang mengidolakan bosnya. Meskipun ia bekerja sebagai sekertaris Radit, tapi Mesya bekerja profesional meski pada kenyataanya mereka sudah mengenal sejak kecil bahkan sempat menjalani sebuah hubungan tidak banyak yang Mesya tahu mengenai laki-laki itu semenjak empat tahun lalu kepergiannya.

Drett … drettt …

Getaran pada ponsel Mesya yang berada di atas meja menghentikan keempatnya yang tengah mengobrol. Cepat Mesya meraih benda pipih itu sebelum ketiga temannya melihat siapa yang menghubungi.

“Gue angkat telpon bentar ya,” pamit Mesya pada ketiganya. Tanpa menunggu persetujuan, Mesya melangkahkan kaki sedikit menjauh dari teman-temannya untuk mengangkat telepon dari Radit.

“Hallo, ada apa Pak?” tanya Mesya langsung.

“Lo dimana?” tanya Radit dari seberang sana.

“Lagi makan siang, kenapa?”

“Bungkusin ya, gue lapar. Nanti gue ganti uangnya.”

“Ta—"

Tut …

Mesya berdecak saat laki-laki di seberang sana mematikan sambungan begitu saja. Kembali dengan wajah kesal membuat Rini, Rena dan Mona mengernyitkan keningnya heran. Sebenarnya Mesya bukan kesal karena Radit memintanya membelikan makanan tapi karena laki-laki itu yang berbicara selayaknya pada teman, jujur saja Mesya tidak nyaman dan merasa bahwa mereka tidak profesional. Mesya hanya ingin hubungan antara Radit dan dirinya sebatas rekan kerja sebagimana bos dan sekertaris. Bukan seperti teman seperti ini. Mesya takut akan kembali terjerat dan mengharapkan laki-laki itu lagi, karena bagaimanapun rasa di hati Mesya masih ada untuk Didit-nya.

Selesai menghabiskan makanannya mereka berempat kembali ke kantor saat dilihatnya jam makan siang akan segera habis. Tidak lupa Mesya memesan Steak dan kentang goreng juga kopi untuk Radit. Ketiga temannya bertanya namun Mesya menjawab bahwa itu semua untuk dirinya sendiri yang belum kenyang. Mereka tidak bertanya lagi dan melanjutkan jalannya, menyebrang jalan agar sampai di kantor tempatnya bekerja.

Mona dan Rini lebih dulu sampai di ruang kerjanya sedangkan Rena keluar di lantai sepuluh, hanya tinggal Mesya yang masih berada di dalam lift seorang diri karena ruang kerjanya berada di lantai lima belas, lantai paling tinggi dan hanya di isi dengan ruangan CEO yang bersebelahan dengan ruangannya, kemudian tiga ruang meeting dengan ukuran yang berbeda.

Dua kali Mesya mengetuk pintu sampai akhirnya orang yang berada di dalam mengizinkannya untuk masuk. Yang pertama kali Mesya lihat adalah Radit yang tengah berbaring di atas sofa panjang yang terletak di tengah ruangan.

“Ini Pak makanannya,” ucap Mesya meletakan bungkusan di tangannya ke atas meja. Radit membuka matanya, kemudian mengubah posisinya menjadi duduk.

“Kalau lagi berdua bicaranya biasa aja Sya gak usah formal-formal.” Pinta Radit menatap wajah cantik Mesya.

“Maaf Pak saya gak bisa, saya hanya ingin bekerja dengan profesional,” tolak Mesya masih dengan formal. Dengusan terdengar dari mulut Radit yang tidak Mesya pedulikan.

“Kenapa sih, Sya, kayaknya lo menghindar banget dari gue? Gue cuma minta untuk bersikap biasa aja kalau lagi berdua, bersikap sebagaimana teman, apa salah?”

“Gue tahu hubungan kita udah lama berakhir, kita udah lama gak ketemu, tapi apa salahnya kalau sekarang kita kembali berteman? Jujur aja gue gak nyaman dengan lo yang selalu menghindar. Kita dari kecil mengenal, Sya bahkan dekat. Tapi kenapa sekarang rasanya jadi jauh seperti ini, lo seolah-olah kayak gak kenal gue!” lanjut Radit dengan frustasi.

“Gue cuma pengen kerja profesional, Dit. Seperti kata lo hubungan kita sudah berakhir sejak lama, kita juga udah gak bertemu selama itu, bahkan untuk bertegur sapa pun sudah tidak pernah kita lakukan selama empat tahun ini. Jadi, apa salahnya jika kita berlaku sebagaimana layaknya dua orang yang baru bertemu? Disini lo boss gue dan gue cuma sekertaris lo. Apa salahnya kalau kita berlaku sebagimana mestinya boss dan bawahan?”

Helaan napas berat juga lelah Radit keluarkan, menatap tak percaya perempuan didepannya. Radit tentu saja keberatan dengan apa yang Mesya ucapkan. Ia tidak ingin bersikap seperti itu. Meskipun baru kembali di pertemukan, perasaan yang dirinya miliki tidak seasing itu. Rasanya masih tetap sama dan debaran di jantungnya tidak pernah berubah setiap kali mereka berdekatan.

Terpopuler

Comments

pink magenta

pink magenta

hoalah Dit. aku yo kasian sama kamu. tapi gak bisa belain juga wong kamunya yang salah duluan Dit Dit

2022-03-21

0

Yenni Efita

Yenni Efita

best kamu Mesya, wlo gmn pun rs antara kalian tp dg pilihan yg kalian buat smp lost kontak n memutus/ nutup mua kontk g bs kembl sep dl sep tdk terjd pp.
dan kamu Mesya skrg dah tunangan kamu hrs jg hati wlo msh da rs buat kisah ll.

2021-10-06

0

Arsefa Moms

Arsefa Moms

aq paling suka kriteria cewek kayak gini nih biarpun masih ada rasa tp bisa nutupin

lope wat author 😍😍

2021-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!