Surat Pengunduran Diri

Sesampainya di rumah Alyssa sudah di sambut oleh Anita– Ibunya. Melihat, putri semata wayangnya menangis membuat Anita khawatir. Jarang sekali Alyssa menangis, kalau sudah sampai begini berarti terjadi sesuatu padanya.

"Loh kamu kenapa, Sayang? Kenapa–"

Alyssa langsung memeluk Anita, menumpahkan seluruh rasa sakit hatinya pada sang ibu. Hatinya begitu sesak sekarang. Seluruh kenangan yang sudah dia buang jauh-jauh kini seolah terkuak kembali.

"Bu, Alyssa sakit. Hati aku sakit banget, Bu," adu Alyssa dengan isakannya.

Sungguh dari semua orang Alyssa hanya punya ibunya untuk dijadikan tempat cerita. Mendengar perkataan putrinya jujur membuat hatinya juga ikut terluka, meskipun dia belum tau apa yang terjadi pada putrinya, tapi tangis Alyssa yang sampai tersengguk-sengguk begini membuatnya juga khawatir.

Untuk beberapa saat Anita membiarkan Alyssa meluapkan seluruh perasaan dan emosinya terlebih dahulu, setelah itu dia mengambilkan segelas air untuk Alyssa yang kini tengah duduk di sampingnya.

Melihat itu Alyssa menghela napasnya seraya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Barulah setelah sedikit agak tenang dia meminum air yang dibawakan ibunya.

"Ada apa?" Tanya Anita yang kini mengusap punggung putrinya dengan kasih sayang dan kelembutan.

"Jevano anak dari bos aku di kantor dan sekarang dia jadi pimpinan perusahaan, Bu," ungkap Alyssa yang kini malah kembali berurai air matanya.

"Lalu?"

"Aku berusaha semaksimal mungkin untuk profesional karena aku harus jadi sekretarisnya dia. Tapi dia malah ingetin aku sama kenangan lama yang gak pernah mau aku inget lagi."

Alyssa kini menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangan. Semuanya seolah keluar detik ini juga. "Belum lagi tadi Gistara telepon dia di depan aku. Kenapa rasanya kaya gini, Bu? Kenapa setelah sekian lama pun Jevano masih jadi hal yang paling menyakitkan."

Anita paham apa yang dirasakan Alyssa. Tidak salah memang karena hubungan mereka juga dulu sudah terlanjur jauh. Maksudnya sudah sampai ditahap di mana semuanya menjadi serius.

Tapi secara sepihak Jevano memutuskannya begitu saja, membuat Alyssa yang pada saat itu baru menjatuhkan hatinya pada Jevano seorang merasa sakit yang teramat sakit untuk pertama kalinya.

"Ibu, kalau aku resign dari kantor gapapa?" Tanya Alyssa. Bukan tidak profesional, tapi kalau harus berhadapan dengan Jevano setiap hari rasanya dia tidak akan sanggup.

"Sayang, kita tidak bisa mencegah hal seperti ini. Ibu tanya, sampai kapan kamu mau lari dari Jevano?" Tanya Anita.

Alyssa terdiam, kalau ditanya begitu sudah pasti dia tidak akan tau jawabannya sebab mau bagaimana pun melupakan Jevano itu masih sulit rasanya.

Jevano pernah menjadi hal yang paling dia syukuri di dunia ini. Tapi secara bersamaan Jevano adalah orang yang paling membuatnya merasa kalau dia tidak beruntung, dia merasa kalau dirinya orang yang tidak pantas untuk siapapun semenjak hari itu.

"Tapi semuanya kembali lagi sama kamu, ibu tidak akan mengganggu gugat apapun yang menjadi keputusan kamu. Sekarang terserah, jalani apa yang ingin kamu jalani ya, Sayang?"

Mendengar itu Alyssa mengangguk. Dia bersyukur meskipun ayahnya sudah tidak ada, tapi dia masih memiliki ibu yang menyayanginya seperti ini. Dia bersyukur karena masih bisa membagi kisahnya dengan orang yang paling dekat dengannya.

.

.

.

Keesokan harinya Alyssa mengulurkan sebuah amplop di hadapan Jevano yang kini sudah menatapnya dengan intens. "Surat apa?"

"Pengunduran diri."

"Permintaan ditolak, cepat sebutkan apa saja jadwal saya hari ini," ucap Jevano dengan seenaknya. Alyssa pikir setelah mencarinya kemana-mana seperti orang gila, kini Jevano akan membiarkannya lepas begitu saja? Tidak semudah itu.

"Saya mohon dibaca dulu, Tuan," pinta Alyssa kali ini dengan sangat.

Tanpa berkata apa-apa lagi Jevano mengambil surat itu lalu merobeknya tepat di hadapan Alyssa. "Bisa kita kesampingkan masalah pribadi? Kamu sudah diberikan kepercayaan oleh Daddy saya dan sekarang melepaskannya begitu saja? Shitt!"

Jevano terkekeh, membuat Alyssa merutuk dalam hatinya. Kalau memang dia mengesampingkan masalah pribadi lalu kemarin apa? Kenapa dia bisa seenaknya begitu padanya?

Tidak habis pikir dengan pikiran Jevano. Tapi sekuat tenaga Alyssa menahan dirinya agar tidak menangis. Dia meyakinkan dirinya kalau dia kuat, dia mampu dan dia bisa menghadapi Jevano.

"Pekerjaan itu sulit, belum lagi tugas kamu masih banyak di sini, jadi cepat sebutkan apa jadwal saya hari ini," ucap Jevano.

"Pukul 9 ada rapat tahunan, Tuan," akhirnya Alyssa tidak membantah lagi, membuat perasaan Jevano sedikit melega karena gadisnya ini tidak berontak.

"Baik, kembali bekerja dan persiapkan semuanya dengan baik. Jangan pernah berpikir untuk keluar dari perusahaan ini lagi dan mengecewakan Daddy saya."

Mendengar seruan itu Alyssa mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya dia kesal sekali karena tak diizinkan untuk resign. Bagaimana ini? apalagi Jevano dengan mode tegas begitu sangat seram sekali bagai Alyssa yang dulunya hanya melihat kelembutan dalam pria itu.

"Kalau begitu saya permisi."

Jevano menganggukan kepalanya pelan. Setelah Alyssa keluar dari ruangannya barulah dia bernapas. Jujur saja dia sudah khawatir kalau Alyssa akan tetap nekad keluar. Bagaimana nasibnya nanti yang harus kehilangan Alyssa untuk kedua kalinya.

Mungkin sekarang ini memang terlalu cepat, semuanya terlalu mendadak bagi Alyssa. Jadi Jevano memutuskan untuk tidak bertindak apa-apa dan mengawasi Alyssa dari jauh. Sekiranya dia masih dalam jangkauannya.

Di sisi lain Alyssa duduk di kursinya. Dia mencoba manarik napasnya dalam-dalam. Kenapa dia tidak bisa membantah sih?

"Pak Endru itu udah baik banget sama kamu, Sa. Kalau kamu kecewain dia dengan menyia-nyiakan kepercayaannya kamu gak tau diri! Cari sekretaris pasti gak mudah," gumamnya.

Tapi bagaimana dia harus bertahan dengan situasi yang tidak menyenangkan ini? Bagaimana dia bisa bertahan dalam sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Apalagi perasaannya?

"Oke, lupain! Kamu fokus kerja, kamu harus fokus kerja, Sa!" Tekadnya.

Alyssa memilih untuk kembali membuka pekerjaannya. Ada banyak jadwal yang harus kembali dia susun, ada laporan perjalanan bisnis yang masih belum dia selesaikan dan ada juga berkas-berkas yang belum dia pilah dan mintai tanda-tangan pada Jevano.

Lagi, semua stempel perusahaan juga masih atas nama Endru dan semuanya harus Alyssa urus dan koordinasikan dengan pihak-pihak lain. Mungkin ada baiknya dia menikmati pekerjaannya dulu. Kalau dia tidak kuat dan Jevano sudah kelewatan barulah dia hengkang dari sini.

Dia juga ternyata lupa kalau dia butuh untuk perawatan rutin ibunya untuk ke dokter akibat paru-parunya yang bocor. Jadi mau tidak mau dia harus bertahan di sini sampai mungkin waktunya pas untuk kembali menghindar dari Jevano.

Tanpa dia sadari kalau Jevano kini memperhatikannya dari jendela ruangannya. Iya memang meja Alyssa ini ada di depan ruangan Jevano. Jadi dengan mudah Jevano bisa memantau keadaanya Alyssa.

Atau mungkin dia harus mengubah posisinya agar lebih dekat, misalnya satu ruangan yang sama mungkin? Menarik.

"Sabar, semua perlu proses! Lu pasti bisa dapetin dia lagi," ucap Jevano dalam benaknya.

Terpopuler

Comments

miyura

miyura

lanjut othor..

2023-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!