My Boss Is My Ex-Boyfriend

My Boss Is My Ex-Boyfriend

Chapter 1

Cerita ini ganti judul ya, yang semula judulnya Kembali Bersemi.

yang gak suka gak usah komen aneh-aneh!!!

suka baca gak suka tinggalkan. jangan bikin ribet hidup sendiri.

Terima kasih

****

Malam datang di iringi dengan tetesan air hujan yang cukup deras, membuat sepasang manusia yang tengah berjalan di trotoar harus berlari mencari tempat untuk berteduh yang sayangnya disaat seperti ini sulit didapatkan karena banyak pula orang yang melakukan seperti mereka berdua inginkan. Pinggir-pinggiran toko bahkan café terlihat penuh dengan orang-orang yang menghindari dinginnya hujan dan basahnya pakaian.

“Gimana dong, Sya?” tanya Radit pada perempuan yang berada di sampingnya.

“Gak apa-apa deh, Dit. kita ujan-ujanan aja, tanggung juga udah basah.”

“Tapi dingin, Sya lo juga gak pakai jaket nanti lo sakit!” khawatir Radit.

Mesya tersenyum lembut kemudian menggeleng, “Gak akan.”

Radit akhirnya mengangguk meski dengan berat hati, menggenggam tangan mungil dan dingin itu lalu melanjutkan berlari menerobos hujan yang sepertinya enggan untuk berhenti. Beruntung jarak komplek perumahan tempat mereka tinggal sudah tidak jauh lagi.

Radit lebih dulu mengantar Mesya hingga depan rumahnya, mengecup singkat kening dan bibir gadis itu dan membiarkannya masuk. Baru setelah gadis itu masuk kedalam rumah Radit kembali dan berjalan menuju samping dimana rumahnya berada. Mesya memperhatikan kepergian laki-laki itu dari balik jendela sambil mengeringkan rambut panjangnya menggunakan handuk yang baru saja di berikan oleh Rasti, sang Bunda.

“Kenapa hujan-hujanan sih, Kak, bukannya tadi pagi Radit bawa mobil?” dengan raut khawatir Rasti bertanya.

“Iya, Bunda tapi tadi mobilnya mogok dan harus dilarikan ke bengkel, dari pada nunggu yang entah kapan selesainya lebih baik pulang kan?” jawab Mesya yang kini sudah berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Resti tak menjawab dan malah berbelok menuju dapur.

Selesai berendam dengan air hangat dan mengganti pakaian Mesya menerima segelas teh hangat yang baru saja Rasti berikan, rasa hangat mengalir melalui tenggorokannya dan itu membuat Masya tidak lagi sedingin tadi.

“Terima kasih Bunda,” ucap Mesya memeluk erat tubuh sang Mama.

“Sama-sama Sayang. Langsung istirahat ya, Kak, Bunda juga udah ngantuk nih.” Mesya mengangguk, kemudian mengecup kedua pipi Rasti secara bergantian sebelum benar-benar wanita berusia 40 tahun itu keluar dari kamarnya.

Gadis cantik dengan baju tidur beruangnya itu naik keatas ranjang, meraih ponsel yang berada di atas nakas terlebih dulu kemudian membaringkan tubuhnya dan menarik selimut tebal berwarna merahnya hingga batas dada. Jari lentiknya menari dengan lincah di atas layar datar berwarna biru tersebut mengetikan pesan singkat yang segera ia kirimkan pada tetangga sebelah rumahnya, siapa lagi kalau bukan pada Radit, laki-laki tinggi yang selalu menatapnya lembut dan memiliki tubuh yang atletis walau usianya masih belasan.

Mesya dan Radit adalah sepasang teman bahkan sahabat yang satu tahun ini berubah menjadi sepasang kekasih. Sedari kecil meraka sudah bersama-sama selain rumah yang bersebelahan juga karena mereka satu sekolah. Mesya menyayangi Radit begitu pun sebaliknya. Sedari kecil mereka sudah selalu bersama, saling melindungi juga saling menghibur dikala salah satu dari mereka tengah bersedih.

Beberapa hari yang lalu mereka baru saja resmi menjadi alumni dan mulai sibuk mencari kampus untuk melanjutkan pendidikannya. Lagi, Mesya dan Radit memutuskan kampus yang sama dan tadi pagi keduanya baru saja mendaftar di kampus yang mereka inginkan.

Drettt… dreettt…

Getaran di ponsel membuat Mesya yang hendak terpejam teralihkan dan meraih kembali ponselnya yang semula ia simpan di atas nakas samping tempat tidurnya. Sebuah pesan balasan dari Radit yang mengatakan bahwa laki-laki itu baru saja selesai membersihkan dirinya dan berniat untuk langsung tidur. Senyum Mesya terbit saat membaca ucapan selamat tidur yang Radit kirimkan selanjutnya.

Tanpa kembali membalas, Mesya memilih untuk memejamkan matanya karena rasa kantuk juga pusing di kepalanya kini sudah menyerang. Tidak lupa ia menggumamkan selamat tidur untuk Radit meski ia yakin laki-laki itu tidak dapat mendengarnya.

♥♥♥

Pagi-pagi sekali Radit sudah berada di rumah Mesya tepatnya dikamar gadis cantik berbadan ramping dan mata berbentuk seperti kacang almon yang masih nyaman bergelung di dalam selimut, guncangan bahkan tepukan kecil di pipinya yang Radit lakukan tidak sedikit pun membuat gadis itu terganggu. Helaan napas laki-laki tampan yang sudah rapi dengan t-shirt merah bergaris hitam lengan panjang terdapat kupluk di belakang dipadukan dengan celana jeans hitam selutut dan rambut yang sedikit panjang di bagian depan yang terlihat sedikit acak-acakan membuat sang empu terlihat sangat tampan.

Kesal karena sang putri tidur tidak juga bangun akhirnya Radit menarik selimut tebal yang dikenakan Mesya dan menjawil hidung mancung kecil itu hingga gadis cantik itu langsung terbangun karena merasa sesak.

“Ish, lo apa-apaan sih, Dit! Kalau gue mati kehabisan napas gimana?” kesal Mesya seraya mencubit lengan Radit yang baru sja terlepas dari hidung mancungnya.

“Makanya kalau tidur jangan kayak orang mati! Buruan deh bangun, gue mau ajak lo jalan-jalan nih,” ucap Radit menarik tubuh Mesya yang hendak kembali berbaring.

“Masih pagi banget ini, Dit. Nanti aja deh agak siang, ya?”

“Gak bisa, Sya nanti sore gue udah harus pergi.”

“Pergi kemana?” tanya Mesya menaikan sebelah alisnya.

“Nanti gue cerita. Sekarang lo mandi, siap-siap abis itu kita langsung pergi. 30 menit gak selesai gue tinggal!” setelah mengatakan itu Radit tak lupa mendaratkan kecupan di pipi dan kening Mesya kemudian langsung saja pergi, keluar dari kamar Mesya tanpa peduli perempuan cantik itu hendak mengeluarkan kata.

Dua puluh menit waktu yang Mesya butuhkan untuk turun dari kamarnya menemui Radit yang kini tengah duduk di meja makan bersama Rasti. Baru saja ia akan duduk, Radit dengan cepat menarik wanita itu menuju Honda Civic berwarna silver kesayangan Masya, hadiah dari sang Papa dua tahun lalu.

“Didit gue lapar tahu! Gak bisa apa kita makan dulu sebentar?” keluhnya dengan bibir yang maju beberapa centi.

“Ngapain makan dulu, nanti juga lapar lagi.” Dengusan kecil Mesya berikan membuat laki-laki di sampingnya yang kini tengah menyetir itu terkekeh puas.

Lima belas menit kemudian Radit menghentikan mobilnya di pinggir jalan dekat penjual kupat tahu yang berada tidak jauh dari komplek perumahan tempat keduanya tinggal. Sebuah taman yang memang selalu ramai pada pagi dan sore hari. Banyak penjual dari mulai pakaian, pernak-pernik, makanan hingga barang-barang lainnya. Senyum terukir di bibir tebal Mesya begitu indah saat wanita itu keluar dari dalam mobil yang kemudian diikuti laki-laki tampan dengan gaya santainya.

“Pak Ton dua ya,” ucap Mesya pada si penjual. Laki-laki tua yang di panggil Pak Ton itu mengangguk seraya mengacungkan jempolnya.

Radit duduk tepat di depan Mesya, menatap wajah ceria perempuan itu dengan seksama membuat sang empu wajah merasa risi dan memalingkan wajahnya kearah lain.

“Lo lucu ya kalau lagi blushing gitu,” ucap Radit yang membuat Mesya semakin memalingkan wajahnya karena malu.

“Madep sini, Sya! Gue pengen puas-puasin lihat wajah lo. Akan gue simpan di memori dan hati gue, biar nanti saat gue kembali gak lupa sama wajah cantik itu.” Radit berkata sambil terus menatap perempuan didepannya.

“Lo ngomong apa sih, ngaco tahu gak?” dengus Mesya.

Saat hendak kembali berucap, Pak Ton lebih dulu datang mengantarkan kupat tahu pesanan mereka. Entah karena makanannya yang enak atau emang Mesya yang sangat lapar, karena Radit hanya mampu menggelengkan kepala melihat lahapnya gadis itu.

Tidak butuh waktu lama bagi Mesya untuk menghabiskan sepiring kupat tahu dengan campuran toge yang di bumbui dengan saus kacang yang kental juga kecap manis dan sambal. Sedangkan Piring milik Radit masih terisi setengahnya

“Lo mau lagi, Sya?” Mesya dengan cepat menggeleng. Radit mengangguk-anggukan kepala kemudian kembali melanjutkan makannya. Suapan demi suapan tak lepas dari pandangan Mesya hingga piring itu kini kosong. Segelas teh hangat ia berikan pada Radit yang diterima baik oleh laki-laki tampan itu.

Selesai membayar keduanya kembali menaiki mobil, melajukannya menjauhi taman. Tangan kanan Radit sibuk dengan kemudi sedangkan tangan kirinya terus memijit tombol radio mencari lagu yang menurutnya enak untuk didengarkan saat ini. Lagu perpisahan termanis menjadi pilihan Radit saat ini membuat kening Mesya mengerut menatap laki-laki itu merasa aneh.

“Tumben lo dengerin lagu kayak gini?” heran Mesya bertanya. Radit menoleh sekilas pada perempuan disampingnya, senyum tipis ia berikan sebelum mengusak pelan rambut panjang Mesya.

“Gak apa-apa lagi kepengen aja. Gak boleh emang?” cepat perempuan cantik itu menggeleng.

Satu setengah jam dalam perjalanan dan akhirnya Radit menghentikan laju mobilnya di sebuah parkiran besar kawasan taman bermain. Meski masih bingung dengan maksud dan tujuan laki-laki tampan itu mengajaknya pergi kesini hari ini, tapi Mesya tetap senang, karena tidak mudah baginya mengajak laki-laki penakut itu untuk ke taman bermain.

Dengan cepat Mesya menarik lengan Radit, membawanya untuk mengantri di loket karcis. Dan setelah mendapatkan itu barulah keduanya masuk bersama beberapa orang lainnya yang juga mengunjungi tempat ini.

“Dit, naik itu yu,” ajak Mesya menunjuk sebuah permainan yang berputar keatas dan kebawah dengan ritme cepat. Laki-laki tampan dengan perawakan cukup besar itu menggeleng dengan kuat.

“Naik itu aja kalau gitu,” kembali Mesya menunjuk pada permainan lain yang kali ini bergerak naik keatas lalu kembali turun kebawah. Lagi Radit menggeleng.

“Terus lo ngajak gue kesini mau apa dong?” kesal Mesya seraya menghentakan kakinya.

“Ya, buat main lah, masa buat belajar.” Ringan laki-laki itu menjawab.

“Mau main apaan. Lo dari tadi gue ajak naik itu gak mau ini gak mau. Terus maunya apa?” dengusnya semakin kesal.

“Lo aja yang naik gue tunggu disini.”

“Ish lo mah! Ayok pokoknya lo harus naik!” Mesya menarik kuat lengan Radit mengantri untuk menuju permainan yang diinginkannya. Tidak perduli laki-laki itu menolak hingga tibalah giliran mereka.

Mesya lebih dulu menyuruh Radit untuk duduk di kursi permainan yang mereka naiki mengancingkan sabuk pengaman dan setelah itu barulah Mesya duduk bersebelahan dengan laki-laki itu yang ketara sekali wajahnya sudah menegang ketakutan.

Radit yang memang baru pertama kali menaiki permainan ini sudah pasti ketakutan, wajahnya sudah memerah dan sedari tadi laki-laki itu berteriak paling kencang sedangkan Mesya tertawa berbahak bukan karena permainannya yang seru tapi suara jeritan ketakutan Radit lah yang membuat ia tertawa.

Kincir angin raksasa yang berputar 360 derajat secara vertikal itu terhenti, sabuk pengaman terbuka dan dengan cepat Mesya turun membantu Radit yang kini wajahnya sudah memucat itu untuk duduk di bangku panjang yang di sediakan pihak taman bermain.

“Please, Sya gue gak mau main lagi, rasanya kayak mau mati tahu gak?” Radit bergidik ngeri sedangkan wanita di sampingnya tertawa geli ditambah melihat wajah laki-laki itu yang memelas.

“Ya udah, nggak main lagi, tapi keliling jalan-jalan aja ya, liat festivalnya?” Radit mengangguk kemudian meneguk air mineral yang sebelumnya Mesya beli hingga tandas dan setelah di rasa pusingnya sudah mereda barulah Radit dan mesya kembali melanjutkan jalan-jalannya.

Kali ini wanita cantik itu mau tak mau harus menaiki setiap permainan yang diinginkannya seorang diri karena Radit benar-benar menolak keras ketika diajak, akhirnya laki-laki tampan bertubuh Atletis itu hanya menunggu hingga permainan selesai. Setelah puas dan merasa lelah baru lah Mesya berhenti menaiki permainan-permainan ektrem dan memilih untuk menonton festival yang memang sudah akan di mulai.

“Dit, sebenarnya gue bingung dengan maksud lo ngajak gue kesini untuk apa. Gue juga perhatikan dari tadi lo murung terus, ada masalah yang mengganggu pikiran lo?” tanya Mesya saat keduanya sudah duduk di dalam café yang masih berada di area taman bermain.

“Sebenarnya ini hari terakhir gue disini, Sya,” ucap Radit dengan lesu. Mesya menaikan satu alisnya, menatap bingung pada Radit.

Laki-laki tampan itu menghembuskan napasnya pelan, menatap tepat pada mata almon itu dengan sedih. “Papa nyuruh gue kuliah di Jerman, Sya, dan sore ini keberangkatan gue.”

Mesya membulatkan matanya tak percaya. “Tapi kemarin lo daftar kuliah bareng sama gue…?”

“Gue juga gak tahu kalau Papa udah daftarin gue di sana karena baru semalam Papa ngasih tahu gue. Maaf, Sya kalau akhirnya gue terpaksa harus mengakhiri hubungan kita.”

Mata Mesya semakin membulat saat kata yang terakhir laki-laki tampan itu ucapkan mengganggu pendengarannya. Entah ia harus mengatakan apa untuk mejawab karena yang jelas saat ini Mesya merasa terkejut, tak percaya juga kecewa.

“Bukan karena gue udah gak sayang dan cinta lagi sama lo Sya, sebenarnya gue juga berat, tapi lo tahu sendiri kan keputusan Papa gue gak pernah bisa di bantah? Gue lebih memilih mengakhiri bukan karena tidak mampu menjalani LDR, tapi gue gak mau lo maupun gue merasa terbebani dengan hubungan yang kita jalani apalagi gue sendiri gak tahu kapan akan kembali. Orang tua gue juga akan pindah kesana dan rumah yang sekarang di tempati akan di jual. Maafin gue karena harus menyakiti lo dengan kepergian gue, Sya.” Panjang lebar Radit menjelaskan, kedua tangannya menggenggam punggung tangan Mesya yang berada di atas meja. Lengan yang biasanya terasa hangat itu kini berubah dingin, tatapan kecewa juga terluka sangat ketara dari mata almon itu.

“Jam berapa lo berangkat?” tanya Mesya tanpa menatap laki-laki di depannya.

“Pukul lima sore ini.” Mesya menatap jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul satu siang.

Mesya melepaskan genggaman tangan Radit dan bangkit dari duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah membuang napas beratnya Radit ikut bangkit dan berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya bersama gadis cantik yang selama satu tahun ini menjadi kekasihnya.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali, suasana di dalam mobil benar-benar sepi. Mesya menatap kearah samping dan menyandarkan kepalanya pada jendela, entah apa yang berada di pikiran wanita cantik itu. Sesekali Radit menolehkan pandangan kearah wanita di sampingnya kemudia kembali fokus pada jalanan. Berkali-kali laki-laki itu menghembuskan napasnya berat merasa ragu untuk membuka pembicaraan.

Sesampainya di pekarangan rumah Mesya, perempuan cantik itu keluar lebih dulu berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Radit tanpa kata. Kembali helaan napas laki-laki itu keluarkan lalu melangkahkan kakinya menuju ke rumahnya sendiri untuk bersiap, membereskan barang-barang yang akan ia bawa hari ini dan sebagian lainnya akan di kirimkan nanti lewat jasa pengiriman.

Sesampainya di rumah, kardus-kardus juga koper-koper besar sudah tersusun di ruang utama. Kursi juga perabotan lain sudah tertutupi kain putih lebar. Radit berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya sendiri, dan kembali laki-laki tampan itu menghembuskan napasnya saat semua barang miliknya juga sudah selesai di kemas. Tidak ada satu pun barang yang tersisa, di meja belajar maupun lemari. Radit membuka jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan jendela kamar Mesya yang tertutup.

“Maafin gue, Sya. Gue sayang sama lo, tapi mungkin melepas lo adalah yang terbaik. Gue harap suatu saat nanti kita akan bertemu kembali dengan keadaan yang jauh lebih baik.”

Kembali Radit menutup jendela tersebut dan menutup gordennya, tanpa tahu bahwa sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya di sebrang sana. Mesya sudah meneteskan air matanya sejak sampai di kamar, berdiri di sisi jendela yang tertutup mengintip laki-laki tampan yang kini resmi menjadi mantan kekasihnya.

“Maaf, Dit gue gak bisa nemuin lo. Bukan karena tidak ingin, tapi gue takut gak bisa melepas kepergian lo. Hati-hati di jalan, Dit semoga lo bahagia dengan kehidupan baru lo di sana.”

Terpopuler

Comments

Praised93

Praised93

terima kasih

2023-11-01

0

Laundry Cilla

Laundry Cilla

ngandungg bawangg bangett yahh 🥺🥺

2022-10-22

0

fadilah Zz🧚🧚‍♀️

fadilah Zz🧚🧚‍♀️

bismilah mulai baca

2022-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!